Pencemaran Pestisida Dapat Menyebabkan Anak Jadi Pendek

Sabtu, 22 Juli 2017 - 13:31 WIB
Pencemaran Pestisida Dapat Menyebabkan Anak Jadi Pendek
Pencemaran Pestisida Dapat Menyebabkan Anak Jadi Pendek
A A A
SEMARANG - Anak yang pendek atau stunting selama ini hanya dikaitkan dengan tidak kuatnya intake gizi, faktor kesakitan dan keturunan. Namun melalui penelitian desertasi yang dilakukan dr. Apoina Kartini, M.Kes,ternyata faktor lingkungan turut memberi kontribusi terjadinya stunting (kurang gizi kronis).

Dari penelitian yang dilakukan, Apoina telah membuktikan bahwa riwayat paparan pestisida yang tinggi dan kadar hormon pertumbuhan Insulin-like growth factor-1 (IGF-1) menjadi faktor risiko kejadian stunting pada anak sekolah dasar di daerah pertanian di Kabupaten Brebes.

Promovenda (sebutan calon doktor) tersebut tertarik meneliti tentang dampak paparan pestisida terhadap kesehatan anak di Kabupaten Brebes karena dari hasil Riskesdas 2013 pervalensi stunting (pendek) pada anak sekolah (5-12 tahun) di kabupaten ini merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah, mencapai 40,7 %.

Dia mengungkapkan, Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang mengandalkan budidaya sehingga petani melakukan penyemprotan pestisida 2-3 kali per minggu bahkan setiap hari pada musim hujan.

“Sebagai akibatnya residu pestisida masih ada dalam tanaman, dan sebagian mencemari tanah dan air tanah,” kata Apoina kepada SINDOnews, Jumat (21/7/2017).

“Sejumlah penelitian yang sebelumnya dilakukan di daerah ini menunjukkan paparan pestisida golongan organofosfat merupakan faktor risiko hipotiroidisme pada WUS di daerah pertanian dan proporsi stunting cenderung lebih besar pada kelompok dengan metabolit pestisida dalam urin positif dibanding pada kelompok dengan metabolit pestisida dalam urin negatif,” jelasnya.

Paparan pestisida pada anak di daerah pertanian dapat terjadi secara langsung melalui keterlibatan mereka pada kegiatan pertanian, atau secara tidak langsung melalui kontak dengan lingkungan, baik air, tanah atau makanan yang terkontaminasi oleh residu pestisida.

“Banyak siswa ikut terlibat dalam kegiatan pertanian misalnya mencari hama, membantu saat panen dan melepas bawang dari tangkainya,” papar dia.

Ditambahkan, pestisida golongan organofosfat dan organoklorin berdasarkan penelitian di banyak negara ini terbukti dapat mengganggu fungsi hormon pertumbuhan IGF-1.

Sementara itu, Apoina sendiri berhasil mempertahankan desertasi dengan judul Riwayat Paparan Pestisida sebagai Faktor Risiko Keajdian Stunting pada anak Sekolah Dasar di Daerah Pertanian, di bawah bimbingan promotor Prof. Dr. dr. Hertanto Wahyu Subagio, MS. Sp.GK (K) dengan ko promotor Prof. Dr. dr. Soeharyo Hadisaputro, Sp.PD, (KPTI) dan dr. Martha Irene Kartasurya, M.Sc. Ph.D.

Ujian promosi Doktor Ilmu Kedokteran Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro digelar di Gedung Pascasarjana Undip, Semarang.

Istri dari Dr.dr. Suhartono, M.Kes. dan ibu dari dua anak, Rahmadani Nur Permanawati, SE dan Muhammad Nursandy Sugary merupakan dosen PNS di bagian Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Diponegoro sejak 1991. Selain menjadi dosen, Apoina pernah menjadi Ketua Bagian di Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat.

Menurut Dr. dr. Dwi Pujonarko, Sp.SK (K) selaku moderator ujian terbuka, Dr. dr. Apoina Kartini, MKes merupakan doktor yang ke-99 yang diluluskan oleh Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan (DIKK) di Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, dan menjadi doktor yang ke-983 di Undip.

“Selain menjadi dosen, promovenda (Apoina) juga merupakan peneliti handal di bidang gizi kesehatan masyarakat,” ujar Dwi Pujonarko.

Menurutnya, hasil penelitian ini menjadi masukan penting bagi kementerian dalam rangka mengembangkan intervensi sensitif untuk menanggulangi masalah stunting pada balita melalui perbaikan kesehatan lingkungan.

“Terutama dalam memberiproteksi yang memadai dari bahaya pencemaran pestisida bagi masyarakat, khususnya pada kelompok rawan ibu hamil dan anak,” ujarnya.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4752 seconds (0.1#10.140)