Kreativitas Jadi Modal Kesuksesan Film Indonesia

Minggu, 10 Desember 2017 - 12:30 WIB
Kreativitas Jadi Modal...
Kreativitas Jadi Modal Kesuksesan Film Indonesia
A A A
SAAT ini industri perfilman Indonesia sudah makin berkembang dari masa ke masa. Alur cerita yang menarik, penggunaan teknologi terbaru dan kreativitas yang tepat bisa menghidupkan atmosfer film.

Genre film saat ini pun sudah beragam, dari laga, komedi, sampai horor makin bisa merebut hati pencinta film. Sineas era sekarang juga lebih punya terobosan cerita dalam menuangkan alur ceritanya. Untuk tahun ini, sudah ada beberapa film lawas yang didaur ulang kembali. Contoh sebut saja film Galih & Ratna dan Jomblo yang dibuat dengan versi kekinian.

Tak hanya itu, ada pula sederet film sekuel seperti Ada Apa Dengan Cinta 2, Surga Yang Dirindukan 2 yang mampu meraup keuntungan. Dari sisi film komedi ada Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss 2 yang juga menyusul kesuksesan film terdahulunya. Di sini, sang sutradara berani menghidupkan kembali karakter Dono, Kasino, dan Indro dalam sentuhan yang lebih modern.

Jika dilihat dari jumlah penonton, beberapa judul film Indonesia di atas berhasil menembus angka yang cukup baik, salah satunya dari film horor yang berhasil meraih hingga 3 juta penonton. Lewat pengemasan yang tidak lagi mengandalkan keseksian, film horror bisa kembali diprioritaskan.

"Film Indonesia sudah semakin berwarna. Dibandingkan era 1980 dan 1990-an, tentunya ada perkembangan. Terlebih untuk genre horor yang dahulu masih dipandang sebelah mata," kata sutradara film horor Pengabdi Setan Joko Anwar kepada KORAN SINDO.

Jika pada 2016 film Indonesia belum bisa merajai pasar bioskop karena hampir 50% masih dikuasai film Hollywood. Namun, selama 2017 sudah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Kemunculan beberapa film horor mampu memberikan perubahan untuk industri film Indonesia. "Bila bicara soal peningkatan jumlah penonton, tahun ini saja sudah ada tiga film horor yang berhasil memperoleh capaian hingga 3 juta penonton, salah satunya film Danur, Gerbang Neraka, dan Pengabdi Setan," tutur Joko.

Joko menilai, tahun ini sebagai awal mula bangkitnya film horor Indonesia yang sebelumnya dipandang sebagai genre kelas dua. Terbukti banyak film horor yang masuk dalam ajang Festival Film Indonesia 2017. Dengan kualitas yang dimiliki, film horor mampu menyusul kesuksesan film komedi dan drama. Pria yang juga menyutradarai film Janji Joni ini menambahkan, sebuah karya film harus ada sensasi rasa penasaran untuk menarik minat penonton. Cara pengemasannya pun juga harus diperhitungkan, jangan hanya mengandalkan promosi dan aktor terkenal.

Hal senada juga diungkapkan sutradara Fajar Bustam. Menurut dia, yang harus diperhatikan untuk menarik minat penonton adalah alur cerita yang bagus. Kemudian, penulisan skrip yang harus dan didukung dengan crew yang berpengalaman. Jika hal itu sudah terpenuhi, pasti hasilnya akan bagus dan menarik rasa penasaran para penikmat film.

Adanya sarana pendidikan perfilman dirasa amat penting untuk bisa meningkatkan kualitas para film maker di Tanah Air. Meskipun saat ini sudah terdapat sekolah-sekolah perfilman, jumlahnya belum terlalu banyak dan hanya beberapa universitas yang menyediakan jurusan perfilman. "Saat ini dunia perfilman kita terjadi krisis penulis skrip. Jarang sekali bisa menulis skrip yang bagus dan memiliki alur cerita baik. Jadi harus ada inkubasi penulis skenario," ujar sutradara film Surat Kecil Untuk Tuhan.

Namun, di sisi lain, ketersediaan bioskop di Tanah Air juga masih belum memadai. Di beberapa daerah saja, menikmati film di bioskop masih dirasa menjadi barang mewah. Untuk itu, masih banyak hal yang harus dipikirkan untuk tetap membuat industri film Tanah Air makin bergairah.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2783 seconds (0.1#10.140)