Libatkan Pasukan Khusus, TNI Produksi Film Merah Putih Memanggil
A
A
A
JAKARTA - Publik Indonesia dalam waktu dekat akan disuguhkan film bernuansa patriotisme Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam menjaga dan melindungi rakyatnya.
Film berjudul Merah Putih Memanggil ini menggambarkan bagaimana pasukan elite TNI yang terdiri atas Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Komando Pasukan Katak (Kopaska), Komando Pasukan Khas (Kopaskhas) dan Marinir melakukan pembebasan sandera.
"Film ini menunjukkan bahwa TNI AD, AL dan AU siap untuk melaksanakan tugas dan menghadapi ancaman apapun juga untuk melindungi rakyatnya. TNI selalu menyiapkan kemampuan apabila masyarakat dan negara memanggil, TNI siap," ujar Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Menurut Gatot, film ini menggambarkan bagaimana tugas-tugas khusus yang bisa dilakukan TNI AD, AL dan AU. Berbagai ancaman baik teroris dalam maupun luar negeri akan selalu dihadapi TNI demi melindungi rakyat dan Tanah Air tercinta. "TNI memiliki detterence strategy dan prajurit akan merasa bangga jika mendapat tugas one way ticket. Dengan pedoman Lebih Baik Pulang Nama daripada Gagal Dalam Tugas," ucap dia.
Selain melibatkan prajurit dari pasukan elit TNI, film ini juga melibatkan armada tempur seperti pesawat tempur Sukhoi SU-30, KRI Diponegoro, Kapal Selam KRI Nanggala, Helikopter dan sebagainya.
"Sangat rugi apabila tidak menyaksikan film ini. Ada tugas-tugas khusus seperti bagaimana seorang prajurit diluncurkan dari kapal selam, kaya torpedo tapi torpedo manusia, itukan one way ticket dan itu pernah dilakukan tapi tidak pernah diekspose," kata dia.
Penulis cerita dan skenario TB Silalahi menjelaskan, cerita film ini dimulai dengan adanya pembajakan kapal pesiar ukuran sedang berbendera Indonesia, Merah Putih di perairan wilayah Indonesia oleh teroris internasional.
"Satu awak kapal ditembak mati di kapal karena melakukan pembangkangan. Empat awak kapal termasuk kapten beserta tiga warga negara Perancis, satu warga negara Kanada dan satu warga negara Korea Selatan diculik dan dibawa ke suatu daerah di bagian selatan negara tetangga," papar dia.
Pimpinan penculik, kata dia, meminta tebusan dari negara-negara yang warga negaranya diculik termasuk Indonesia. TNI tidak bisa berbuat apa-apa karena teroris itu berada di negara lain.
Negara tetangga tersebut juga sedang kewalahan menghadapi masalah dalam negeri dan teroris. Namun karena pendekatan dari Pemerintah Indonesia, negara tetangga tersebut memberi izin dan kesempatan kepada TNI untuk masuk ke daerahnya untuk membebaskan sandera dalam waktu 2x24 jam.
"Saat itulah TNI membuat rencana Operasi Gabungan yang melibatkan semua Angkatan. TNI AD melakukan operasi pendadakan dengan mengirimkan 1 team dari Batalyon Anti Teror Kopassus yang diterjunkan malam hari secara free fall. Dibantu pesawat tempur TNI AU serta kapal-kapal perang TNI AL serta operasi Kopaska dan Batalyon Marinir untuk didaratkan," ujarnya.
Selain diwarnai aksi-aksi pertempuran, dalam film ini juga menampilkan aspek manusiawi antara lain kisah keluarga yang ditinggal dan terjalinnya percintaan antara perempuan warga negara Perancis dan Komandan Team yang masih Iajang yang dilatarbelakangi perasaan berhutang budi karena jiwa dan keluarganya diselamatkan. Letjen (Purn) TNI ini menambahkan, film tersebut diproduksi mulai 15 Mei—15 September 2017.
Aktor dan aktris yang terlibat dalam pembuatan film ini adalah Maruli Tampubolon dan Mentari De Marelle sebagai pemeran utama. Pemeran pembantu antara Verdy Bhawanta, Axyo Wahab, Restu Sinaga, Prisia Nasution.
"Film ini akan ditayangkan perdana pada peringatan HUT TNI yang jatuh pada 5 Oktober mendatang," ujarnya.
Film berjudul Merah Putih Memanggil ini menggambarkan bagaimana pasukan elite TNI yang terdiri atas Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Komando Pasukan Katak (Kopaska), Komando Pasukan Khas (Kopaskhas) dan Marinir melakukan pembebasan sandera.
"Film ini menunjukkan bahwa TNI AD, AL dan AU siap untuk melaksanakan tugas dan menghadapi ancaman apapun juga untuk melindungi rakyatnya. TNI selalu menyiapkan kemampuan apabila masyarakat dan negara memanggil, TNI siap," ujar Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Menurut Gatot, film ini menggambarkan bagaimana tugas-tugas khusus yang bisa dilakukan TNI AD, AL dan AU. Berbagai ancaman baik teroris dalam maupun luar negeri akan selalu dihadapi TNI demi melindungi rakyat dan Tanah Air tercinta. "TNI memiliki detterence strategy dan prajurit akan merasa bangga jika mendapat tugas one way ticket. Dengan pedoman Lebih Baik Pulang Nama daripada Gagal Dalam Tugas," ucap dia.
Selain melibatkan prajurit dari pasukan elit TNI, film ini juga melibatkan armada tempur seperti pesawat tempur Sukhoi SU-30, KRI Diponegoro, Kapal Selam KRI Nanggala, Helikopter dan sebagainya.
"Sangat rugi apabila tidak menyaksikan film ini. Ada tugas-tugas khusus seperti bagaimana seorang prajurit diluncurkan dari kapal selam, kaya torpedo tapi torpedo manusia, itukan one way ticket dan itu pernah dilakukan tapi tidak pernah diekspose," kata dia.
Penulis cerita dan skenario TB Silalahi menjelaskan, cerita film ini dimulai dengan adanya pembajakan kapal pesiar ukuran sedang berbendera Indonesia, Merah Putih di perairan wilayah Indonesia oleh teroris internasional.
"Satu awak kapal ditembak mati di kapal karena melakukan pembangkangan. Empat awak kapal termasuk kapten beserta tiga warga negara Perancis, satu warga negara Kanada dan satu warga negara Korea Selatan diculik dan dibawa ke suatu daerah di bagian selatan negara tetangga," papar dia.
Pimpinan penculik, kata dia, meminta tebusan dari negara-negara yang warga negaranya diculik termasuk Indonesia. TNI tidak bisa berbuat apa-apa karena teroris itu berada di negara lain.
Negara tetangga tersebut juga sedang kewalahan menghadapi masalah dalam negeri dan teroris. Namun karena pendekatan dari Pemerintah Indonesia, negara tetangga tersebut memberi izin dan kesempatan kepada TNI untuk masuk ke daerahnya untuk membebaskan sandera dalam waktu 2x24 jam.
"Saat itulah TNI membuat rencana Operasi Gabungan yang melibatkan semua Angkatan. TNI AD melakukan operasi pendadakan dengan mengirimkan 1 team dari Batalyon Anti Teror Kopassus yang diterjunkan malam hari secara free fall. Dibantu pesawat tempur TNI AU serta kapal-kapal perang TNI AL serta operasi Kopaska dan Batalyon Marinir untuk didaratkan," ujarnya.
Selain diwarnai aksi-aksi pertempuran, dalam film ini juga menampilkan aspek manusiawi antara lain kisah keluarga yang ditinggal dan terjalinnya percintaan antara perempuan warga negara Perancis dan Komandan Team yang masih Iajang yang dilatarbelakangi perasaan berhutang budi karena jiwa dan keluarganya diselamatkan. Letjen (Purn) TNI ini menambahkan, film tersebut diproduksi mulai 15 Mei—15 September 2017.
Aktor dan aktris yang terlibat dalam pembuatan film ini adalah Maruli Tampubolon dan Mentari De Marelle sebagai pemeran utama. Pemeran pembantu antara Verdy Bhawanta, Axyo Wahab, Restu Sinaga, Prisia Nasution.
"Film ini akan ditayangkan perdana pada peringatan HUT TNI yang jatuh pada 5 Oktober mendatang," ujarnya.
(alv)