Meryl Streep, Ratu Hollywood Sepanjang Masa
A
A
A
AGAKNYA tidak ada yang bisa menandingi Meryl Streep. Kemampuannya menghadirkan totalitas dalam berakting telah mengantarkannya menerima berbagai penghargaan bergengsi. Bahkan, dia dinobatkan sebagai aktris terbaik sepanjang masa.
"Wanita lebih jago berakting daripada pria. Kenapa? Karena itu keharusan. Jika kemampuan untuk meyakinkan orang lain ini adalah suatu kemampuan untuk bertahan, maka itulah cara wanita bertahan selama ini. Berpura-pura atau akting adalah sebuah skill yang berguna dalam kehidupan, dan kita semua melakukannya, setiap saat."
Entah Anda setuju atau tidak dengan kutipan Meryl Streep tersebut, namun yang jelas kemampuan berpura-pura wanita ini telah mengantarkannya meraih nominasi Oscar sebanyak 20 kali dan tiga piala yang berhasil ia bawa pulang. Belum lagi 30 nominasi Golden Globe Awards dengan empat kali namanya keluar sebagai pemenang.
Tak berhenti di situ, perjalanan kariernya yang telah memasuki empat dekade juga membawanya menerima penghargaan seumur hidup dalam ajang Golden Globe Awards yang disebut sebagai Cecil B. DeMille Award.
Sepanjang kariernya, aktris yang berdarah keturunan Jerman, Swiss, dan Inggris ini telah menghadirkan akting berkelas yang membuat penonton meyakini bahwa ia adalah sosok yang sebenarnya peran yang ia mainkan. Permainan gestur, mimik, belum lagi kecakapan mencampurkan logat yang mumpuni, sekaligus kesanggupan untuk menaikkan atau mengurangi berat badan sesuai tuntutan skenario, membuat karakter yang diperankan Streep tampak hidup. Penampilan Streep ini dalam setiap filmnya selalu berubah.
Lihat saja bagaimana ia berhasil membawakan sosok bos yang tegas sekaligus sinis dalam film The Devil Wears Prada. Kali lain ia berperan sebagai rocker yang meninggalkan keluarganya demi mengejar ketenaran semu. Di sini ia beradu akting dengan Mamie Gummer, putri kandungnya sendiri, di film Ricki and The Flash.
Hingga menjadi biduan dengan kualitas vokal yang buruk dalam film Florence Foster Jenkins. Tak tanggung-tanggung, agar total memainkan peran seorang musisi di film Ricki and The Flash, Streep belajar privat gitar langsung dari Neil Percival Young, pencipta lagu, gitaris, dan pianis berkebangsaan Kanada.
Sutradara Mike Nichols, yang beberapa kali bekerja sama dengan Streep yang dalam film Silkwood, Heartburn, Postcards from the Edge dab Angels in America, memuji transformasi Streep ke dalam setiap karakter yang diperankan.
Di setiap peran, dia menjadi pribadi yang berbeda total. Ketika dia bermain, maka pemeran lainnya akan bereaksi seakan-akan Streep adalah orang yang ia perankan. Mike juga mengakui kemampuan Streep ini akhirnya membawa nuansa positif di lokasi syuting.
Pemeran Donna di film musikal Mamma Mia! ini mengaku sutradara ideal menurutnya adalah yang memberinya ruang untuk mengontrol aktingnya dan membebaskannya berimprovisasi serta belajar dari kesalahannya sendiri.
The Playboy of Seville menjadi debut teater pertama Streep pada tahun 1971. Namun, karier aktingnya di hadapan kamera baru dimulai pada tahun 1977 keti ka ia mendapat peran pendukung dalam film Julie & Julia.
Sukses secara komersial membuatnya kemudian berperan dalam The Deer Hunter bersama Robert De Niro pada tahun berikutnya. Meski pendatang baru, Streep langsung memperlihatkan kelasnya. Itu dibuktikan lewat nominasi Academy Awards pertamanya sebagai aktris pendukung terbaik.
Dia baru berhasil menyabet Piala Oscar setahun kemudian, tepatnya pada 1979, di film Kramer vs Kramer dengan Dustin Hoffman. Academy Award keduanya dimenangkan pada 1982 lewat film Sophie’s Choice dan Oscar ketiganya lewat perannya sebagai mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher di The Iron Lady (2011).
Nah yang mungkin tidak banyak diketahui orang, Streep adalah juru bicara Museum National Women’s History. Di sini dia berkontribusi banyak untuk museum, termasuk menyumbangkan honornya bermain film The Iron Lady yang mencapai Rp13 miliar.
"Wanita lebih jago berakting daripada pria. Kenapa? Karena itu keharusan. Jika kemampuan untuk meyakinkan orang lain ini adalah suatu kemampuan untuk bertahan, maka itulah cara wanita bertahan selama ini. Berpura-pura atau akting adalah sebuah skill yang berguna dalam kehidupan, dan kita semua melakukannya, setiap saat."
Entah Anda setuju atau tidak dengan kutipan Meryl Streep tersebut, namun yang jelas kemampuan berpura-pura wanita ini telah mengantarkannya meraih nominasi Oscar sebanyak 20 kali dan tiga piala yang berhasil ia bawa pulang. Belum lagi 30 nominasi Golden Globe Awards dengan empat kali namanya keluar sebagai pemenang.
Tak berhenti di situ, perjalanan kariernya yang telah memasuki empat dekade juga membawanya menerima penghargaan seumur hidup dalam ajang Golden Globe Awards yang disebut sebagai Cecil B. DeMille Award.
Sepanjang kariernya, aktris yang berdarah keturunan Jerman, Swiss, dan Inggris ini telah menghadirkan akting berkelas yang membuat penonton meyakini bahwa ia adalah sosok yang sebenarnya peran yang ia mainkan. Permainan gestur, mimik, belum lagi kecakapan mencampurkan logat yang mumpuni, sekaligus kesanggupan untuk menaikkan atau mengurangi berat badan sesuai tuntutan skenario, membuat karakter yang diperankan Streep tampak hidup. Penampilan Streep ini dalam setiap filmnya selalu berubah.
Lihat saja bagaimana ia berhasil membawakan sosok bos yang tegas sekaligus sinis dalam film The Devil Wears Prada. Kali lain ia berperan sebagai rocker yang meninggalkan keluarganya demi mengejar ketenaran semu. Di sini ia beradu akting dengan Mamie Gummer, putri kandungnya sendiri, di film Ricki and The Flash.
Hingga menjadi biduan dengan kualitas vokal yang buruk dalam film Florence Foster Jenkins. Tak tanggung-tanggung, agar total memainkan peran seorang musisi di film Ricki and The Flash, Streep belajar privat gitar langsung dari Neil Percival Young, pencipta lagu, gitaris, dan pianis berkebangsaan Kanada.
Sutradara Mike Nichols, yang beberapa kali bekerja sama dengan Streep yang dalam film Silkwood, Heartburn, Postcards from the Edge dab Angels in America, memuji transformasi Streep ke dalam setiap karakter yang diperankan.
Di setiap peran, dia menjadi pribadi yang berbeda total. Ketika dia bermain, maka pemeran lainnya akan bereaksi seakan-akan Streep adalah orang yang ia perankan. Mike juga mengakui kemampuan Streep ini akhirnya membawa nuansa positif di lokasi syuting.
Pemeran Donna di film musikal Mamma Mia! ini mengaku sutradara ideal menurutnya adalah yang memberinya ruang untuk mengontrol aktingnya dan membebaskannya berimprovisasi serta belajar dari kesalahannya sendiri.
The Playboy of Seville menjadi debut teater pertama Streep pada tahun 1971. Namun, karier aktingnya di hadapan kamera baru dimulai pada tahun 1977 keti ka ia mendapat peran pendukung dalam film Julie & Julia.
Sukses secara komersial membuatnya kemudian berperan dalam The Deer Hunter bersama Robert De Niro pada tahun berikutnya. Meski pendatang baru, Streep langsung memperlihatkan kelasnya. Itu dibuktikan lewat nominasi Academy Awards pertamanya sebagai aktris pendukung terbaik.
Dia baru berhasil menyabet Piala Oscar setahun kemudian, tepatnya pada 1979, di film Kramer vs Kramer dengan Dustin Hoffman. Academy Award keduanya dimenangkan pada 1982 lewat film Sophie’s Choice dan Oscar ketiganya lewat perannya sebagai mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher di The Iron Lady (2011).
Nah yang mungkin tidak banyak diketahui orang, Streep adalah juru bicara Museum National Women’s History. Di sini dia berkontribusi banyak untuk museum, termasuk menyumbangkan honornya bermain film The Iron Lady yang mencapai Rp13 miliar.
(amm)