Tantangan Orang Tua Hadapi Masa Pubertas Anak
A
A
A
JAKARTA - Masa remaja merupakan tantangan tersendiri bagi para orang tua. Butuh pendekatan khusus untuk menanganinya, mengingat salah penanganan di masa ini berdampak pada masa depan mereka kelak.
Kenakalan pada remaja seringkali dipengaruhi oleh hubungan dengan orang tua. Umumnya, hubungan tersebut tidak berjalan mulus, sebab seorang remaja tengah dalam masa tidak kenal dengan identitas diri mereka sendiri.
Mereka banyak mencoba hal baru, seperti merokok misalnya. Suatu kebersamaan dengan teman ini bisa negatif dan menimbulkan perselisihan bahkan perkelahian.
“Intinya remaja masih labil dan tidak paham sepenuhnya konsekuensi perbuatan meraka. Pada akhirnya di mata orang tua remaja sulit diatur dan nakal. Perbuatannya seringkali menyusahkan orang lain,” kata Dr Aditya Suryansyah SpA dari Klinik Remaja RSAB Harapan Kita.
Spesialis anak yang mendalami bidang endokrin ini menjelaskan masa pubertas tak sebatas masalah emosi semata, urusan perubahan fisik juga dapat menjadi persoalan tersendiri pada remaja. Fluktuasi hormon misalnya, sering menyebabkan gangguan seperti bau badan dan jerawat.
Belum lagi pertumbuhan gigi yang tidak rata. Hal yang kelihatannya sepele ini bagi remaja bisa berdampak besar bahkan sampai tidak mau sekolah karena persoalan fisik dan tidak percaya diri.
Sementara itu terkait gangguan hormonal, seringkali ditemukan remaja dengan gangguan pertumbuhan yang ditandai dengan tubuh pendek, mikropenis, atau obesitas. Tidak Sekolah berarti proses belajar menjadi terganggu.
Dibenarkan oleh Psikolog Ade Dian Komala M Psi dari Klinik remaja RSAB Harapan Kita, masa remaja adalah masa yang penuh badai tekanan karena perubahan fisik emosi, sosial dan sebagainya yang dirasakan oleh remaja sendiri. Perlu diketahui, yang disebut remaja adalah fase terakhir dari masa anak-anak.
Anak-anak adalah mereka yang berusia sejak lahir hingga usia 18 tahun. Setelah melalui fase anak-anak, dan mulai memasuki masa remaja, maka orang tua harus memperhatikan tanda awal pubertas yang berbeda-beda pada setiap anak.
Kenakalan pada remaja seringkali dipengaruhi oleh hubungan dengan orang tua. Umumnya, hubungan tersebut tidak berjalan mulus, sebab seorang remaja tengah dalam masa tidak kenal dengan identitas diri mereka sendiri.
Mereka banyak mencoba hal baru, seperti merokok misalnya. Suatu kebersamaan dengan teman ini bisa negatif dan menimbulkan perselisihan bahkan perkelahian.
“Intinya remaja masih labil dan tidak paham sepenuhnya konsekuensi perbuatan meraka. Pada akhirnya di mata orang tua remaja sulit diatur dan nakal. Perbuatannya seringkali menyusahkan orang lain,” kata Dr Aditya Suryansyah SpA dari Klinik Remaja RSAB Harapan Kita.
Spesialis anak yang mendalami bidang endokrin ini menjelaskan masa pubertas tak sebatas masalah emosi semata, urusan perubahan fisik juga dapat menjadi persoalan tersendiri pada remaja. Fluktuasi hormon misalnya, sering menyebabkan gangguan seperti bau badan dan jerawat.
Belum lagi pertumbuhan gigi yang tidak rata. Hal yang kelihatannya sepele ini bagi remaja bisa berdampak besar bahkan sampai tidak mau sekolah karena persoalan fisik dan tidak percaya diri.
Sementara itu terkait gangguan hormonal, seringkali ditemukan remaja dengan gangguan pertumbuhan yang ditandai dengan tubuh pendek, mikropenis, atau obesitas. Tidak Sekolah berarti proses belajar menjadi terganggu.
Dibenarkan oleh Psikolog Ade Dian Komala M Psi dari Klinik remaja RSAB Harapan Kita, masa remaja adalah masa yang penuh badai tekanan karena perubahan fisik emosi, sosial dan sebagainya yang dirasakan oleh remaja sendiri. Perlu diketahui, yang disebut remaja adalah fase terakhir dari masa anak-anak.
Anak-anak adalah mereka yang berusia sejak lahir hingga usia 18 tahun. Setelah melalui fase anak-anak, dan mulai memasuki masa remaja, maka orang tua harus memperhatikan tanda awal pubertas yang berbeda-beda pada setiap anak.
(tdy)