Mark Zuckerberg, Pergi Keluar Kantor dan Berbicara dengan Banyak Orang
A
A
A
CEO Facebook Mark Zuckerberg pernah mengatakan bahwa dia belajar lebih banyak dari hobinya dibanding saat berkuliah di Harvard. Ini menunjukkan betapa pentingnya sebuah hobi bagi para technopreneur.
Tidak sedikit yang menjadi sangat sukses dan kaya karena hobi yang ditekuni. Mark mengatakan bahwa saat kuliah dia tidak berbeda dengan mahasiswa yang memiliki hobi. Waktu itu dia membuat proyek berupa situs sosial media kecil-kecilan khusus untuk mahasiswa Universitas Harvard. Ternyata, situs tersebut berubah menjadi perusahaan global dengan pendapatan mencapai USD27 miliar tahun lalu.
Tentu hal tersebut tidak berarti bahwa setiap kegiatan ekstrakurikuler atau proyek mahasiswa bisa menjadi sukses. Namun, Mark menyebut bahwa mengerjakan proyek saat menjadi mahasiswa merupakan salah satu hal terpenting yang bisa dilakukan para profesional muda. "Di Facebook, kami hampir selalu bertanya ini, 'Apa hal yang pernah kamu kerjakan di luar kerjaanmu sekarang?' Hal itu menurut saya adalah cara terbaik untuk mengetahui passion dan naluri kepemimpinan seseorang," ungkapnya.
Sebab, memiliki hobi atau proyek sampingan menunjukkan bahwa seseorang memiliki komitmen tinggi terhadap sesuatu yang sangat dia sukai. Hal itu pula yang membedakan dengan kandidat pelamar pekerja biasa. Selain itu, Mark mengatakan bahwa memiliki proyek sampingan di luar pekerjaan utama akan membantu seseorang untuk belajar keahlian baru.
"Saya mungkin belajar lebih banyak tentang coding dari berbagai proyek sampingan dibandingkan mata kuliah yang saya ambil di kampus," katanya.
Bahkan, sebagai CEO Facebook, Mark masih memisahkan waktu untuk hal-hal yang menarik baginya. Pada 2017, misalnya, Mark memiliki target pribadi untuk bepergian ke seluruh Amerika dan bertemu banyak orang. Dia ingin keluar dari kantor dan berbicara kepada lebih banyak orang.
Tidak mengherankan, dalam status-statusnya di Facebook, Mark selalu berada di berbagai tempat. Minggu ini di Arizona, minggu depannya lagi sudah ada di Los Angeles dan seterusnya. Hobi atau target pribadi tersebut dia lakukan setiap Januari yang dia bagikan lewat status Facebook-nya.
Tahun ini targetnya adalah mengunjungi dan bertemu orang-orang di setiap negara bagian sampai akhir tahun. Artinya, dia harus mengunjungi 30 negara bagian sepanjang tahun. Saat ini sudah 20 negara bagian yang dia datangi. "Saya ingin melihat bagaimana orang-orang di Amerika menjalani hidup mereka, bekerja, dan berpikir tentang masa depan," katanya.
Tidak hanya itu, dia juga selalu menyempatkan diri bertemu guru dan peneliti, mengunjungi kota-kota kecil serta berbagai universitas. Sang istri, Priscilla, juga menemaninya pada beberapa kesempatan. "Selama bertahun-tahun, teknologi dan globalisasi membuat kita produktif dan terhubung. Ini menguntungkan sebagian orang, tapi juga menjadikan tantangan bagi sebagian lainnya. Karena itu, kami ingin mencari cara agar kemajuan teknologi ini dapat dirasakan sebagai hal positif untuk semua orang," ujarnya.
Terbukti, hobi dan tantangan Mark selalu dia selesaikan dengan baik. Pria kelahiran 14 Mei 1984 tersebut menaruh komitmen tinggi terhadap hobinya. Padahal, tentu saja jabatan sebagai CEO Facebook menuntut waktu dengan tingkat stres yang tinggi. Tahun lalu, misalnya, dia sukses menyelesaikan tantangan berlari hampir 600 km. Selain itu, dia selesai membangun sistem kecerdasan buatan sederhana di rumahnya yang diberi nama Jarvis, membaca 25 buku, serta belajar bahasa Mandarin.
Tidak sedikit yang menjadi sangat sukses dan kaya karena hobi yang ditekuni. Mark mengatakan bahwa saat kuliah dia tidak berbeda dengan mahasiswa yang memiliki hobi. Waktu itu dia membuat proyek berupa situs sosial media kecil-kecilan khusus untuk mahasiswa Universitas Harvard. Ternyata, situs tersebut berubah menjadi perusahaan global dengan pendapatan mencapai USD27 miliar tahun lalu.
Tentu hal tersebut tidak berarti bahwa setiap kegiatan ekstrakurikuler atau proyek mahasiswa bisa menjadi sukses. Namun, Mark menyebut bahwa mengerjakan proyek saat menjadi mahasiswa merupakan salah satu hal terpenting yang bisa dilakukan para profesional muda. "Di Facebook, kami hampir selalu bertanya ini, 'Apa hal yang pernah kamu kerjakan di luar kerjaanmu sekarang?' Hal itu menurut saya adalah cara terbaik untuk mengetahui passion dan naluri kepemimpinan seseorang," ungkapnya.
Sebab, memiliki hobi atau proyek sampingan menunjukkan bahwa seseorang memiliki komitmen tinggi terhadap sesuatu yang sangat dia sukai. Hal itu pula yang membedakan dengan kandidat pelamar pekerja biasa. Selain itu, Mark mengatakan bahwa memiliki proyek sampingan di luar pekerjaan utama akan membantu seseorang untuk belajar keahlian baru.
"Saya mungkin belajar lebih banyak tentang coding dari berbagai proyek sampingan dibandingkan mata kuliah yang saya ambil di kampus," katanya.
Bahkan, sebagai CEO Facebook, Mark masih memisahkan waktu untuk hal-hal yang menarik baginya. Pada 2017, misalnya, Mark memiliki target pribadi untuk bepergian ke seluruh Amerika dan bertemu banyak orang. Dia ingin keluar dari kantor dan berbicara kepada lebih banyak orang.
Tidak mengherankan, dalam status-statusnya di Facebook, Mark selalu berada di berbagai tempat. Minggu ini di Arizona, minggu depannya lagi sudah ada di Los Angeles dan seterusnya. Hobi atau target pribadi tersebut dia lakukan setiap Januari yang dia bagikan lewat status Facebook-nya.
Tahun ini targetnya adalah mengunjungi dan bertemu orang-orang di setiap negara bagian sampai akhir tahun. Artinya, dia harus mengunjungi 30 negara bagian sepanjang tahun. Saat ini sudah 20 negara bagian yang dia datangi. "Saya ingin melihat bagaimana orang-orang di Amerika menjalani hidup mereka, bekerja, dan berpikir tentang masa depan," katanya.
Tidak hanya itu, dia juga selalu menyempatkan diri bertemu guru dan peneliti, mengunjungi kota-kota kecil serta berbagai universitas. Sang istri, Priscilla, juga menemaninya pada beberapa kesempatan. "Selama bertahun-tahun, teknologi dan globalisasi membuat kita produktif dan terhubung. Ini menguntungkan sebagian orang, tapi juga menjadikan tantangan bagi sebagian lainnya. Karena itu, kami ingin mencari cara agar kemajuan teknologi ini dapat dirasakan sebagai hal positif untuk semua orang," ujarnya.
Terbukti, hobi dan tantangan Mark selalu dia selesaikan dengan baik. Pria kelahiran 14 Mei 1984 tersebut menaruh komitmen tinggi terhadap hobinya. Padahal, tentu saja jabatan sebagai CEO Facebook menuntut waktu dengan tingkat stres yang tinggi. Tahun lalu, misalnya, dia sukses menyelesaikan tantangan berlari hampir 600 km. Selain itu, dia selesai membangun sistem kecerdasan buatan sederhana di rumahnya yang diberi nama Jarvis, membaca 25 buku, serta belajar bahasa Mandarin.
(amm)