Orang Tua Pakai Vape, Anak Berisiko Jadi Perokok

Rabu, 12 Juli 2017 - 23:27 WIB
Orang Tua Pakai Vape,...
Orang Tua Pakai Vape, Anak Berisiko Jadi Perokok
A A A
JAKARTA - Peneliti dari National Institute on Minority and Health Disparities, Bethesda Maryland, Amerika Serikat Kelvin Choi menjelaskan prevalensi perokok muda sudah turun sejak 1998 lantaran kampanye bahaya merokok. Namun, kehadiran vape mengancam kampanye tersebut.

"Rokok elektrik mengancam kampanye bahaya merokok, namun sedikit data yang dimiliki untuk mendukung pernyataan tersebut. Karena itu kami melakukan penelitian ini sebagai sarana untuk mempertajam diskusi soal bahaya rokok elektrik," kata Choi seperti dilansir Reuters.

Penelitian dilakukan dengan menganalisis data lebih dari 70 ribu pelajar sekolah menengah pertama (SMP) melalui Florida Youth Tobacco Survey pada 2014. Mereka diminta mengisi pertanyaan apakah pernah mencoba merokok, vape atau tembakau serta perilaku merokok orang-orang di sekitarnya.

Hasilnya menunjukkan, sebanyak 8% pelajar mengaku pernah mencoba vape. Semantara, 12% pelajar mengaku hidup dengan pengguna rokok elektrik, termasuk dengan orang tua dan saudara lain. Pelajar yang tinggal dengan pengguna vape lebih terbuka untuk merokok.

Hasil penelitian yang dipublikasikan di Journal of Adolescent Health menyatakan, mereka juga mencoba merokok lebih awal dan berisiko lebih besar menjadi perokok di kemudian hari.

"Tinggal dengan pengguna rokok elektrik berarti anak terpapar dengan iklan. Mereka juga mengasosiasikan merokok sebagai perilaku normal yang dilakukan oleh orang dewasa," jelasnya.

Sementara, Lucy Popova dari Georgia State University School of Public Health mengatakan umumnya orang dewasa menggunakan vape dengan alasan rokok modern tersebut lebih aman bagi anak-anak karena tidak berasap, tidak mengandung nikotin dan tidak berbau. Namun anggapan tersebut tidaklah tepat.

"Ketika anak melihat merokok sebagai normal, mereka tentu saja akan lebih tertarik mencobanya. Dengan menggunakan rokok elektrik, perilaku merokok akan terlihat normal, dan bisa jadi penyebab utama ia mengidap adiksi seumur hidup," kata Popova.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1314 seconds (0.1#10.140)