Minimalisir Bau Mulut Saat Puasa

Sabtu, 17 Juni 2017 - 03:21 WIB
Minimalisir Bau Mulut Saat Puasa
Minimalisir Bau Mulut Saat Puasa
A A A
JAKARTA - Masalah bau mulut (halitosis) seringkali menimbulkan ketidaknyamanan dan hambatan dalam pergaulan keseharian. Tak terkecuali saat berpuasa, rongga mulut akan lebih kering sehingga produksi saliva berkurang.

Selama berpuasa, rongga mulut akan lebih kering dari biasanya karena tidak makanan yang dikunyah selama sehari penuh sehingga produksi saliva (air liur) berkurang. Hal ini menyebabkan bakteri anaerob penghasil belerang berkembang biak terutama pada kondisi oral hygiene buruk. Alhasil bau mulut pun tidak dapat dicegah.

"Halitosis selama puasa memang tidak bisa dihindari karena jumlah saliva yang menurun drastis. Makanya mulut jadi lebih kering," kata drg Adianti MDSc Sp Ort saat ditemui di Griya DR. Sony, Ampera Raya, Jakarta.

Kendati demikian, halitosis dapat diminimalisir selama puasa. Caranya, terang drg Adianti membersihkan sumber infeksinya.

“Seperti lubang gigi ditambal, karang gigi dibersihkan, dan sisa akar dicabut," ujarnya.

Sementara itu drg Felicia Melati SpKGA dari Bamed Health Care menjelaskan terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi halitosis selama puasa. Paling utama adalah menjaga kebersihan mulut dengan menyikat gigi dan lidah dengan benar dan teratur, setidaknya dua kali sehari, yakni sehabis sahur dan sebelum tidur malam.

Berkumur dengan benar saat wudhu dapat mengatasi kondisi mulut yang cenderung kering sehingga hal tersebut membantu menurunkan risiko halitosis. Memperbanyak konsumsi sayur dan buah serta minum air putih yang banyak saat sahur dan berbuka amat dianjurkan sehingga saat puasa tubuh tidak dehidrasi.

Sebagian besar kasus halitosis muncul (90%) karena adanya masalah di dalam mulut seperti oral hygiene yang buruk, karies, karang gigi, dan penyakit periodontal. Sedangkan 10 persen kasus halitosis lainnya disebabkan oleh berbagai faktor di luar mulut mulai dari penyakit gastroinstestinal, infeksi saluran respiratori, tonsilitis hingga penyakit sistemik.

Kebersihan mulut (oral hygiene) yang tak terjaga menyebabkan sisa makanan menumpuk di dalam mulut. Sisa makanan yang bertumpuk di dalam mulut merupakan kondisi ideal bagi bakteri untuk berkembang.

Adapun karies merupakan 'sarang' bagi bakteri dalam mulut untuk berkembang. Semakin besar lubang yang terjadi akibat karies, semakin banyak pula makanan yang mungkin menumpuk di area tersebut.

Akibatnya bakteri akan semakin bertambah di area karies gigi. Cara untuk mengatasi halitosis dalam kondisi ini ialah dengan memperbaiki dan mengoptimalkan upaya membersihkan mulut. Karenanya langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengevaluasi ulang teknik menggosok gigi dengan melakukan konsultasi ke dokter gigi.

"Banyak pasien yang merasa sudah menyikat gigi dengan benar namun memiliki halitosis," kata drg. Felicia.

Kemampuan menggosok gigi dapat dievaluasi dengan menggunakan disclosing agent, yaitu bahan pewarna yang akan melekat pada plak gigi. Jika kemampuan menggosok gigi dengan benar, maka pewarnaan yang terjadi amat minim atau bahkan tidak ada.

Dokter gigi akan mengajarkan teknik menyikat gigi yang benar pada pasien dengan oral hygiene buruk dan mengedukasi untuk mendapatkan oral hygiene yang tepat serta mempertahankannya. Masih menurut drg. Felicia, banyak pasien yang lupa atau bahkan tidak tahu bahwa lidah perlu disikat untuk mendapatkan oral hygiene yang maksimal.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9963 seconds (0.1#10.140)
pixels