Keluhan GERD Turunkan Kualitas Hidup

Senin, 04 Desember 2017 - 07:29 WIB
Keluhan GERD Turunkan...
Keluhan GERD Turunkan Kualitas Hidup
A A A
JAKARTA - Awalnya Teri Anggraeni mengeluh migrain yang berkepanjangan. Ia disarankan berkonsultasi ke spesialis syaraf. Namun rupanya dokter tidak menemukan gangguan berarti di bagian syaraf. Oleh Spesialis syaraf ia dirujuk ke spesialis gastroenterologi.

Dari situ terlihat keluhan migrain yang dirasakan ternyata bersumber dari lambung. “Awalnya dada terasa sakit, tapi hasil rekam jantung bagus. Saya juga merasa sulit menelan,” beber Teri. Sering telat makan membuat wanita tersebut mengalami masalah pencernaan yang akhirnya berdampak ke keluhan yang lain. Penyakit asam lambung Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) seringkali terabaikan.

Tanpa disadari penyakit itu sangat memengaruhi kualitas hidup termasuk diantaranya kesehatan fisik, kualitas tidur, produktivitas, kondisi emosi, bahkan fungsi sosial. Kondisi ini disebabkan oleh asam lambung yang meluap ke kerongkongan. Di Tanah Air, GERD mempengaruhi kehidupan dari sekitar 22,8 hingga 25 persen orang Indonesia yang menjalani endoskopi. Dikatakan oleh Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SPPD-KGEH,MMB, FINASIM, FACP, rasa panas terbakar di dada (heart burn) dan mulut pahit merupakan dua gejala utama GERD.

Survei yang dilakukan tahun 2006 kepada sebanyak 1639 jiwa di lima wilayah kota Jakarta, menunjukkan sebanyak 7,3% pasien mengalami heart burn sedangkan 18,4% menderita mulut pahit. 3,78% menderita keduanya. Obesitas, kebiasaan tidur telentang, stres, konsumsi alkohol, konsumsi kopi, dan merokok menjadi faktor risiko penyakit ini. “Secara normal asam lambung tidak naik ke bagian atas, jika terjadi maka asam lambung dengan PH rendahnya akan sebabkan luka, penyempitan, bahkan mengarah ke keganasan yang bisa berisiko kanker tenggorokan,” kata gastroentrologist dan wakil ketua perumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) ini dalam acara AstraZeneca Hasilkan Penemuan Terbaru deteksi Penyakit GERD dengan Aplikasi Mobile.

Dia menambahkan, meski begitu tidak semua pasien GERD terkena kanker esofagus (tenggorokan), hal ini dilatarbelakangi adanya faktor penyerta lain. Asam lambung selain mengenai di dalam kerongkongan juga bisa terjadi di luar kerongkongan, seperti laringitis, batuk-batuk, asma, kerusakan gigi, otitis media, sinusitis , faringitis, hingga idiophatic pulmonary fibrosis. Untuk mendiagnosa penyakit ini, pasien akan diberi kuesioner tentang keluhan yang dialami, seperti apakah mengalami heart burn, mual, gangguan tidur, yang nanti setiap jawaban akan diberikan skor untuk menegakkan diagnosa.

“Jika terbukti GERD maka pasien akan diberi obat Proton Pump inhibitor (PPI) dosis tinggi untuk menekan asam lambung selama 1-2 Minggu sambil melihat respon yang timbul,” jelas dr. Ari. Secara normal asam lambung diperlukan tubuh untuk membunuh kuman dan mencerna makanan, namun jika berlebihan akan menimbulkan masalah. Maka pemberian obat dimaksudkan untuk menekan produksi asam lambung.

Deteksi lewat Aplikasi
Sementara itu guna mendeteksi penyakit GERD, PGI bersama AstraZeneca membuat sebuah aplikasi guna meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit GERD. Nantinya hasil data diagnosa dari aplikasi ini dapat menjadi basis data skala penyakit ini di Indonesia. “Melalui aplikasi mobile GERDQ, kami berharap dapat meningkatkan kesadaran akan GERD dan mempermudah pemantauan penyakit dan pengobatan untuk pasien,” ujar dr. Andi Marsalis, Medical Directory AstraZeneca Indonesia.

Dia menjelaskan, di bagian awal aplikasi pengguna akan diberikan empat pertanyaan gejala dan dua pertanyaan mengenai dampak yang dirasakan. GERDQ merupakan aplikasi berisi kuesioner yang dilengkapi oleh pasien dan dalam pengawasan dokter untuk identifikasi dan manajemen pasien dengan GERD distruptive.

Aplikasi ini juga digunakan untuk memonitor respon terapi dan menentukan apakah pasien sudah menggunakan terapi yang tepat untuk gejala yang dialami. Bagi pasien, GERDQ ini berguna untuk mengetahui dan ekspresi masalah GERD, sementara untuk tenaga kesehatan bermanfaat untuk memonitor respon terapi dan mengidentifikasi pasien. Adapun untuk rumah sakit atau pemerintah, mengetahui pengobatan yang tepat untuk pasien dan tingkat diagnosa GERD.

Sering Diabaikan
Keluhan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) seringkali diabaikan. Pasien acap kali menunggu hingga 10 tahun atau lebih sebelum memeriksakan dirinya ke dokter. Berdasarkan laporan yang ada, 1 dari 3 pasien GERD dilaporkan mengalami keterbatasan beraktivitas, 60% pasien dilaporkan mengalami gangguan tidur, 33% pasien menyatakan GERD mengganggu produktivitas mereka saat bekerja, 50% pasien mengaku mereka menjadi lebih sensitif dan lebih dari 80% pasien merasa kehilangan menikmati makanan.

Berdasarkan hasil endoskopi GERD dibagi menjadi dua. GERD dengan erosif atau kelainan pada mukosa kerongkongan dan GERD tanpa erosif (NERD).

“Pasien dengan GERD biasanya datang dengan keluhan nyeri di bagian dada dan bisa merasakan rasa panas di dada seperti terbakar (heart burn). Biasanya nyeri dada ini diikuti juga dengan mulut pahit karena ada asam yang naik (regurgitasi),” kata Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SPPD-KGEH, gastroentrologist.

Penyakit GERD lanjutnya, sebenarnya bisa diteksi dengan menggunakan kuesioner GERD saja. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh National Heartburn Alliance mengevaluasi terhadap 130.000 orang apakah penderita yang mengalami Heartburn merasakan dampak negatif terhadap aktivitas mereka sehari-hari. Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas penderita merasakan dampak negatif terhadap kualitas hidup mereka.

Beberapa hal yang terkena dampak dari Heartburn yaitu kualitas fisik, kualitas tidur, produktivitas, kondisi emosi, dan fungsi sosial. Apabila terus diabaikan, penyakit ini berisiko memicu komplikasi penyakit di masa depan. GERD disebabkan kelainan kerongkongan. Itu karena tidak berfungsinya lower esophageal sphinchter (LES) di ujung bawah kerongkongan sebagai pintu otomatis yang akan terbuka ketika makanan atau minuman turun ke lambung seperti pada hernia hiatal (bagian atas perut yang menonjol ke bagian permukaan diafragma) membuat makanan mengalir kembali ke kerongkongan. (Sri Noviarni)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7074 seconds (0.1#10.140)