Ini Penyebab Olahraga Bikin Tubuh Jadi Terasa Sakit
A
A
A
JAKARTA - Setelah berolahraga, biasanya tubuh akan terasa pegal-pegal namun terasa menyenangkan. Rasa sakit pun umumnya akan muncul di beberapa titik. Kondisi ini pun sama seperti saat berhubungan seks yang menimbulkan rasa sakit saat melakukan foreplay.
Dilansir dari New York Post, ahli fisiologi dan olahraga, dr Ian Gillam menjelaskan, bahwa olahraga membuat tubuh memproduksi hormon endorfin, yaitu hormon yang membuat seseorang merasa bahagia. Pelepasan ini biasanya terjadi saat olahraga dilakukan dalam intensitas lama.
"Lebih dari 45 menit latihan intens bisa memicu pelepasan endorfin yang signifikan," papar dr Ian Gillam.
Endorfin dapat mengurangi rasa sakit yang disebkan karena berolahraga. Hal serupa juga terjadi saat berhubungan seks. Namun, endorfin bersifat menipu sehingga melakukan olahraga dan berhubungan seks berlebihan lantaran rasa sakit tidak terasa.
"Penting bagi orang-orang yang mengambil bagian dalam perilaku ini untuk memastikan mereka memberi perhatian besar pada pasangan mereka dan mengamati respons mereka terhadap tindakan (yang menyakitkan) tersebut," kata terapis dan konselor hubungan seksual, Jacqueline Hellyer.
Dilansir dari New York Post, ahli fisiologi dan olahraga, dr Ian Gillam menjelaskan, bahwa olahraga membuat tubuh memproduksi hormon endorfin, yaitu hormon yang membuat seseorang merasa bahagia. Pelepasan ini biasanya terjadi saat olahraga dilakukan dalam intensitas lama.
"Lebih dari 45 menit latihan intens bisa memicu pelepasan endorfin yang signifikan," papar dr Ian Gillam.
Endorfin dapat mengurangi rasa sakit yang disebkan karena berolahraga. Hal serupa juga terjadi saat berhubungan seks. Namun, endorfin bersifat menipu sehingga melakukan olahraga dan berhubungan seks berlebihan lantaran rasa sakit tidak terasa.
"Penting bagi orang-orang yang mengambil bagian dalam perilaku ini untuk memastikan mereka memberi perhatian besar pada pasangan mereka dan mengamati respons mereka terhadap tindakan (yang menyakitkan) tersebut," kata terapis dan konselor hubungan seksual, Jacqueline Hellyer.
(alv)