Bijak Mengelola Stres

Kamis, 25 Mei 2017 - 22:11 WIB
Bijak Mengelola Stres
Bijak Mengelola Stres
A A A
JAKARTA - Tingkat stres yang terjadi pada masyarakat perkotaan boleh dibilang cukup tinggi. Ada beberapa hal yang mendasari, salah satunya faktor ekonomi. Lantas bagaimana mengelola stres agar tidak berimbas pada kesehatan kita?

Tingginya tingkat stres di masyarakat sejalan dengan semakin bertambahnya populasi khususnya di perkotaan. Sejak 1983 sampai 2009, tingkat stres mengalami peningkatan sebesar 18% pada wanita dan 24% pada pria.

Kesimpulan ini ditemukan oleh peneliti di Carnegie Mellon University di Pittsburgh, Amerika Serikat, yang menganalisa data lebih dari 6.300 orang. Penelitian ini dianggap sebagai yang pertama membandingkat tingkat stres.

Penelitian yang dimuat di Journal of Applied Social Psychology ini dilakukan pada 1983, 2006, dan 2009. Peneliti menemukan bahwa kelompok yang memiliki tingkat stres tinggi adalah wanita, orang dengan pendapatan rendah, dan orang yang kurang berpendidikan. Peneliti juga menemukan bahwa tingkat stres menurun seiring pertambahan usia.

Pengamat ekonomi Imaduddin Abdullah mengatakan ekonomi merupakan salah satu faktor yang memicu timbulnya stres di masyarakat.

"Tak jarang kita menyaksikan di tv isu finansial mempengaruhi kehidupan orang. Dalam sejumlah kasus, ekonomi jadi alasan orang bunuh diri atau berprilaku kriminal," kata Imaduddin.

Biaya hidup di perkotaan yang sangat tinggi tidak sejalan dengan ketersedian lapangan kerja yang dapat memberikan penghasilan yang cukup untuk hidup di tengah kota. Inilah yang memicu stres. Untuk itu Psikolog Liza Marielly Djaprie dari Sanatorium Dharmawangsa mengatakan orang yang tinggal di kota perlu memiliki kemampuan lebih untuk mengelola stresnya.

Satu cara mudah dalam menghadapi stres dijelaskan oleh Liza bisa hanya dengan bermeditasi mengatur napas. Dengan latihan menarik napas dalam-dalam dan mencoba melepaskan pikiran maka stres pun dapat ditekan.

"Fokus pada napas. Kita itu suka monkey mind pikiran loncat-loncat ke masa lalu terus ke masa depan. Ini yang biasanya menyebabkan stres karena suka menyesalkan masa lalu dan mengkhawatirkan masa depan," ungkap Liza.

Cobalah untuk tetap berada di masa sekarang sarannya. "Pada saat macet enggak usah mikir ke depannya gimana karena apa pun yang terjadi tetap enggak akan bergerak. Nikmatin saja di dalam mobil sambil meditasi nikmati suasana sekitar," lanjut Liza.

Selain dengan teknik meditasi cara berikutnya yang dianjurkan oleh Liza untuk hadapi stres hidup di kota adalah dengan melakukan hobi. Setiap orang pasti punya aktivitas yang ia senangi dan sebisa mungkin sempatkan waktu untuk melakukan hal tersebut sebagai 'obat' untuk kesehatan jiwa. Stres memang butuh dikelola sebaik mungkin.

Sebab stres yang berkepanjangan dapat membuat tubuh jatuh sakit, mulai keluhan ringan seperti pegal, kolesterol, darah tinggi, kelelahan hingga kematian akibat jantung maupun tindakan bunuh diri.

Data menunjukkan saat ini sekitar 11,6% penduduk dewasa mengalami depresi dan sebagian besar dari mereka melarikan diri ke gaya hidup berupa nongkrong di cafe sambil makan. “Jadi tanpa disadari dengan pola makan tersebut badan malah jadi obesitas, penyakit pun berdatangan,” lanjut Liza.

Untuk itu Lisa menyarankan depresi atau stes dalam level seringan apapun harus diatasi, harus dicarikan solusinya. Tujuannya agar tidak menjadi semakin parah dan berakibat fatal.

Senada dengan Liza, Corporate Business Development Deputy Director PT Kalbe Farma FX Widiyatmo mengatakan tingginya tingkat stres ini perlu diantisipasi oleh masyarakat. Stres, kata dia, akan membawa dampak langsung pada kesehatan.

“Masyarakat harus menyadari bahwa stres akan berdampak pada kesehatan jasmani. Stres sangat manusiawi, namun harus dikelola dengan baik. Harus ada keseimbangan dalam hidup agar stres tidak berdampak pada kesehatan,” ujarnya.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1481 seconds (0.1#10.140)