Studi: Kurangi Porsi Makan Tak Efektif Turunkan Berat Badan!
A
A
A
JAKARTA - Mengurangi porsi makan dipercaya dapat membantu menurunkan berat badan. Sayang, mulai saat ini Anda harus berhenti melakukan kebiasaan tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Penn State University, Amerika Serikat menunjukkan hal tersebut tidak efektif.
Peneliti yang melibatkan 100 wanita ini dibagi dalam dua kelompok. Grup pertama diminta datang ke lab sepekan sekali selama satu bulan untuk makan siang. Para responden diminta untuk mengendalikan porsi makan mereka. Sementara, kelopok kedua dibebaskan mengkonsumsi berbagai makanan yang ada.
"Mereka tidak dapat menahan diri dari jumlah makanan yang tersaji di hadapan mereka. Jadi tidak ada perbedaan volume makanan yang signifikan di antara keduanya," kata peneliti Faris Zuraikat seperti dilansir Men's Health.
Meski makan dalam jumlah bayak, Zuraikat mencatat, responden menjaga porsi konsumsi kalori lebih sedikit dibandingkan kelompok pembandingnya. Namun, penelitian lainnya menunjukkan bahwa mengonsumsi banyak makanan berkalori rendah dapat memicu penurunan berat badan.
"Caranya dengan mengkonsumsi lebih banyak makanan berkalori rendah dan sebaliknya lebih sedikit makanan berkalori tinggi," ujarnya.
Terkait temuan ini, Barbara Rolls, PhD, peneliti sekaligus penulis buku The Ultimate Volumetrics Diet menyimpulkan bahwa pendekatan makan lebih banyak, lebih efektif menurunkan berat badan dibandingkan metode sebaliknya.
"Lagipula sulit sekali membedakan porsi makan yang untuk diet dan tidak. Mereka yang makan lebih banyak makanan dengan kepadatan kalori yang rendah seperti sayuran yang kaya air dilaporkan juga tidak mudah lapar," jelas Barbara Rolls.
Sedangkan, rasa kenyang didominasi oleh jumlah makanan yang dikonsumsi, tisak hanya kalori yang dikonsumsi. Contohnya, makan sandwich, pilih roti dari gandum utuh untuk memperbanyak seratnya, kemudian pilih potongan daging yang lebih lean dan ganti mayonaise dengan mustard.
"Jika Anda mengurangi asupan kalori dengan makan makanan yang jumlahnya memuaskan atau mengenyangkan, Anda masih bisa menurunkan berat badan," tutup Zuraikat.
Peneliti yang melibatkan 100 wanita ini dibagi dalam dua kelompok. Grup pertama diminta datang ke lab sepekan sekali selama satu bulan untuk makan siang. Para responden diminta untuk mengendalikan porsi makan mereka. Sementara, kelopok kedua dibebaskan mengkonsumsi berbagai makanan yang ada.
"Mereka tidak dapat menahan diri dari jumlah makanan yang tersaji di hadapan mereka. Jadi tidak ada perbedaan volume makanan yang signifikan di antara keduanya," kata peneliti Faris Zuraikat seperti dilansir Men's Health.
Meski makan dalam jumlah bayak, Zuraikat mencatat, responden menjaga porsi konsumsi kalori lebih sedikit dibandingkan kelompok pembandingnya. Namun, penelitian lainnya menunjukkan bahwa mengonsumsi banyak makanan berkalori rendah dapat memicu penurunan berat badan.
"Caranya dengan mengkonsumsi lebih banyak makanan berkalori rendah dan sebaliknya lebih sedikit makanan berkalori tinggi," ujarnya.
Terkait temuan ini, Barbara Rolls, PhD, peneliti sekaligus penulis buku The Ultimate Volumetrics Diet menyimpulkan bahwa pendekatan makan lebih banyak, lebih efektif menurunkan berat badan dibandingkan metode sebaliknya.
"Lagipula sulit sekali membedakan porsi makan yang untuk diet dan tidak. Mereka yang makan lebih banyak makanan dengan kepadatan kalori yang rendah seperti sayuran yang kaya air dilaporkan juga tidak mudah lapar," jelas Barbara Rolls.
Sedangkan, rasa kenyang didominasi oleh jumlah makanan yang dikonsumsi, tisak hanya kalori yang dikonsumsi. Contohnya, makan sandwich, pilih roti dari gandum utuh untuk memperbanyak seratnya, kemudian pilih potongan daging yang lebih lean dan ganti mayonaise dengan mustard.
"Jika Anda mengurangi asupan kalori dengan makan makanan yang jumlahnya memuaskan atau mengenyangkan, Anda masih bisa menurunkan berat badan," tutup Zuraikat.
(tdy)