Yayasan Rumah Rachel Ajak Masyarakat Renungkan Berharganya Hidup
A
A
A
Dalam rangka memperingati Hari Asuhan Paliatif Anak Sedunia, penyedia layanan asuhan paliatif anak, Yayasan Rumah Rachel menggelar instalasi The Living Wall di kawasan Cilandak, Jakarta, 13-15 Oktober 2017.
"Dalam rangka Hari Asuhan Paliatif Anak Sedunia, kami bermaksud mengajak masyarakat untuk mendukung asuhan paliatif bagi begitu banyak anak-anak yang hidup dengan penyakit berat serta keluarganya di Jakarta," kata CEO Yayasan Rumah Rachel Kartika Kurniasari saat jumpa pers di kawasan Cilandak, Jakarta, Jumat (13/10/2017).
Diperkirakan kurang dari 1% dari 700 ribu anak Indonesia yang hidup dengan penyakit berat bisa mengakses asuhan paliatif, sementara sisanya hidup dalam kesakitan.
Guna anak Indonesia dapat hidup terbebas dari nyeri, Kartika berharap pemerintah dapat meningkatkan layanan jaminan kesehatan nasional (JKN) dengan mencakup layanan asuhan paliatif, termasuk dalam biaya lingkungan rumah sakit dan rumah pasien.
"Pemerintah juga dapat membantu memastikan penerapan asuhan paliatif berjalan baik dengan menerbitkan panduan dan kebijakan untuk memastikan asuhan paliatif sebagai komponen inti sistem kesehatan nasional. Jika kita bekerja bersama bisa merubah hidup ratusan ribu anak yang hidup dengan penyakit berat dan keluarga mereka di berbagai penjuru Indonesia," jelasnya.
The Living Wall merupakan serangkaian papan tulis raksasa yang mengajak masyarakat untuk menjawab pertanyaan "apa yang akan kamu lakukan jika ini hari terakhirmu?". Melalui acara ini, masyarakat diajak untuk merenungkan betapa berharganya hidup yang dimiliki serta banyaknya anak Indonesia yang hidup dengan penyakit berat dan tidak memiliki hari esok.
"Dengan bertanya ke masyarakat apa yang akan mereka lakukan jika ini hari terakhir, kami berharap dapat memicu dialog tentang asuhan paliatif dan kesulitan yang dihadapi anak-anak yang hidup dengan penyakit berat," pungkasnya.
"Dalam rangka Hari Asuhan Paliatif Anak Sedunia, kami bermaksud mengajak masyarakat untuk mendukung asuhan paliatif bagi begitu banyak anak-anak yang hidup dengan penyakit berat serta keluarganya di Jakarta," kata CEO Yayasan Rumah Rachel Kartika Kurniasari saat jumpa pers di kawasan Cilandak, Jakarta, Jumat (13/10/2017).
Diperkirakan kurang dari 1% dari 700 ribu anak Indonesia yang hidup dengan penyakit berat bisa mengakses asuhan paliatif, sementara sisanya hidup dalam kesakitan.
Guna anak Indonesia dapat hidup terbebas dari nyeri, Kartika berharap pemerintah dapat meningkatkan layanan jaminan kesehatan nasional (JKN) dengan mencakup layanan asuhan paliatif, termasuk dalam biaya lingkungan rumah sakit dan rumah pasien.
"Pemerintah juga dapat membantu memastikan penerapan asuhan paliatif berjalan baik dengan menerbitkan panduan dan kebijakan untuk memastikan asuhan paliatif sebagai komponen inti sistem kesehatan nasional. Jika kita bekerja bersama bisa merubah hidup ratusan ribu anak yang hidup dengan penyakit berat dan keluarga mereka di berbagai penjuru Indonesia," jelasnya.
The Living Wall merupakan serangkaian papan tulis raksasa yang mengajak masyarakat untuk menjawab pertanyaan "apa yang akan kamu lakukan jika ini hari terakhirmu?". Melalui acara ini, masyarakat diajak untuk merenungkan betapa berharganya hidup yang dimiliki serta banyaknya anak Indonesia yang hidup dengan penyakit berat dan tidak memiliki hari esok.
"Dengan bertanya ke masyarakat apa yang akan mereka lakukan jika ini hari terakhir, kami berharap dapat memicu dialog tentang asuhan paliatif dan kesulitan yang dihadapi anak-anak yang hidup dengan penyakit berat," pungkasnya.
(tdy)