Mengenal Brugada Syndrome

Minggu, 02 Juli 2017 - 18:08 WIB
Mengenal Brugada Syndrome
Mengenal Brugada Syndrome
A A A
JAKARTA - Meninggalnya dokter anastesi, dr Stefanus Taofik saat bertugas di RS Pondok Indah Bintaro Jaya saat piket Lebaran selama 2x24 jam pada 26 Juni 2017 lalu diduga akibat brugada syndrome. Sebelumnya, dokter paruh waktu tersebut dilaporkan meninggal karena kelelahan bekerja.

Dilansir Mayo Clinic, brugada syndrome merupakan gangguan irama jantung yang mematikan dan bisa diturunkan. Pasien brugada sindrom berisiko mengalami ketidaknormalan irama jantung dari bilik jantung (ventricularis arrhytmias).

Akibatnya, jantung tidak bisa memompa darah ke seluruh tubuh. Namun, jika gangguan berlangsung hanya sesaat, menyebabkan pasien pingsan dan meninggal lantaran serangan jantung mendadak jika berlangsung lama.

Sayang, dalam beberapa kasus, brugada syndrom tidak mengalami gejala sehingga banyak yang tidak menyadarinya. Namun kondisi ini bisa dideteksi dengan elektrokardiogram (ECG) dengan pola tertentu. Umumnya, penyakit ini banyak dijumpai pada pria dewasa dan remaja. Sindrom ini jarang ditemui pada anak-anak.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6652 seconds (0.1#10.140)