Ancaman Kolesterol Tak Pandang Bulu

Minggu, 21 Mei 2017 - 09:25 WIB
Ancaman Kolesterol Tak Pandang Bulu
Ancaman Kolesterol Tak Pandang Bulu
A A A
JAKARTA - Pola makan tak sehat yang diperparah dengan gaya hidup akan jauh dari sehat, akhirnya berujung pada kadar kolesterol yang tidak terkontrol. Kondisi ini memunculkan berbagai risiko penyakit mematikan.

Pola hidup tak sehat, terutama sejak usia 25 tahun menjadi salah satu kontributor kolesterol jahat tinggi. Bagaimana tidak, hidup di perkotaan dengan segala kemudahan, membuat masyarakat malas bergerak.

Gaya hidup sedentary alias pasif ini masih diperparah dengan pola makan tidak sehat, seiring makin maraknya wisata kuliner yang menggoda selera. Belum lagi kesibukan yang padat membuat orang tak terlalu memperhatikan asupan nutrisi yang dibutuhkan dalam keseharian.

Tak heran dengan kebiasaan buruk tersebut, bahaya kolesterol jahat kian mengintai yang berujung pada kemunculan berbagai penyakit degeneratif seperti jantung koroner ataupun stroke.

“Jangan heran jika sekarang ini orang berusia muda sudah terkena kolesterol tinggi. Apalagi, bagi mereka yang sudah memiliki keturunan genetis, risiko terkena kolesterol tinggi lebih akan lebih tinggi terutama jika tak menjalani pola makan sehat,” kata Dr Djoko Maryono DsPD DsPJ, FIHA FACC, spesialis penyakit jantung dan kardiologis Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP).

Dr Djoko mengingatkan, tingginya kadar kolesterol jahat merupakan salah satu penyebab penyakit jantung koroner yang tak menimbulkan gejala apapun bagi penderitanya. Inilah pentingnya bagi masyarakat melakukan tes kolesterol rutin setiap tahun, khususnya mereka yang telah berusia di atas 25 tahun.

Jika sudah berusia 25 tahun, maka cek kolesterol dilakukan dua kali dalam setahun. Fakta menunjukkan, serangan jantung makin marak diderita orang-orang di usia 30 tahun. Padahal sebelumnya disarankan cek kolesterol setelah menginjak 40 tahun.

Dr Djoko meluruskan anggapan salah yang beredar di masyarakat. Menurutnya banyak yang mengira otot leher kaku ataupun rasa pusing setelah mengonsumsi makanan tertentu, menjadi indikator kadar kolesterol seseorang sedang tinggi.

"Kaku leher otot, 90 persen karena kelelahan mata, bukan karena hipertensi ataupun kolesterol tinggi. Makan sate kambing juga tidak sebabkan kolesterol naik. Daging kambing tak mengandung kolesterol tinggi," jelas dia.

Kolesterol jahat atau low density lipoprotein (LDL) masuk ke dalam darah melalui penyerapan makanan yang dikonsumsi. Kolesterol ini lama kelamaan bisa menumpuk dan mengeras. Akibatnya, terjadilah penyumbatan pembuluh darah atau aterosklerosis. Penyumbatan pembuluh darah di jantung berakibat jantung koroner.

Sementara apabila pembuluh darah menyumbat di otak, maka akan menyebabkan stroke. Kadar kolesterol dikategorikan normal bila berada pada angka di bawah 200 mg d/L, yakni terdiri dari LDL atau kolesterol jahat di bawah 130 mg d/L dan High-Density Lipopretein (HDL) atau kolesterol baik di atas 40 mg d/L.E.

Metode pengobatan Trisula bisa diterapkan untuk mencegah kolesterol tinggi, terdiri dari diet sehat, olahraga rutin, dan mengonsumsi obat sesuai petunjuk dokter. Ketiga hal ini harus berjalan beriringan.

Untuk olahraga, bersepeda, jalan kaki, dan berenang adalah pilihan terbaik bagi penderita kolesterol tinggi.

“Ketiga jenis olahraga itu tidak memberatkan sendi lutut. Olahraga yang lebih berat berisiko menyebabkan sendi lutut cedera. Jika sendi lutut cedera, akan lebih sulit lagi untuk berolahraga. Kalau tidak berolahraga, berat badan akan semakin naik sementara kolesterol jahat mengendap dalam tubuh,” terang dia.

Kolesterol tinggi dalam tubuh memang tidak bisa dirasakan, melainkan harus melewati pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar kolesterol. Karenanya dr. Djoko berpesan untuk rutin mengecek kolesterol dan menerapkan metode Trisula dalam keseharian.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6584 seconds (0.1#10.140)