Finalis Miss Indonesia 2017 Jalani Fast Track Catwalk
A
A
A
JAKARTA - Memasuki karantina hari ke-8, sebanyak 34 finalis Miss Indonesia 2017 kembali disibukan dengan beragam kegiatan. Hari ini, Senin (17/4/2017) para finalis menjalani sesi penjurian fast track kategori catwalk.
Pada fast track ini, finalis yang mewakili 34 daerah provinsi di Indonesia ini harus menampilkan kemahirannya berjalan di runway. Tentunya ada beberapa aspek yang akan dinilai para juri.
Salah satunya cara berjalan hingga ekspresi.
Fast track kali ini juga dinilai langsung oleh Chairwoman of Miss Indonesia Organization sekaligus ketua dewan juri Miss Indonesia 2017, Liliana Tanoesoedibjo serta Lingga Soewahjo dan Dewa Nugie dari I Am Model Management Bali.
"Setelah Fast Track Catwalk yang dijurikan oleh Ibu Liliana Tanoesoedibjo, Ibu Lingga, dan Dewa Nugie dari I AM Model Management Bali #part1 #MissIndonesia2017Day8," tulis keterangan foto yang diunggah akun resmi Miss Indonesia, @missindonesia.
Para finalis yang tengah berkompetisi ini tampil cantik menggunakan atasan polo shirt warna putih dan bawahan skinny jeans hitam. Untuk melengkapi penampilan, mereka juga menggunakan high heels berwarna kuning keemasan.
"Selama karantina penilaian 70% dan malam final 30% total 100%. Mereka juga akan mengikuti prejudging dan akan menambah nilai," kata Liliana di Jakarta.
Sementara, wakil Papua, Sara Gabriella mampu menaklukan panggung. Sara merupakan lulusan Fakultas Kebidanan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Jayapura. Keikutsertaannya ini karena dia ingin menyuarakan pentingnya kesehatan ibu hamil dan kebersihan proses kelahiran bayi kepada masyarakat Papua yang masih kurang menyadari dan menyepelekan hal itu.
Menurutnya, sebagian besar masyarakat pedalaman Papua masih banyak yang melakukan prosesi persalinan dengan cara tradisional yang dibantu oleh orang yang dianggap ahli dan mungkin belum tentu memiliki pendidikan dalam dunia kebidanan secara professional.
Selain itu, faktor kurangnya fasilitas dan mahalnya biaya rumah sakit bersalin masih sering terdengar. Melalui ajang Miss Indonesia 2017, wanita kelahiran Biak, 8 Januari 1995 ini berharap mampu menjadi langkah untuknya memberikan kontribusi positif untuk masyarakat, khususnya masyarakat pedalaman Papua.
“Kesadaran akan kebersihan merupakan faktor penting dalam melahirkan generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas. Saya ingin turut berkontribusi membantu masyarakat dalam melahirkan generasi-generasi penerus yang suatu saat akan memimpin negeri ini” ujar Sara
Pada fast track ini, finalis yang mewakili 34 daerah provinsi di Indonesia ini harus menampilkan kemahirannya berjalan di runway. Tentunya ada beberapa aspek yang akan dinilai para juri.
Salah satunya cara berjalan hingga ekspresi.
Fast track kali ini juga dinilai langsung oleh Chairwoman of Miss Indonesia Organization sekaligus ketua dewan juri Miss Indonesia 2017, Liliana Tanoesoedibjo serta Lingga Soewahjo dan Dewa Nugie dari I Am Model Management Bali.
"Setelah Fast Track Catwalk yang dijurikan oleh Ibu Liliana Tanoesoedibjo, Ibu Lingga, dan Dewa Nugie dari I AM Model Management Bali #part1 #MissIndonesia2017Day8," tulis keterangan foto yang diunggah akun resmi Miss Indonesia, @missindonesia.
Para finalis yang tengah berkompetisi ini tampil cantik menggunakan atasan polo shirt warna putih dan bawahan skinny jeans hitam. Untuk melengkapi penampilan, mereka juga menggunakan high heels berwarna kuning keemasan.
"Selama karantina penilaian 70% dan malam final 30% total 100%. Mereka juga akan mengikuti prejudging dan akan menambah nilai," kata Liliana di Jakarta.
Sementara, wakil Papua, Sara Gabriella mampu menaklukan panggung. Sara merupakan lulusan Fakultas Kebidanan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Jayapura. Keikutsertaannya ini karena dia ingin menyuarakan pentingnya kesehatan ibu hamil dan kebersihan proses kelahiran bayi kepada masyarakat Papua yang masih kurang menyadari dan menyepelekan hal itu.
Menurutnya, sebagian besar masyarakat pedalaman Papua masih banyak yang melakukan prosesi persalinan dengan cara tradisional yang dibantu oleh orang yang dianggap ahli dan mungkin belum tentu memiliki pendidikan dalam dunia kebidanan secara professional.
Selain itu, faktor kurangnya fasilitas dan mahalnya biaya rumah sakit bersalin masih sering terdengar. Melalui ajang Miss Indonesia 2017, wanita kelahiran Biak, 8 Januari 1995 ini berharap mampu menjadi langkah untuknya memberikan kontribusi positif untuk masyarakat, khususnya masyarakat pedalaman Papua.
“Kesadaran akan kebersihan merupakan faktor penting dalam melahirkan generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas. Saya ingin turut berkontribusi membantu masyarakat dalam melahirkan generasi-generasi penerus yang suatu saat akan memimpin negeri ini” ujar Sara
(tdy)