Petikan Harpa Siswa Heidi Awuy School of Harp Pukau Penonton
A
A
A
JAKARTA - Pertunjukan murid-murid Heidi Awuy of School Harp di Gedung Tresno, Jakarta Selatan, pada Minggu (4/2/2018), berhasil menghipnosis para pengunjung dengan permainan musik klasik yang indah dan memukau.
Selama lebih kurang 100 menit, penonton hening dan khidmat menikmati pertunjukan murid-murid Heidi Awuy of School Harp. Tak ada suara yang terdengar di ruangan tersebut, selain dentingan indah harpa.
Gemuruh tepuk tangan penonton tampak menggema saat pertunjukan berakhir. Sedikitnya ada 29 lagu yang dimainkan oleh 29 harpis muda dan cilik binaan Heidi Awuy tersebut.
Komposisi musik yang dimainkan antara lain gubahan J.S Bach (maestro musik klasik dari Jerman tahun 1685-1750), Ettore Pozzoli (komposer musik klasik Italia 1873-1957), hingga komposer harpis Amerika Debra Hanson (kelahiran 1953).
"Konser ini bertujuan untuk memberikan keberanian, kepercayaan diri kepada harpis muda dan pemula tampil di atas panggung disaksikan khalayak," ujar Heidi, kepada SINDOnews.
Heidi, pembawa harpa ke Indonesia itu, menaruh harapan besar kepada harpis muda tersebut. Masa depan nasib musik harpa di Indonesia berada di tangan anak-anak muda harapan bangsa itu.
Heidi mengakui, sampai sekarang musik harpa belum membumi di Indonesia. Meski perkembangannya sudah jauh lebih baik dibanding tahun 80 saat dia mulai memperkenalkan musik tersebut.
"Kami akan mendorong anal-anak yang berbakat ini untuk mengikuti Festival Harpa Internasional. Tahun kemarin, harpis muda kami tampil di Festival Harpa Internasional di Hong Kong," sambung Heidi.
Dalam konser di Jakarta, tiga orang siswa Heidi Awuy of School Harp tampil maksimal. Salah satunya Fania Muthia, 16, yang sukses membawakan satu lagi dari gubahan musik klasik dunia. Meski masih berusia muda, dia sudah memiliki album berisi 5 lagu. Ini membuktikan bahwa dia memang bertalenta
Selama lebih kurang 100 menit, penonton hening dan khidmat menikmati pertunjukan murid-murid Heidi Awuy of School Harp. Tak ada suara yang terdengar di ruangan tersebut, selain dentingan indah harpa.
Gemuruh tepuk tangan penonton tampak menggema saat pertunjukan berakhir. Sedikitnya ada 29 lagu yang dimainkan oleh 29 harpis muda dan cilik binaan Heidi Awuy tersebut.
Komposisi musik yang dimainkan antara lain gubahan J.S Bach (maestro musik klasik dari Jerman tahun 1685-1750), Ettore Pozzoli (komposer musik klasik Italia 1873-1957), hingga komposer harpis Amerika Debra Hanson (kelahiran 1953).
"Konser ini bertujuan untuk memberikan keberanian, kepercayaan diri kepada harpis muda dan pemula tampil di atas panggung disaksikan khalayak," ujar Heidi, kepada SINDOnews.
Heidi, pembawa harpa ke Indonesia itu, menaruh harapan besar kepada harpis muda tersebut. Masa depan nasib musik harpa di Indonesia berada di tangan anak-anak muda harapan bangsa itu.
Heidi mengakui, sampai sekarang musik harpa belum membumi di Indonesia. Meski perkembangannya sudah jauh lebih baik dibanding tahun 80 saat dia mulai memperkenalkan musik tersebut.
"Kami akan mendorong anal-anak yang berbakat ini untuk mengikuti Festival Harpa Internasional. Tahun kemarin, harpis muda kami tampil di Festival Harpa Internasional di Hong Kong," sambung Heidi.
Dalam konser di Jakarta, tiga orang siswa Heidi Awuy of School Harp tampil maksimal. Salah satunya Fania Muthia, 16, yang sukses membawakan satu lagi dari gubahan musik klasik dunia. Meski masih berusia muda, dia sudah memiliki album berisi 5 lagu. Ini membuktikan bahwa dia memang bertalenta
(alv)