Berat Badan Kurang Jadi Momok Anak Indonesia

Jum'at, 26 Mei 2017 - 04:17 WIB
Berat Badan Kurang Jadi Momok Anak Indonesia
Berat Badan Kurang Jadi Momok Anak Indonesia
A A A
JAKARTA - Prevalensi berat badan kurang (underweight) di Indonesia cenderung naik dari 18,4% di 2007 menjadi 19,6% pada 2013. Underweight berisiko jangka panjang bagi anak hingga ancaman kematian.

Berat Badan (BB) kurang merupakan salah satu permasalahan pertumbuhan yang mengacu terhadap BB dan umur sehingga si kecil dapat terindikasi BB kurang, ini mengacu pada kurva pertumbuhan Badan Kesehatan Dunia (WHO), yakni apabila BB anak berada pada minus dua atau bahkan minus tiga kurva pertumbuhan tersebut.

Tidak main-main, anak yang berada di bawah kurva pertumbuhan itu berpeluang mengalami kematian akibat diare 5 kali lebih besar, radang paru 4 kali lebih besar, campak 3 kali lebih besar, dan risiko terkena semua penyakit tersebut 4 kali lebih besar dibandingkan anak dengan BB normal.

Untuk jangka panjang, anak lebih berisiko kurang aktivitas fisik, kecerdasan rendah, gangguan perilaku emosional, performa sekolah rendah, serta prestasi akademis yang juga rendah. Di 54 negara mulai terjadi penurunan BB dan tinggi badan di dua tahun pertama kehidupan termasuk di Tanah Air sendiri. Faktanya, 1 dari 5 anak balita di Indonesia alami BB kurang.

Masalahnya, orang tua banyak yang menganggap berat anak mereka normal. Padahal, dituturkan Dr dr Ahmad Suryawan Sp A(K), riset 2014 menyatakan sekira 46,58% orang tua anggap anak mereka tidak menderita BB kurang. Untuk itu pada dua tahun pertama sangat penting anak untuk dimonitor berat badannya. Kenapa? Karena pada dua tahun pertama itu merupakan 80% fase tumbuh kembang anak. Kalau anak kekurangan berat badan di usia di bawahdua tahun, pengaruhnya akan sampai ke masa depan.

"Si kecil yang mengalami BB kurang berisiko mengalami masalah tumbuh kembang, baik perkembangan otak, pertumbuhan fisik, hingga organ metabolik yang berdampak bagi masa depannya," beber Dokter Spesialis Konsultan Tumbuh Kembang – Pediatri Sosial.

Beragam faktor turut mempengaruhi kondisi ini, yaitu sejak masa sebelum kelahiran hingga pasca-kelahiran.

“Secara langsung, berat badan kurang dapat dipengaruhi oleh asupan nutrisi, aktivitas fisik, gangguan metabolik atau penyakit tertentu, serta pengaruh genetik/keturunan, hingga faktor tidak langsung seperti lingkungan dan sosio-ekonomi,” papar dr Yoga Devaera Sp.A(K), Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik.

Di antara beragam faktor tersebut, dr Yoga menunjukkan pola makan seperti menu yang tidak variatif, frekuensi makan, serta feeding style cenderung menjadi faktor dominan pada masalah BB kurang. Untuk diketahui, pertumbuhan anak setiap usianya berbeda-beda. Pertumbuhan paling cepat di usia tiga bulan pertama kehidupan.

Kecepatan pertumbuhan ini akan menurun dan stabil setelah usia 7 tahun, kemudian akan kembali meningkat dengan cepat pada usia remaja.

Solusi
Intervensi gizi yang tepat untuk anak yang mengalami masalah berat badan kurang adalah dengan menambah asupan kalorinya. Beri makanan atau minuman tambahan dari sumber protein hewani dan minyak sayur, seperti telur, keju, daging, dan susu untuk si kecil.

dr Wawan menekankan untuk selalu melakukan pemantauan sejak dini untuk memastikan anak tumbuh optimal sesuai tahapan tumbuh kembangnya, mengingat gangguan tumbuh kembang yang muncul karena berat badan kurang dapat memengaruhi kualitas hidup anak dan pada akhirnya mengancam masa depannya.

Baik dr Wawan maupun dr Yoga juga menyarankan secara aktif berkunjung ke pusat pelayanan kesehatan seperti Posyandu, Puskesmas, klinik khusus ibu dan anak, hingga rumah sakit agar dapat memanfaatkan layanan pengukuran berat maupun tinggi badan anak.

Dalam kesempatan kunjungan ke pusat layanan kesehatan, para ibu dianjurkan untuk membawa serta buku KIA yang sama semenjak masa kehamilan. Ibu juga bisa mendapatkan edukasi dari tenaga kesehatan tentang tumbuh kembang dan nutrisi yang dibutuhkan oleh anak.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5588 seconds (0.1#10.140)