Mengenal Sejarah Lahirnya Pancasila di Film Pantja Sila

Jum'at, 02 Juni 2017 - 00:30 WIB
Mengenal Sejarah Lahirnya Pancasila di Film Pantja Sila
Mengenal Sejarah Lahirnya Pancasila di Film Pantja Sila
A A A
SEMARANG - "Sila artinya asas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendiriken Negara Indonesia, kekal, dan abadi."

Begitulah sedikit potongan pidato Soekarno dalam film berjudul Pantja Sila Cita-Cita & Realita yang diputar di Kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes), Sekaran, Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah (Jateng). Film berdurasi 78 menit itu berhasil menghinopsis ratusan mahasiswa untuk tak beranjak dari tempat duduknya hingga usai diputar.

Pemutaran film yang dilanjutkan diskusi tersebut menghadirkan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, dan aktor Teuku Rifnu Wikana. Dalam film tersebut, Rifnu yang berperan sebagai Muh Yamin. Meski bukan sebagai aktor utama, namun Rifnu mengaku bangga bisa terlibat dalam film dokumenter yang menyabet berbagai penghargaan itu.

"Film ini berangkat dari keresahan seorang ayah akan generasi muda dan Pancasila. Kemudian Tyo Pakusadewo mengajak Tino Saroenggallo bekerjasama dalam memproduksi film ini. Tyo sebagai aktor dan sutradara, sedangkan Tino sebagai produser dan sutradara," kata Rifnu, Kamis (1/6/2017).

Dia menyebutkan, film tersebut bergenre monolog yang berisi pidato Soekarno saat menggagas isi Pancasila sebagai dasar negara. Isi pidato diambil dari catatan stenografi otentik, karena berdasarkan hasil riset pidato Bung Karno tidak ditemukan rekaman baik audio maupun foto.

Dalam film tersebut, Bung Karno yang berpidato dalam Sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPU-PK) sama sekali tak menggunakan teks. Pidato yang berlangsung pada 1 Juni 1945 kemudian dicatat sebagai Hari Kelahiran Pancasila.

Bung Karno dengan suara lantang bisa melisankan untaian kata dengan sangat lancar. Tak hanya Bahasa Indonesia, orator ulung itu juga menyelipkan beberapa istilah bahasa asing dalam pidatonya.

"Semoga dapat menumbuhkan semangat berkebangsaan kepada masyarakat akan pentingnya Pancasila sebagai warisan para founding father. Jika pada tahun segitu, Bung Karno dan tokoh nasional yang lain menguasai segitu banyak bahasa, bagaimana dengan kita saat ini, lebih maju atau mundur?" kata Rifnu dengan nada tanya kepada seluruh audiens.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8669 seconds (0.1#10.140)