Cegah Virus Leptospirosis, Pentingnya Pola Hidup Sehat
A
A
A
YOGYAKARTA - Dua warga yang tinggal Desa Srimartani, Piyungan, Bantul dilaporkan terkena penyakit leptospirosis, virus bakteri yang bersumber dari kencing binatang pengerat jenis tikus. Celakanya, satu diantaranya meninggal dunia.
Pamong Desa Srimartani Lilik Raharjo menyatakan, dua warga yang positif terjangkit leptospirosis berasal dari dua pedukuhan yaitu Petir dan Wanujoyo. Yang meninggal sekira bulan lalu karena tidak segera mendapat penanganan medis.
"Yang meninggal dari pedukuhan Petir, berprofesi sebagai pedagang," katanya pada wartawan, Selasa (30/5/2017).
Sedangkan, warga yang dari Wanujoyo, dilaporkan beberapa hari ini sudah dirujuk ke RSUD Bantul. Kondisinya berangsur membaik setelah mendapat perawatan medis dengan tepat.
Kedua pasien itu ditengarai terjangkit leptospirosis ini dari tempat kerja. Sebab, dalam dua bulan terakhir ini tidak turun hujan sehingga penularan melalui genangan air di desa sangat kecil kemungkinannya.
Catatan di Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemkab Bantul ada 55 warga yang menderita penyakit itu sejak awal tahun hingga mendekati akhir di bulan Mei 2017 ini. Sebagian besar bisa sembuh setelah mendapat perawatan tim medis.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Pemkab Bantul, Pramudi Darmawan mengatakan angka penderita ini merujuk pada surat kewaspadaan dini rumah sakit (KDRS) yang memberikan perawatan kepada penderita leptospirosis. Pihaknya mencatat ada tujuh pasien yang dilaporkan meninggal dunia.
"Pemeriksaan ulang yang kami lakukan, satu positif meninggal karena leptospirosis. Sedang sisanya dinyatakan suspect dan meninggal karena penyakit lain," jelasnya.
Pramudi menambahkan, mayoritas penderita leptospirosis merupakan petani. Menurutnya, penularan bakteri leptospira melalui genangan air di area persawahan dan masuk ke tubuh melalui luka atau lecet kulit, selaput di dalam mulut, hidung, dan mata.
Pihaknya meminta, agar prilaku hidup sehat diterapkan, termasuk petani yang notabene berkecimpung di area persawahan yang kotor dan becek. Prilaku hidup sehat seperti mencuci dengan air bersih usai di area persawahan.
"Tak hanya dengan air bersih, sebaiknya mencuci bagian badan, baik kaki dan tangan dengan sabun agar bakteri bisa hilang. Polah hidup bersih dan sehat ini sangat penting," katanya.
Menilik data sebelumnya, hingga akhir tahun 2016 lalu tercatat ada 73 penderita leptospirosis ini. Ironisnya, empat nyawa warga tidak tertolong. Sementara tahun 2015, tercatat ada 87 penderita dan lima diantara meninggal.
Pamong Desa Srimartani Lilik Raharjo menyatakan, dua warga yang positif terjangkit leptospirosis berasal dari dua pedukuhan yaitu Petir dan Wanujoyo. Yang meninggal sekira bulan lalu karena tidak segera mendapat penanganan medis.
"Yang meninggal dari pedukuhan Petir, berprofesi sebagai pedagang," katanya pada wartawan, Selasa (30/5/2017).
Sedangkan, warga yang dari Wanujoyo, dilaporkan beberapa hari ini sudah dirujuk ke RSUD Bantul. Kondisinya berangsur membaik setelah mendapat perawatan medis dengan tepat.
Kedua pasien itu ditengarai terjangkit leptospirosis ini dari tempat kerja. Sebab, dalam dua bulan terakhir ini tidak turun hujan sehingga penularan melalui genangan air di desa sangat kecil kemungkinannya.
Catatan di Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemkab Bantul ada 55 warga yang menderita penyakit itu sejak awal tahun hingga mendekati akhir di bulan Mei 2017 ini. Sebagian besar bisa sembuh setelah mendapat perawatan tim medis.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Pemkab Bantul, Pramudi Darmawan mengatakan angka penderita ini merujuk pada surat kewaspadaan dini rumah sakit (KDRS) yang memberikan perawatan kepada penderita leptospirosis. Pihaknya mencatat ada tujuh pasien yang dilaporkan meninggal dunia.
"Pemeriksaan ulang yang kami lakukan, satu positif meninggal karena leptospirosis. Sedang sisanya dinyatakan suspect dan meninggal karena penyakit lain," jelasnya.
Pramudi menambahkan, mayoritas penderita leptospirosis merupakan petani. Menurutnya, penularan bakteri leptospira melalui genangan air di area persawahan dan masuk ke tubuh melalui luka atau lecet kulit, selaput di dalam mulut, hidung, dan mata.
Pihaknya meminta, agar prilaku hidup sehat diterapkan, termasuk petani yang notabene berkecimpung di area persawahan yang kotor dan becek. Prilaku hidup sehat seperti mencuci dengan air bersih usai di area persawahan.
"Tak hanya dengan air bersih, sebaiknya mencuci bagian badan, baik kaki dan tangan dengan sabun agar bakteri bisa hilang. Polah hidup bersih dan sehat ini sangat penting," katanya.
Menilik data sebelumnya, hingga akhir tahun 2016 lalu tercatat ada 73 penderita leptospirosis ini. Ironisnya, empat nyawa warga tidak tertolong. Sementara tahun 2015, tercatat ada 87 penderita dan lima diantara meninggal.
(nfl)