Menikmati Menu Ramen Ala Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Penyuka makanan Jepang pasti akrab dengan ramen. Di Jepang, tiap daerah punya ciri ramen tersendiri. Lalu bagaimana jika teknik membuat mi ramen itu diterapkan ala lidah Indonesia?
Yoisho, sebuah restoran ramen modern yang baru buka pertengahan Januari 2018 di Jl. Gunawarman No 2, Jakarta Selatan inj akan terasa berbeda dibanding restoran ramen lainnya. Walau menggabungkan teknik gaya tradisional ramen Jepang namun rasa ramen disini menempatkan sentuhan citarasa Indonesia.
"Yoisho Ramen menyajikan menu ramen otentik dari bahan-bahan lokal terbaik Indonesia. Namun menggunakan teknik memasak dan suasana khas Jepang," ungkap Sonia Garcia, pemilik Yoisho Ramen saat grand opening.
Keunggulan Yoisho Ramen terletak pada konsistensi chef Biman yang juga termasuk pemilik restoran dalam mempertahankan keaslian rasa ramen khas Jepang. Setelah belajar di bawah seorang Noodle Master Shuichi Kotani, Chef Biman mendapatkan ilmu untuk mengembangkan semangkuk hidangan ramen yang sederhana menjadi sajian yang memuaskan lidah orang Indonesia.
Mengunakan bahan lokal Indonesia, namun menerapkan teknik masak tradisional, serta mengembangkan resep kuno dari gurunya, Sang Chef pun memastikan rasa yang pas tapi tetap melakukan modern plating pada setiap sajiannya. "Ketika saya berlatih dengan orang Jepang, mereka bilang kalau mau buka restoran Jepang jangan franchise, saya latih saja. Menggunakan bahan-bahan lokal tapi teknik Jepang. Ini benar-benar resep saya dan dari guru saya," ungkap Chef Biman.
Chef Biman menjelaskan Yoisho sebenarnya memiliki banyak arti. Satu kata ini sering diucapkan orang Jepang secara tak sadar sesuai melakukan sesuatu. Yoisho sendiri berarti sense of relieve atau lega. Sehingga filosofi itu yang ingin dibawa ketika orang makan ramen di sini.
Adapun menu ramen di sini dibuat dengan kuah ayam, sehingga halal. Ramen juga sebenarnya terinspirasi dari mi lamian asal Cina. Namun saat zaman perang dulu kesulitan bahan makanan, sementara daging babi termasuk yang murah maka terkenal ramen dengan kuah babi.
Di Jepang sendiri kebanyakan wisatawan menemukan menu ramen dengan kuah babi di Tokyo, padahal di daerah lain di Jepang juga membuat kuah ramen dari ayam, sapi dan juga sayuran.
Sementara di Yoisho, kuah yang dibuat disini menggunakan ayam bertelur dan ayam yang sudah tua sehingga rasa kaldunya lebih maksimal. Untuk kaldu ayam ini pemasakannya hingga 7 jam. Saat KORAN SINDO mencicipinya, memang rasanya bukan ramen tradisional Jepang. Potongan daging ayamnya pun tidak dimasak grilled, sementara tekstur mi cukup tebal, ditambah ada telur omega, dan potongan daun bawang.
Bila datang ke restoran ini Anda juga akan menemukan cheese ramen, dimana ada tambahan keju didalamnya. Selain itu juga ada spicy miso dengan saus terasa berbeda. Lalu ada karage yang dimarinasi sedikit berbeda juga. Berikut ada gyoza yang memang biasanya menjadi makanan pendamping ramen.
"Gyoza yang saya buat memakai campuran ayam, bawang putih dan bawang merah, sementara di Jepang tak pakai bawang merah jadi rasanya pun beda," tandasnya. (Dyah Ayu Pamela)
Yoisho, sebuah restoran ramen modern yang baru buka pertengahan Januari 2018 di Jl. Gunawarman No 2, Jakarta Selatan inj akan terasa berbeda dibanding restoran ramen lainnya. Walau menggabungkan teknik gaya tradisional ramen Jepang namun rasa ramen disini menempatkan sentuhan citarasa Indonesia.
"Yoisho Ramen menyajikan menu ramen otentik dari bahan-bahan lokal terbaik Indonesia. Namun menggunakan teknik memasak dan suasana khas Jepang," ungkap Sonia Garcia, pemilik Yoisho Ramen saat grand opening.
Keunggulan Yoisho Ramen terletak pada konsistensi chef Biman yang juga termasuk pemilik restoran dalam mempertahankan keaslian rasa ramen khas Jepang. Setelah belajar di bawah seorang Noodle Master Shuichi Kotani, Chef Biman mendapatkan ilmu untuk mengembangkan semangkuk hidangan ramen yang sederhana menjadi sajian yang memuaskan lidah orang Indonesia.
Mengunakan bahan lokal Indonesia, namun menerapkan teknik masak tradisional, serta mengembangkan resep kuno dari gurunya, Sang Chef pun memastikan rasa yang pas tapi tetap melakukan modern plating pada setiap sajiannya. "Ketika saya berlatih dengan orang Jepang, mereka bilang kalau mau buka restoran Jepang jangan franchise, saya latih saja. Menggunakan bahan-bahan lokal tapi teknik Jepang. Ini benar-benar resep saya dan dari guru saya," ungkap Chef Biman.
Chef Biman menjelaskan Yoisho sebenarnya memiliki banyak arti. Satu kata ini sering diucapkan orang Jepang secara tak sadar sesuai melakukan sesuatu. Yoisho sendiri berarti sense of relieve atau lega. Sehingga filosofi itu yang ingin dibawa ketika orang makan ramen di sini.
Adapun menu ramen di sini dibuat dengan kuah ayam, sehingga halal. Ramen juga sebenarnya terinspirasi dari mi lamian asal Cina. Namun saat zaman perang dulu kesulitan bahan makanan, sementara daging babi termasuk yang murah maka terkenal ramen dengan kuah babi.
Di Jepang sendiri kebanyakan wisatawan menemukan menu ramen dengan kuah babi di Tokyo, padahal di daerah lain di Jepang juga membuat kuah ramen dari ayam, sapi dan juga sayuran.
Sementara di Yoisho, kuah yang dibuat disini menggunakan ayam bertelur dan ayam yang sudah tua sehingga rasa kaldunya lebih maksimal. Untuk kaldu ayam ini pemasakannya hingga 7 jam. Saat KORAN SINDO mencicipinya, memang rasanya bukan ramen tradisional Jepang. Potongan daging ayamnya pun tidak dimasak grilled, sementara tekstur mi cukup tebal, ditambah ada telur omega, dan potongan daun bawang.
Bila datang ke restoran ini Anda juga akan menemukan cheese ramen, dimana ada tambahan keju didalamnya. Selain itu juga ada spicy miso dengan saus terasa berbeda. Lalu ada karage yang dimarinasi sedikit berbeda juga. Berikut ada gyoza yang memang biasanya menjadi makanan pendamping ramen.
"Gyoza yang saya buat memakai campuran ayam, bawang putih dan bawang merah, sementara di Jepang tak pakai bawang merah jadi rasanya pun beda," tandasnya. (Dyah Ayu Pamela)
(nfl)