Awas! Wanita Lebih Rentan Terkena Hipertensi
A
A
A
JAKARTA - Data mencatat, pada usia 65 tahun ke atas, prevalensi hipertensi pada wanita 28,8 %, lebih tinggi dibandingkan laki-laki dengan prevalensi 22,8% (Riskesdas 2013). Pakar hipertensi dan salah seorang pendiri Indonesian Society of Hypertension (InaSH) dr. Arieska Ann Soenarta, SpJP(K), FIHA,FAsCC mengungkapkan, hipertensi merupakan faktor risiko terpenting dalam penyebab terjadinya penyakit Kardio-Cerebro-Vascular (KCV).
Kematian di dunia sebagian besar disebabkan oleh penyakit KCV, baik pada pria maupun wanita. Dalam kurun waktu antara tahun 2000-2025 diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi sebanyak 9% pada pria dan 13% pada wanita. Populasi usia lanjut dalam tahun-tahun mendatang memang semakin bertambah, disamping itu, perkiraan hidup wanita lebih tinggi dibandingkan pria.
“Kemungkinan hal inilah yang menyebabkan peningkatan prevalensi hipertensi lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria," kata dr. Arieska. Kelainan KCV pada wanita, sambungnya, seringkali kurang mendapat perhatian akibat kurang terdeteksinya faktor-faktor risiko penyakit KCV ,seperti obesitas. Riskesdas 2007 mencatat prevalensi obesitas pada wanita adalah 29% sedangkan pria 7,7%.
Sementara Riskesdas 2013 menemukan bahwa prevalensi kolesterol 39.6% pada wanita dan 30% pada pria. Diabetes Mellitus II pada wanita prevalensinya 7,7% dan pria 5.6%. Maka dapat dikatakan risiko terjadinya kejadian-kejadian KCV pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria terutama pada usia lanjut.
Pada usia dewasa muda, hipertensi lebih banyak terjadi pada pria, akan tetapi setelah usia 50 tahun, insiden hipertensi pada wanita akan meningkat dengan cepat sehingga pada usia 60 keatas, hipertensi akan lebih banyak dijumpai pada wanita daripada pria. Hal ini diakibatkan menjadi kakunya pembuluh darah arterial, juga akibat menurunnya hormon estrogen secara tajam.
Kekurangan estrogen telah terbukti dapat merusak lapisan sel dinding pembuluh darah (endotil). Keadaan ini dapat memicu terjadinya pembentukan plak disamping mengaktivasi sistem tubuh yang dapat meningkatan tekanan darah. Wanita juga harus mengetahui bahwa kehamilan dapat memengaruhi terjadinya hipertensi.
Kehamilan dengan hipertensi dapat menyebabkan kematian pada Ibu maupun janin. Hipertensi sebagai komplikasi dapat terjadi pada 7-9% kehamilan, 18% dari kematian Ibu hamil disebabkan hipertensi pada kehamilan. Seorang wanita dikatakan menderita hipertensi bila tekanan darahnya mencapai 140/90 mmHg atau lebih. Terdapat beberapa jenis hipertensi pada kehamilan, antara lain hipertensi kronik, kronik dengan pre eklamsia, gestasional, pre eklamsia dan eklamsia.
Data dari Indonesian Renal Registry (IRR) menunjukkan bahwa di Indonesia Hipertensi (37%) dan Diabetes (27 %) merupakan penyebab utama terjadinya Gagal Ginjal Kronis (GGK) tahap akhir yang menjalani dialisis (cuci darah). Kurang lebih 40% kasus stroke, 39% infark jantung dan 28% gagal ginjal tahap akhir, disebabkan oleh hipertensi. Jika hipertensi tidak ditangani dengan baik, selain berakibat fatal pada jantung, otak dan ginjal, maka hipertensi akan menimbulkan komplikasi dan beban biaya yang besar seperti cuci darah dan lainnya. (Sri Noviarni)
Kematian di dunia sebagian besar disebabkan oleh penyakit KCV, baik pada pria maupun wanita. Dalam kurun waktu antara tahun 2000-2025 diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi sebanyak 9% pada pria dan 13% pada wanita. Populasi usia lanjut dalam tahun-tahun mendatang memang semakin bertambah, disamping itu, perkiraan hidup wanita lebih tinggi dibandingkan pria.
“Kemungkinan hal inilah yang menyebabkan peningkatan prevalensi hipertensi lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria," kata dr. Arieska. Kelainan KCV pada wanita, sambungnya, seringkali kurang mendapat perhatian akibat kurang terdeteksinya faktor-faktor risiko penyakit KCV ,seperti obesitas. Riskesdas 2007 mencatat prevalensi obesitas pada wanita adalah 29% sedangkan pria 7,7%.
Sementara Riskesdas 2013 menemukan bahwa prevalensi kolesterol 39.6% pada wanita dan 30% pada pria. Diabetes Mellitus II pada wanita prevalensinya 7,7% dan pria 5.6%. Maka dapat dikatakan risiko terjadinya kejadian-kejadian KCV pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria terutama pada usia lanjut.
Pada usia dewasa muda, hipertensi lebih banyak terjadi pada pria, akan tetapi setelah usia 50 tahun, insiden hipertensi pada wanita akan meningkat dengan cepat sehingga pada usia 60 keatas, hipertensi akan lebih banyak dijumpai pada wanita daripada pria. Hal ini diakibatkan menjadi kakunya pembuluh darah arterial, juga akibat menurunnya hormon estrogen secara tajam.
Kekurangan estrogen telah terbukti dapat merusak lapisan sel dinding pembuluh darah (endotil). Keadaan ini dapat memicu terjadinya pembentukan plak disamping mengaktivasi sistem tubuh yang dapat meningkatan tekanan darah. Wanita juga harus mengetahui bahwa kehamilan dapat memengaruhi terjadinya hipertensi.
Kehamilan dengan hipertensi dapat menyebabkan kematian pada Ibu maupun janin. Hipertensi sebagai komplikasi dapat terjadi pada 7-9% kehamilan, 18% dari kematian Ibu hamil disebabkan hipertensi pada kehamilan. Seorang wanita dikatakan menderita hipertensi bila tekanan darahnya mencapai 140/90 mmHg atau lebih. Terdapat beberapa jenis hipertensi pada kehamilan, antara lain hipertensi kronik, kronik dengan pre eklamsia, gestasional, pre eklamsia dan eklamsia.
Data dari Indonesian Renal Registry (IRR) menunjukkan bahwa di Indonesia Hipertensi (37%) dan Diabetes (27 %) merupakan penyebab utama terjadinya Gagal Ginjal Kronis (GGK) tahap akhir yang menjalani dialisis (cuci darah). Kurang lebih 40% kasus stroke, 39% infark jantung dan 28% gagal ginjal tahap akhir, disebabkan oleh hipertensi. Jika hipertensi tidak ditangani dengan baik, selain berakibat fatal pada jantung, otak dan ginjal, maka hipertensi akan menimbulkan komplikasi dan beban biaya yang besar seperti cuci darah dan lainnya. (Sri Noviarni)
(nfl)