Yuk, Tingkatkan Kesadaran Pelayanan Kanker
A
A
A
JAKARTA - Berkaitan dengan Hari Kanker Sedunia, jutaan warga di dunia diharapkan dapat meningkatkan kesadarannya atas kesenjangan akses deteksi dini, pengobatan dan layanan perawatan kanker.
Hari Kanker Sedunia yang digelar dengan melakukan aksi ini dinilai dapat mengurangi kematian prematur akibat kanker, memprioritaskan kecepatan hasil diagnosa dan akses terhadap pengobatan kanker di seluruh dunia.
Target dunia untuk mengurangi kematian prematur akibat kanker dan penyakit tak menular hingga 25% pada 2025. Untuk mendapatkan komitmen di seluruh dunia, ketidaksetaraan saat ini terjadi dalam hal eksposur terhadap faktor risiko, akses terhadap skrining, deteksi dini, serta pengobatan dan perawatan yang sesuai secara tepat waktu and care juga menjadi perhatian.
"Target Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2011 adalah untuk mengurangi penyakit tak menular sebesar 25% dalam 14 tahun baru mencapai separuh jalan. Kita dapat mencapai target tersebut, namun masih banyak aksi nyata yang harus diambil," kata Professor Sanchia Aranda, Presiden UICC dan CEO Dewan Kanker Australia.
Dalam keterangan pers yang diterima SINDOnews, Sanchia menambahkan, ketidaksetaraan akses terhadap pencegahan, diagnosa, pengobatan dan perawatan menyebabkan pengurangan kematian prematur akibat kanker menjadi sulit.
"Jika kita berkomitmen untuk mencapai tujuan ini, kita semua harus bertindak cepat dan tegas untuk membuat akses terhadap layanan kanker yang berkeadilan di seluruh penjuru dunia," tambahnya.
Sebagai contoh dari sebuah kesenjangan akses perawatan di dunia adalah radioterapi yang dirasakan masyarakat pra sejahtera. Sebagai metode utama perawatan kanker, radioterapi direkomendasikan untuk 52% dari pasien kanker. Kesenjangan dan ketersediaan umumnya terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.
Sebesar 90% pasien kanker di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah memiliki akses terbatas pada radioterapi. Sementara menurut Yayasan Kanker Indonesia (YKI), penyakit kanker merupakan permasalahan di Indonesia dengan prevalensi yang cukup tinggi, yaitu 1,4 per 1.000 penduduk atau sekitar 347.000 orang. Sebagai bentuk pencegahan, dapat dilakukan dengan cara rutin melakukan aktivitas fisik, termasuk olahraga lari.
“Pengobatan yang optimal dan ketersediaan fasilitas terapi khususnya untuk penyakit kanker, adalah hak setiap warga negara. Angka kejadian kanker di Indonesia hanya dapat diturunkan melalui kepedulian serta kesadaran masyarakat akan kebiasaan hidup yang sehat dan melakukan deteksi dini,” tutur Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP, Ketua YKI.
Hari Kanker Sedunia yang digelar dengan melakukan aksi ini dinilai dapat mengurangi kematian prematur akibat kanker, memprioritaskan kecepatan hasil diagnosa dan akses terhadap pengobatan kanker di seluruh dunia.
Target dunia untuk mengurangi kematian prematur akibat kanker dan penyakit tak menular hingga 25% pada 2025. Untuk mendapatkan komitmen di seluruh dunia, ketidaksetaraan saat ini terjadi dalam hal eksposur terhadap faktor risiko, akses terhadap skrining, deteksi dini, serta pengobatan dan perawatan yang sesuai secara tepat waktu and care juga menjadi perhatian.
"Target Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2011 adalah untuk mengurangi penyakit tak menular sebesar 25% dalam 14 tahun baru mencapai separuh jalan. Kita dapat mencapai target tersebut, namun masih banyak aksi nyata yang harus diambil," kata Professor Sanchia Aranda, Presiden UICC dan CEO Dewan Kanker Australia.
Dalam keterangan pers yang diterima SINDOnews, Sanchia menambahkan, ketidaksetaraan akses terhadap pencegahan, diagnosa, pengobatan dan perawatan menyebabkan pengurangan kematian prematur akibat kanker menjadi sulit.
"Jika kita berkomitmen untuk mencapai tujuan ini, kita semua harus bertindak cepat dan tegas untuk membuat akses terhadap layanan kanker yang berkeadilan di seluruh penjuru dunia," tambahnya.
Sebagai contoh dari sebuah kesenjangan akses perawatan di dunia adalah radioterapi yang dirasakan masyarakat pra sejahtera. Sebagai metode utama perawatan kanker, radioterapi direkomendasikan untuk 52% dari pasien kanker. Kesenjangan dan ketersediaan umumnya terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.
Sebesar 90% pasien kanker di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah memiliki akses terbatas pada radioterapi. Sementara menurut Yayasan Kanker Indonesia (YKI), penyakit kanker merupakan permasalahan di Indonesia dengan prevalensi yang cukup tinggi, yaitu 1,4 per 1.000 penduduk atau sekitar 347.000 orang. Sebagai bentuk pencegahan, dapat dilakukan dengan cara rutin melakukan aktivitas fisik, termasuk olahraga lari.
“Pengobatan yang optimal dan ketersediaan fasilitas terapi khususnya untuk penyakit kanker, adalah hak setiap warga negara. Angka kejadian kanker di Indonesia hanya dapat diturunkan melalui kepedulian serta kesadaran masyarakat akan kebiasaan hidup yang sehat dan melakukan deteksi dini,” tutur Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP, Ketua YKI.
(tdy)