Deteksi Gangguan Pendengaran Sejak Dini
A
A
A
JAKARTA - Guna mencegah terjadinya gangguan pendengaran, maka deteksi dini gangguan pendengaran perlu dilakukan sejak dini.
Dokter spesialis THT Rumah Sakit Evasari Awalbros Dr Muhammad Ikhwan Sp THT-KL menyarankan untuk melakukan skrining pendengaran neonatus sebelum usia tiga bulan dan intervansi dilakukan sebelum usia enam bulan.
Skrining pendengaran pada bayi baru lahir ini untuk mendeteksi adanya ketulian agar dapat ditangani segera jika memang terbukti ada gangguan. Sehingga dampak cacat pendengaran pun dapat diminimalisir.
Namun dr. Ikhwan mengingatkan, skrining hanya menunjukkan ada atau tidaknya respon terhadap rangsangan dengan intensitas tertentu pada pendengaran seseorang dan tidak mengukur derajat gangguan pendengaran.
Nantinya, hasil skrining pendengaran bisa dijadikan pemeriksaan lanjutan untuk diagnosis gangguan pendengaran pada bayi umur tiga bulan. Gangguan pendengaran pada bayi dan anak ini bisa menyebabkan gangguan bicara, berbahasa, kognitif, masalah sosial, dan emosional.
Oto Acoustic Emission (OAE) merupakan salah satu skrining pendengaran yang disarankan. OAE idealnya dilakukan saat bayi berusia sebelum satu bulan. Cara melakukan tes yakni menggunakan earphone kecil yang dipasangakan di saluran telinga kemudian diputar suara yang tak bisa kita tangkap.
Jika pendengaran bayi normal, akan ada pantulan suara yang terefleksi balik di telingan tengah. Jika kehilangan pendengaran, maka tidak ada apantulan suara yang bisa diukur.
Selain itu, OAE juga bisa mendeteksi hambatan di saluran telinga luar dan di cairan tengah, serta kerusakan rambut sel terluar di rumah siput telinga. Selain OAE, audiometri juga merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat/ambang batas pendengaran seseorang dan jenis gangguannya bila ada. Pemeriksaan dilakukan dengan memakai alat audiogram nada murni di dalam ruang kedap suara.
Kegunaan audiometri ini untuk mengetahui derajat ketulian ringan, sedang atau berat untuk mengetahui jenis tuli konduktif, tuli syaraf (sensorineural) atau tuli campuran. Baik pemeriksaan OAE maupun audiometri sedianya bukan hanya ditujukan pada bayi saja namun juga pekerja yang terpapar kebisingan setiap harinya.
Para pekerja ini rentan mengalami gangguan pendengaran jika tidak segera diatasi. Hasil pemeriksaan audiometri dan OAE nantinya menjadi rujukan bagi pimpinan tempat pekerja bekerja agar memindahkan pekerja ke tempat lain atau jika tidak bisa maka harus menggunakan alat untuk mencegah gangguan pendengaran seperti tutup telinga.
"Tuli akibat bising ini sifatnya permanen, maka itu harus skrining pendengaran sangatlah penting," kata dr Ikhwan.
Dokter spesialis THT Rumah Sakit Evasari Awalbros Dr Muhammad Ikhwan Sp THT-KL menyarankan untuk melakukan skrining pendengaran neonatus sebelum usia tiga bulan dan intervansi dilakukan sebelum usia enam bulan.
Skrining pendengaran pada bayi baru lahir ini untuk mendeteksi adanya ketulian agar dapat ditangani segera jika memang terbukti ada gangguan. Sehingga dampak cacat pendengaran pun dapat diminimalisir.
Namun dr. Ikhwan mengingatkan, skrining hanya menunjukkan ada atau tidaknya respon terhadap rangsangan dengan intensitas tertentu pada pendengaran seseorang dan tidak mengukur derajat gangguan pendengaran.
Nantinya, hasil skrining pendengaran bisa dijadikan pemeriksaan lanjutan untuk diagnosis gangguan pendengaran pada bayi umur tiga bulan. Gangguan pendengaran pada bayi dan anak ini bisa menyebabkan gangguan bicara, berbahasa, kognitif, masalah sosial, dan emosional.
Oto Acoustic Emission (OAE) merupakan salah satu skrining pendengaran yang disarankan. OAE idealnya dilakukan saat bayi berusia sebelum satu bulan. Cara melakukan tes yakni menggunakan earphone kecil yang dipasangakan di saluran telinga kemudian diputar suara yang tak bisa kita tangkap.
Jika pendengaran bayi normal, akan ada pantulan suara yang terefleksi balik di telingan tengah. Jika kehilangan pendengaran, maka tidak ada apantulan suara yang bisa diukur.
Selain itu, OAE juga bisa mendeteksi hambatan di saluran telinga luar dan di cairan tengah, serta kerusakan rambut sel terluar di rumah siput telinga. Selain OAE, audiometri juga merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat/ambang batas pendengaran seseorang dan jenis gangguannya bila ada. Pemeriksaan dilakukan dengan memakai alat audiogram nada murni di dalam ruang kedap suara.
Kegunaan audiometri ini untuk mengetahui derajat ketulian ringan, sedang atau berat untuk mengetahui jenis tuli konduktif, tuli syaraf (sensorineural) atau tuli campuran. Baik pemeriksaan OAE maupun audiometri sedianya bukan hanya ditujukan pada bayi saja namun juga pekerja yang terpapar kebisingan setiap harinya.
Para pekerja ini rentan mengalami gangguan pendengaran jika tidak segera diatasi. Hasil pemeriksaan audiometri dan OAE nantinya menjadi rujukan bagi pimpinan tempat pekerja bekerja agar memindahkan pekerja ke tempat lain atau jika tidak bisa maka harus menggunakan alat untuk mencegah gangguan pendengaran seperti tutup telinga.
"Tuli akibat bising ini sifatnya permanen, maka itu harus skrining pendengaran sangatlah penting," kata dr Ikhwan.
(tdy)