Steve Ballmer, dari Klub Basket, Golf, hingga Situs Anti-hoax

Selasa, 14 November 2017 - 20:15 WIB
Steve Ballmer, dari...
Steve Ballmer, dari Klub Basket, Golf, hingga Situs Anti-hoax
A A A
ADA banyak hal yang dilakukan eksekutif papan atas ketika mereka pensiun. Ada yang menikmati kekayaannya dengan santai, berlibur, atau membeli klub basket.

Yang terakhir dilakukan mantan CEO Microsoft Steve Ballmer. Pada tahun yang sama ketika dia pensiun, Ballmer membeli klub basket LA Clippers senilai USD2 miliar yang menjadi salah satu pembelian klub olahraga terbesar di Amerika. Dengan kekayaan yang mencapai USD37 miliar, tentu Ballmer mampu melakukan itu.

Apalagi, dia memang sangat menyukai olahraga basket. Selain memiliki klub, Ballmer juga sangat fokus terhadap hobinya bermain golf. Dia memang tidak berencana memiliki lapangan golf sendiri. Namun, bersama teman-temannya yang sehobi, Ballmer mengunjungi berbagai negara hanya untuk mencoba lapangan golf yang berbeda-beda.

Ballmer mengaku memiliki kartu keanggotaan tujuh klub golf sekaligus. Sebanyak 2 klub di Seattle, 2 di Hawaii, 1 di Los Angeles, 1 di Nebraska, dan 1 di Detroit. Dia juga sering sekali berburu tempat-tempat golf baru yang terpencil dan jarang diketahui orang, salah satunya Cruden Bay di Skotlandia yang disebut sebagai salah satu lapangan golf terbaik di dunia.

Lokasinya berdekatan dengan kastil dengan pemandangan yang sangat indah. Ballmer juga melakukan perjalanan bersama beberapa temannya di Austria, Selandia Baru, hingga Tasmania hanya untuk bermain golf. Dia bisa bermain 4-5 jam sehari.

Hobi terakhirnya adalah soal angka. Di Microsoft, Ballmer dijuluki The Number Guy atau pria yang selalu berbicara soal angka. Tahun ini Ballmer menghabiskan USD10 juta untuk mendanai proyek transparansi menggunakan data dari Pemerintah AS untuk menunjukkan ke mana saja uang pajak mereka dibelanjakan, namanya USAFacts.org.

Data yang dikumpulkan di situs itu meliputi anggaran dan pembelanjaan pemerintah, mulai lokal, negara, hingga federal. Ballmer menyebut situs tersebut sebagai database yang mudah digunakan bagi mereka yang ingin mencari informasi tentang Pemerintah AS.

"Saya ingin mencari tahu apa yang dilakukan pemerintah dengan semua uang masyarakat. Apa yang sebenarnya terjadi?" katanya. Apalagi, menurutnya, saat ini isu fake news dan hoax sedang kencang saat didengungkan dalam era pemerintah Presiden Donald Trump. Menurut Ballmer, proyek tersebut langsung dia danai sendiri dari kantongnya. Setiap tahunnya USAFacts butuh biaya operasional hingga USD5 juta.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1373 seconds (0.1#10.140)