Kenali Gejala Penyakit Tulang Rapuh pada Anak
A
A
A
BANDUNG - Penyakit osteogenesis imperfecta dapat mengakibatkan tulang rapuh dan mudah patah. Hal itu seperti yang terjadi pada warga Bandung bernama Muhammad Fahri (11).
Lebih dari dua puluh tulang di tubuh Fahri patah secara bertahap, dimulai saat usia empat tahun dan hingga kini Fahri masih harus menjalani pengobatan.
Direkrut Medis Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung Nucki Nursjamsi mengatakan penyakit osteogenesis imperfecta 'diwariskan' secara genetik dan tidak bisa disembuhkan.
"Belum ada obat yang bisa menghilangkan penyakit ini. Yang ada itu obat yang sifatnya membantu proses pertumbuhan tulang agar lebih baik dari sebelumnya," kata Nucki di RSHS.
Dijelaskannya, penyakit tersebut terbilang langka. RSHS sendiri menangani sekira sembilan pasien berbagai usia sejak 2011. Pengobatan pasien pun berlangsung secara berkala hingga kini.
Masyarakat pun diminta waspada. Nucki kemudian menjelaskan ciri-ciri atau gejala orang yang mengidap osteogenesis imperfecta ini. Pertama, bagian putih pada mata terlihat agak kebiruan, wajah pengidapnya terlihat seperti 'segitiga terbalik' alias runcing pada bagian dagu.
Sedangkan bagian atas kepala lebih besar dan tidak proporsional dibandingkan dengan dagu. Gigi pengidapnya juga berwarna lebih mengarah pada abu-abu dan cenderung tipis.
"Itu identifikasi secara fisik dan bisa jadi salah satu seleksi untuk melihat gejala osteogenesis imperfecta," terang Nucki.
Jika menemukan gejala seperti itu, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter sehingga efek negatif dari penyakit osteogenesis imperfecta ini bisa diminimalisir dengan penanganan medis secara berkala.
Minimal, kata dia, tulang di tubuh pengidapnya bisa dicegah agar tidak mudah patah. Selain dengan obat 'penguat' tulang, pengidapnya juga harus menjalani terapi, salah satunya dengan hyrdotherapy atau terapi dalam air.
Dokter dari Divisi Endokrin SMF Ilmu Kesehatan Anak RSHS Faisal menjelaskan perlu banyak tim dokter atau tim ahli untuk menangani pasien osteogenesis imperfecta. "Kita bisa menangani. Bukan untuk menyembuhkan, tapi untuk meningkatkan kualitas hidup anak (pengidapnya)," ujar dia.
"Artinya, osteogenesis imperfecta ini tidak bisa sembuh, tapi dengan pengobatan yang baik diharapkan bisa mengurangi frekuensi patahnya tulang bisa diminalisir. Kedua, kalaupun patah tulang, diharapkan bisa disambung dengan baik supaya tidak bengkok," jelas Faisal.
Lebih dari dua puluh tulang di tubuh Fahri patah secara bertahap, dimulai saat usia empat tahun dan hingga kini Fahri masih harus menjalani pengobatan.
Direkrut Medis Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung Nucki Nursjamsi mengatakan penyakit osteogenesis imperfecta 'diwariskan' secara genetik dan tidak bisa disembuhkan.
"Belum ada obat yang bisa menghilangkan penyakit ini. Yang ada itu obat yang sifatnya membantu proses pertumbuhan tulang agar lebih baik dari sebelumnya," kata Nucki di RSHS.
Dijelaskannya, penyakit tersebut terbilang langka. RSHS sendiri menangani sekira sembilan pasien berbagai usia sejak 2011. Pengobatan pasien pun berlangsung secara berkala hingga kini.
Masyarakat pun diminta waspada. Nucki kemudian menjelaskan ciri-ciri atau gejala orang yang mengidap osteogenesis imperfecta ini. Pertama, bagian putih pada mata terlihat agak kebiruan, wajah pengidapnya terlihat seperti 'segitiga terbalik' alias runcing pada bagian dagu.
Sedangkan bagian atas kepala lebih besar dan tidak proporsional dibandingkan dengan dagu. Gigi pengidapnya juga berwarna lebih mengarah pada abu-abu dan cenderung tipis.
"Itu identifikasi secara fisik dan bisa jadi salah satu seleksi untuk melihat gejala osteogenesis imperfecta," terang Nucki.
Jika menemukan gejala seperti itu, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter sehingga efek negatif dari penyakit osteogenesis imperfecta ini bisa diminimalisir dengan penanganan medis secara berkala.
Minimal, kata dia, tulang di tubuh pengidapnya bisa dicegah agar tidak mudah patah. Selain dengan obat 'penguat' tulang, pengidapnya juga harus menjalani terapi, salah satunya dengan hyrdotherapy atau terapi dalam air.
Dokter dari Divisi Endokrin SMF Ilmu Kesehatan Anak RSHS Faisal menjelaskan perlu banyak tim dokter atau tim ahli untuk menangani pasien osteogenesis imperfecta. "Kita bisa menangani. Bukan untuk menyembuhkan, tapi untuk meningkatkan kualitas hidup anak (pengidapnya)," ujar dia.
"Artinya, osteogenesis imperfecta ini tidak bisa sembuh, tapi dengan pengobatan yang baik diharapkan bisa mengurangi frekuensi patahnya tulang bisa diminalisir. Kedua, kalaupun patah tulang, diharapkan bisa disambung dengan baik supaya tidak bengkok," jelas Faisal.
(tdy)