Big Audition Indonesian Idol Surabaya Diminati Pengamen Jalanan
A
A
A
SURABAYA - Jika jalanan menjadi penyambung kehidupan, para pemusik jalanan tetap bisa memekikan kata merdeka. Di deretan trotoar, mereka menempa diri dan mendulang pundi-pundi rupiah dari kepingan logam. Mereka tak menyerah, dan kini menjadikan Indonesian Idol sebagai jalan kedua dalam menyelamatkan keyakinannya dalam bermusik.
Saat yang lainnya mengipaskan kertas karton ke kening dan leher, Muslikan, 26, malah sibuk mengelap gitarnya dengan kemeja kotak-kotak merah yang dikenakannya. Gambar Bob Marley, Kurt Cobain dan kelompok musik hard rock AC/DC menempel lekat dalam permukaan gitar cokelat yang sudah kusam itu.
Mus, demikian dia biasa disapa, sudah terbiasa dengan peluh. Hawa panas bus kota, kegaduhan terminal dan kejamnya stasiun sudah pernah ditinggalinya untuk bisa bernyanyi, mendulang rejeki dan terus memetik gitarnya sampai pagi. Hampir sepuluh tahun terakhir ini hidupnya banyak dihabiskan di jalan.
“Paling enak kalau mengamen itu di kereta api. Tapi sayang sekarang sudah nggak bisa masuk lagi ke gerbong. Kalau kereta api sekali jalan dapatnya bisa buat makan seharian,” ujar Mus di sela audisi Indonesian Idol di halaman Gedung Badan Kerjasama Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BK3S) Surabaya, Minggu (1/10/2017).
Datang dengan mengenakan celana jeans hitam yang sudah robek di bagian lutut dan paha, Mus begitu percaya diri. Sepatu kain yang warna hitamnya sudah memudar menunjukan jari kelingking kakinya yang tampak menyembul keluar. Lagu-lagu rancak yang biasa didendangkan ketika dirinya mengamen terus mengema. Mencoba untuk memecah hawa panas yang begitu terik di Kota Pahlawan.
Mus menyadari, pilihan untuk terus bermusik memang cukup berat. Beban biaya kehidupan yang begitu tinggi memaksanya untuk bisa mengubah harapan.
“Semua orang tua tentu ingin anaknya bekerja dengan gaji yang tinggi dan stabil. Tapi saya menyukai musik, dan ini jalan yang harus kutempuh,” kata Mus.
Setelah bertahun-tahun bermusik, dia ingin mencoba peruntungan lain setelah lama berada di jalanan. Pengalaman bermusiknya yang sudah teruji coba dijadikan modal penting dalam keikutsertaannya di Indonesia Idol. Kompetisi bermusik yang baginya bisa menciptakan harapan baru bagi banyak musisi jalanan di Indonesia.
“Jalan yang saya pilih tetap di dunia musik. Tapi memang berbeda dengan musik jalanan, ini lebih sulit kayaknya,” ucap Mus/
Widyanto, 27, salah satu pengamen asal Ponorogo yang datang ke audisi Indonesian Idol juga memiliki motivasi besar untuk bisa sukses. Dia percaya dengan cengkok suaranya yang unik bisa meluluhkan hati para dewan juri. Ditambah lagi dengan kelebihannya menguasai lagu-lagu daerah yang tidak dimiliki oleh peserta yang lain.
Selama ini, anak pertama dari empat bersaudara ini aktif mengamen di jalanan. Dia pun kerap mengisi acara di kafe-kafe kecil yang ada di Ponorogo, Magetan sampai Solo dengan melantunkan berbagai lagu kesayangan di berbagai kota yang dikunjungi.
“Bertahun-tahun Indonesian Idol berhasil mencetak banyak penyanyi. Judika salah satu yang saya idolakan,” kata dia.
Kini, harapan untuk bisa datang ke Jakarta dan melampaui berbagai tahapan ingin dilaluinya. Dia pun menyadari kalau dirinya perlu banyak belajar tentang musik dari berbagai ajang musik. Salah satunya kompetisi seperti Indonesian Idol yang diikuti ribuan peserta dari seluruh Indonesia.
“Kalau pun gagal saya tak akan kecewa. Karena yang mahal itu prosesnya, jadi apapun hasilnya nanti saya menerimanya,” ucapnya.
Media Relation Div Course RCTI Ulul Azmi menuturkan, Surabaya menjadi salah satu penyumbang peserta Indonesian Idol selama beberapa tahun terakhir ini. Memasuki season 9, sebagai fase awal, Indonesian Idol menggelar dua kategori audisi, yaitu special city audition dan big audition.
Audisi Indonesian Idol yang ada di Surabaya menjadi salah satu rangkaian yang dilakukan RCTI di 13 kota yang ada di Indonesia. Pihaknya berharap banyak talenta tanah air yang bisa terjaring di tiap kota untuk ikut dalam Indonesian Idol.
Saat yang lainnya mengipaskan kertas karton ke kening dan leher, Muslikan, 26, malah sibuk mengelap gitarnya dengan kemeja kotak-kotak merah yang dikenakannya. Gambar Bob Marley, Kurt Cobain dan kelompok musik hard rock AC/DC menempel lekat dalam permukaan gitar cokelat yang sudah kusam itu.
Mus, demikian dia biasa disapa, sudah terbiasa dengan peluh. Hawa panas bus kota, kegaduhan terminal dan kejamnya stasiun sudah pernah ditinggalinya untuk bisa bernyanyi, mendulang rejeki dan terus memetik gitarnya sampai pagi. Hampir sepuluh tahun terakhir ini hidupnya banyak dihabiskan di jalan.
“Paling enak kalau mengamen itu di kereta api. Tapi sayang sekarang sudah nggak bisa masuk lagi ke gerbong. Kalau kereta api sekali jalan dapatnya bisa buat makan seharian,” ujar Mus di sela audisi Indonesian Idol di halaman Gedung Badan Kerjasama Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BK3S) Surabaya, Minggu (1/10/2017).
Datang dengan mengenakan celana jeans hitam yang sudah robek di bagian lutut dan paha, Mus begitu percaya diri. Sepatu kain yang warna hitamnya sudah memudar menunjukan jari kelingking kakinya yang tampak menyembul keluar. Lagu-lagu rancak yang biasa didendangkan ketika dirinya mengamen terus mengema. Mencoba untuk memecah hawa panas yang begitu terik di Kota Pahlawan.
Mus menyadari, pilihan untuk terus bermusik memang cukup berat. Beban biaya kehidupan yang begitu tinggi memaksanya untuk bisa mengubah harapan.
“Semua orang tua tentu ingin anaknya bekerja dengan gaji yang tinggi dan stabil. Tapi saya menyukai musik, dan ini jalan yang harus kutempuh,” kata Mus.
Setelah bertahun-tahun bermusik, dia ingin mencoba peruntungan lain setelah lama berada di jalanan. Pengalaman bermusiknya yang sudah teruji coba dijadikan modal penting dalam keikutsertaannya di Indonesia Idol. Kompetisi bermusik yang baginya bisa menciptakan harapan baru bagi banyak musisi jalanan di Indonesia.
“Jalan yang saya pilih tetap di dunia musik. Tapi memang berbeda dengan musik jalanan, ini lebih sulit kayaknya,” ucap Mus/
Widyanto, 27, salah satu pengamen asal Ponorogo yang datang ke audisi Indonesian Idol juga memiliki motivasi besar untuk bisa sukses. Dia percaya dengan cengkok suaranya yang unik bisa meluluhkan hati para dewan juri. Ditambah lagi dengan kelebihannya menguasai lagu-lagu daerah yang tidak dimiliki oleh peserta yang lain.
Selama ini, anak pertama dari empat bersaudara ini aktif mengamen di jalanan. Dia pun kerap mengisi acara di kafe-kafe kecil yang ada di Ponorogo, Magetan sampai Solo dengan melantunkan berbagai lagu kesayangan di berbagai kota yang dikunjungi.
“Bertahun-tahun Indonesian Idol berhasil mencetak banyak penyanyi. Judika salah satu yang saya idolakan,” kata dia.
Kini, harapan untuk bisa datang ke Jakarta dan melampaui berbagai tahapan ingin dilaluinya. Dia pun menyadari kalau dirinya perlu banyak belajar tentang musik dari berbagai ajang musik. Salah satunya kompetisi seperti Indonesian Idol yang diikuti ribuan peserta dari seluruh Indonesia.
“Kalau pun gagal saya tak akan kecewa. Karena yang mahal itu prosesnya, jadi apapun hasilnya nanti saya menerimanya,” ucapnya.
Media Relation Div Course RCTI Ulul Azmi menuturkan, Surabaya menjadi salah satu penyumbang peserta Indonesian Idol selama beberapa tahun terakhir ini. Memasuki season 9, sebagai fase awal, Indonesian Idol menggelar dua kategori audisi, yaitu special city audition dan big audition.
Audisi Indonesian Idol yang ada di Surabaya menjadi salah satu rangkaian yang dilakukan RCTI di 13 kota yang ada di Indonesia. Pihaknya berharap banyak talenta tanah air yang bisa terjaring di tiap kota untuk ikut dalam Indonesian Idol.
(alv)