Pengabdi Setan, Sebuah Konsekuensi Perjanjian dengan Setan

Kamis, 21 September 2017 - 03:45 WIB
Pengabdi Setan, Sebuah...
Pengabdi Setan, Sebuah Konsekuensi Perjanjian dengan Setan
A A A
JAKARTA - Tidak jarang seseorang melakukan berbagai cara demi bisa mencapai apa yang diinginkannya. Bahkan, demi sebuah ambisi, seseorang rela terjun ke dunia hitam, bersekongkol serta menjalin sebuah perjanjian dengan setan. Hal tersebut seperti yang tergambar dalam film remake Pengabdi Setan, garapan sutradara Joko Anwar.

Dikisahkan, Ibu (Ayu Laksmi), seorang penyanyi zaman dulu yang menderita sakit cukup parah. Bahkan, akibat penyakit yang dideritanya sejak tiga tahun terakhir, sang ibu hanya bisa mengisi hari-harinya di atas tempat tidur.

Tinggal di sebuah rumah kuno yang cukup besar dengan kondisi tubuh yang semakin lemah, memaksa sang ibu hanya bisa menggunakan lonceng untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya. Namun, siapa sangka, selain untuk memanggil anak-anaknya, suara lonceng juga ternyata mengundang mahluk dari alam lain.

Fenomena tersebut diketahui setelah Ibu meninggal. Berbekal surat yang ditulis oleh neneknya (Elly Luthan), Rini (Tara Basro), anak sulung ibu, menemui seorang teman nenek. Lewat teman nenek itu lah, Rini sedikit banyak mengetahui tentang ibunya saat awal menikah dengan ayahnya.

Saat itu, nenek tidak merestui pernikahan ayah (Bront Paranae) Rini dengan almarhum ibu. Guna mendapat restu serta mendapat pengakuan dari pihak keluarga ayah, si ibu pun disinyalir bersekutu dengen sekte setan, menjadi pengabdi setan.

Naas, sebagai konsekuensinya, anak-anak mereka harus menanggung segala risiko dari keputusan ibu itu. Bahkan, anak bungsu mereka, Ian (M Adhiyat) harus menyusul ibu dengan cara mengenaskan. Ya, Ian yang tuna wicara itu dijemput oleh mayat hidup (zombie) sebagai sarat dari bergabungnya ibu dengan sekte setan.

Teror yang dialami Rini bersama tiga orang adik serta ayahnya baru mereda ketika mereka memutuskan untuk pindah ke apartemen di sebuah kota. Kepindahan mereka itu, dilakukan setelah Ian menghilang, dijemput zombie.

Suasana horor dalam film ini begitu terasa. Perpaduan pencahayaan dan musik, membuat suasana seram semakin sempurna. Apalagi, rumah yang ditempati ibu, berada tidak jauh dari pemakaman. Hadirnya gerombolan zombie yang bertugas menjemput Ian, membuat film ini berbeda dengan film horor Indonesia lainnya.

Tidak hanya itu, kehadiran zombie yang meneror keluarga Rini dari berbagai sudut rumah, bisa membuat jantung para penonton bisa berdegup kencang.

Sementara itu, meskipun bergenre horor, namun ada sejumlah adegan yang bisa mengundang tawa. Komunikasi yang dibangun oleh M. Adhiyat yang berperan sebagai bocah tuna wicara dan kakaknya, Nasar Anuz, bisa mengendorkan ketegangan saat menonton film produksi Rapi Films itu.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1637 seconds (0.1#10.140)