Livi Zheng: Kerja Keras dan Pantang Menyerah Jadi Kunci Sukses
A
A
A
JAKARTA - Sutradara Hollywood asal Indonesia Livi Zheng membagikan pengalaman inspiratif kesuksesan kariernya di Amerika Serikat. Kerja keras dan pantang menyerah adalah kunci suksesnya berkarier sebagai sineas film Hollywood.
Menurut Livi, pengalaman meniti karier sejak duduk di bangku SMA telah membawanya pergi ke perantauan, tepatnya Beijing, China. Bahkan, dia kemudian hijrah ke Negeri Paman Sam saat kuliah.
“Kemampuan beradaptasi dengan tantangan dan lingkungan baru itu penting serta harus dibarengi dengan mimpi dan semangat pantang menyerah demi meraih sukses.
Bisa beradaptasi dengan cepat itu adalah salah satu modal paling penting untuk meraih sukses di negeri orang,” ujar Livi, seusai menjadi pembicara dalam Forum Human Capital Indonesia di Balroom 2 Ritz Charlton, Pacific Place, SCBD, baru-baru ini.
Sejak kecil, sutradara kelahiran Malang, 3 April 1989, ini pun memang selalu dituntut dan diarahkan kedua orang tuanya untuk bermimpi dan melakukan hal besar dalam kariernya. Orang tuanya tak segan mengirimnya ke Beijing untuk mendukungnya meraih mimpi sewaktu baru lulus SMP.
“Orang tuaku waktu itu mengatakan, untuk menaikkan karier itu harus pernah rasain tinggal di luar negeri dan harus pernah rasain berhubungan dengan orang lain,” katanya. Putri sulung pasangan Gunawan dan Lily Zheng ini mengatakan, ketekunan dan semangat pantang menyerah merupakan kunci sukses selanjutnya.
Terbukti, Livi pernah ditolak puluhan kali sebelum naskahnya sukses menarik orang untuk diproduksi. “Aku pernah ditolak saat membuat script sampai 32 kali, sampai akhirnya berhasil.
Jadi, enggak masalah saat kita gagal, yang penting terus usaha dan mencoba lebih baik lagi ke depan,” ujarnya. Keberhasilan Livi menembus perfilman Hollywood lewat film Brush With Danger disusul dengan proyek film terbarunya, Insight , telah menempatkannya sebagai sutradara muda cukup dikenal dalam industri perfilman Hollywood.
Uniknya, peraih predikat Master di Sekolah Seni Sinematik di Universitas California Selatan ini pun selalu memasukkan unsur Indonesia dalam setiap filmnya. Salah satunya dalam film Brush With Danger , Livi memasukkan beberapa lukisan Indonesia untuk menjadi properti dalam film tersebut.
“Saya selalu berusaha memasukkan unsur budaya Indonesia dalam film saya seperti Brush With Danger , memasukkan beberapa lukisan Indonesia dan memasukkan instrumen gamelan dalam komposisi scoring musik. Kalau kita tahu film Avatar , scoring musik juga pakai gamelan,” paparnya. (Thomasmanggalla)
Menurut Livi, pengalaman meniti karier sejak duduk di bangku SMA telah membawanya pergi ke perantauan, tepatnya Beijing, China. Bahkan, dia kemudian hijrah ke Negeri Paman Sam saat kuliah.
“Kemampuan beradaptasi dengan tantangan dan lingkungan baru itu penting serta harus dibarengi dengan mimpi dan semangat pantang menyerah demi meraih sukses.
Bisa beradaptasi dengan cepat itu adalah salah satu modal paling penting untuk meraih sukses di negeri orang,” ujar Livi, seusai menjadi pembicara dalam Forum Human Capital Indonesia di Balroom 2 Ritz Charlton, Pacific Place, SCBD, baru-baru ini.
Sejak kecil, sutradara kelahiran Malang, 3 April 1989, ini pun memang selalu dituntut dan diarahkan kedua orang tuanya untuk bermimpi dan melakukan hal besar dalam kariernya. Orang tuanya tak segan mengirimnya ke Beijing untuk mendukungnya meraih mimpi sewaktu baru lulus SMP.
“Orang tuaku waktu itu mengatakan, untuk menaikkan karier itu harus pernah rasain tinggal di luar negeri dan harus pernah rasain berhubungan dengan orang lain,” katanya. Putri sulung pasangan Gunawan dan Lily Zheng ini mengatakan, ketekunan dan semangat pantang menyerah merupakan kunci sukses selanjutnya.
Terbukti, Livi pernah ditolak puluhan kali sebelum naskahnya sukses menarik orang untuk diproduksi. “Aku pernah ditolak saat membuat script sampai 32 kali, sampai akhirnya berhasil.
Jadi, enggak masalah saat kita gagal, yang penting terus usaha dan mencoba lebih baik lagi ke depan,” ujarnya. Keberhasilan Livi menembus perfilman Hollywood lewat film Brush With Danger disusul dengan proyek film terbarunya, Insight , telah menempatkannya sebagai sutradara muda cukup dikenal dalam industri perfilman Hollywood.
Uniknya, peraih predikat Master di Sekolah Seni Sinematik di Universitas California Selatan ini pun selalu memasukkan unsur Indonesia dalam setiap filmnya. Salah satunya dalam film Brush With Danger , Livi memasukkan beberapa lukisan Indonesia untuk menjadi properti dalam film tersebut.
“Saya selalu berusaha memasukkan unsur budaya Indonesia dalam film saya seperti Brush With Danger , memasukkan beberapa lukisan Indonesia dan memasukkan instrumen gamelan dalam komposisi scoring musik. Kalau kita tahu film Avatar , scoring musik juga pakai gamelan,” paparnya. (Thomasmanggalla)
(nfl)