Docs By The Sea Masih Didominasi Film Dokumenter Bertema Konflik

Kamis, 31 Agustus 2017 - 14:19 WIB
Docs By The Sea Masih Didominasi Film Dokumenter Bertema Konflik
Docs By The Sea Masih Didominasi Film Dokumenter Bertema Konflik
A A A
NUSA DUA - Festival film dokumenter Docs By The Sea, di Hotel Vouk, Jalan Nusa Dua, Bali, masih didominasi oleh film-film dokumenter bertemakan konflik diberbagai negara Asia Tenggara.

Acara yang diikuti 30 filmmaker dari 13 negara itu, berkesempatan pitching dihadapan 30 perwakilan 16 negara untuk mendapatkan pendanaan, mentorship, distribusi, dan jaringan sineasnya.

Dari 30 filmmaker yang lolos mengikuti Docs By The Sea, Indonesia menyumbang 10 proyek film dokumenter. Sisanya, 15 proyek dari negara-negara Asia Tenggara, dan 5 lagi dari negara-negara Eropa.

Seperti film berjudul You & I dari Indonesia misalnya. Film tentang dua orang nenek bekas tahanan politik prahara 1965/1966 ini diangkat kepermukaan dengan menampilkan humanismenya yang kuat.

Film garapan Fanny Chotimah, Yulia Evina Bhara, dan Tazia Teresa Darryanto ini mengangkat kisah nenek Kaminah (70), dan Kusdalini (74). Keduanya menjalani hidup bersama hingga akhir hayat.

Film selanjutnya adalah When People Dare to Ask, besutan Steve Pillar Setiabudi, Amerta Kusuma, dan Yulia Evina Bhara. Film ini coba merekam kembali huru-hara Mei 1998 dan penculikan aktivis 1998.

Sosok yang dimunculkan dalam film ini adalah penyair pelo Wiji Thukul. Sosok Wiji Thukul hingga kini masih hilang. Dia diduga diculik dan dibunuh saat terjadi demonstrasi turunkan Presiden Soeharto.

Kemudian The Last Survivor. Film karya FX Harsono dan Amerta Kusuma ini coba mengangkat kisah saksi hidup peristiwa agresi militer Belanda 1947-1949 dengan korban jiwa paling banyak warga Cina.

Film ini coba mengangkat ketabahan seorang korban perang dalam menjalani hidup. Sosok yang diangkat dalam film ini adalah Mrs Eris (92), wanita yang suaminya terbunuh dalam agresi militer.

Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo, selaku penyelenggara Docs By The Sea mengatakan, sineas Indonesia tidak hanya mengangkat tema konflik dalam karya film dokumenternya.

"Ada juga yang mengangkat kebudayaan. Indonesia sangat kaya akan cerita-cerita itu, dan ini sangat menarik untuk digali," katanya, kepada Koran Sindo, di Hotel Vouk, Nusa Dua, Bali, kemarin.

Menurutnya, film dokumenter memiliki arti sangat penting di masa sekarang. Sebab kisah dari Indonesia akan menjadi produk yang menarik untuk dipasarkan, dan untuk mengenal Indonesia lebih baik lagi.

"Apalagi, Amerika baru mengeluarkan pernyataan bahwa Indonesia the most invesible country in the world. Indonesia tidak tampak, padahal negara paling menjanjikan di dunia," sambungnya.

Dengan menampilkan film bertema konflik dan budaya di Indonesia, dia berharap, masyarakat luar menjadi lebih mengerti akan Indonesia seutuhnya. Terutama soal potensi-potensi yang ada di dalamnya.

Nyatanya, tidak hanya Indonesia yang sineasnya menampilkan konflik. Negara-negara peserta Docs By The Sea lainnya juga menggarap tema yang sama. Seperti perwakilan dari Filipina misalnya.

Film bertajuk Aswang besutan Alyx Ayn Arumpac dan Armi Rae Cacanindin ini mengangkat perang narkoba di negaranya. Perang tersebut, telah memakan korban jiwa sangat banyak, hingga 5.000 orang.

Tidak sedikit, warga yang tidak terkait dengan narkoba pun menjadi korban. Dampak sosial paling parah yang terjadi akibat perang ini adalah istri menjadi janda, dan anak-anak menjadi yatim.

"Mayat manusia berserakan di jalan, seperti binatang. Darah menggenang di perkampungan, dan air mata anak, serta istri para korban. Sangat menakutkan," kata Alyx Ayn, kepada Sindonews.

Dalam membuat film dokumenter itu, gadis cantik berambut panjang ini mengaku kerap ketakutan. Apalagi, saat video direkam, perang narkoba itu masih berlangsung di negaranya hingga kini.

Begitupun dengan perwakilan Myamar. Film bertajuk Love Behind The Conflik itu menggambarkan konflik yang terjadi antara umat Budha dan Muslim minoritas Rohingya, dari sangat dekat sekali.

Meski demikian, dalam praktik di lapangan dia menemukan hal yang berbeda dengan apa yang diberitakan media massa. Dia merekam, hubungan baik Muslim Rohingya dengan umat Budha di sana.
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5308 seconds (0.1#10.140)