Bersahabat dengan Protein

Kamis, 22 Februari 2018 - 08:35 WIB
Bersahabat dengan Protein
Bersahabat dengan Protein
A A A
BERBICARA tentang protein, zat makro ini memang dibutuhkan tubuh untuk kesehatan yang lebih baik. Bahkan bagi para lansia, protein bisa meningkatkan kesehatan, sekaligus menjaga massa tubuh dan mencegah berbagai penyakit.

Namun pertanyaannya, protein seperti apa yang direkomendasikan? Kacang-kacangan bisa menjadi jawabannya. Makanan ini merupakan sumber protein yang baik. Sebuah penelitian yang dilakukan dua tahun lalu dan diterbitkan pada jurnal Obesity menyebutkan, mengonsumsi kacangkacangan bisa menimbulkan rasa kenyang, menjaga berat badan ideal, bahkan mengurangi berat badan.

Dr David Katz, Direktur Yale-Griffin University, memaparkan, mereka yang menjalani tipe diet ala Amerika (konsumsi roti, pasta, burger, dan snack ) alangkah baiknya untuk berganti menu menjadi yang lebih sehat dan dengan protein berkualitas, seperti telur, ikan, dan daging tanpa lemak.

“Jika Anda sudah mengonsumsi kalori yang tinggi dari protein, berarti Anda harus memangkas karbohidrat dan gula dari menu Anda,” kata Katz dikutip dari Healthline. Diketahui, orang-orang yang mengganti karbohidrat mereka dengan protein, bahkan lemak yang sehat, menunjukkan tekanan darah yang lebih rendah dan kolesterol yang rendah.

Ini dibandingkan orang yang menjalani diet tinggi karbohidrat. “Orang tua berada pada risiko tinggi untuk menderita sarcopenia, yakni kehilangan massa otot. Mereka akan terbantu dengan mengonsumsi protein berkualitas tinggi pada menu mereka dalam keseharian,” ungkap Katz.

Ekstra protein membantu tubuh dari kehilangan otot yang akan terjadi seiring penuaan. Studi yang dilakukan pada 2015 oleh University of Arkansas menemukan bahwa orang dewasa dengan rentang usia 52-75 tahun yang menggandakan angka kecukupan gizi harian ternyata tubuhnya membangun otot yang lebih baik sekaligus menjaga ototnya hanya dengan setelah empat hari menjalaninya.

Namun, apabila memiliki kolesterol yang tinggi atau risiko kardiovaskular, sebaiknya ganti ekstra protein tersebut dengan yang lebih sehat seperti telah dibahas sebelumnya. Kacang-kacangan, biji-bijian, dan ikan adalah yang direkomendasikan dokter.

Sebuah studi yang dipublikasikan pada 2014 tentang metabolisme sel menemukan bahwa menjalani diet tinggi protein sewaktu usia paruh baya akan meningkatkan risiko terkena penyakit sebesar 74%. Risiko terkena kanker juga meningkat menjadi empat kali lipat dibandingkan dengan yang menjalani diet rendah protein.

Penelitian ini melibatkan 6.381 orang dewasa yang berumur 50 tahun dan lebih, di mana responden telah diikuti selama 18 tahun ke belakang. Fakta ini menempatkan diet tinggi protein sejajar dengan bahaya merokok.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan (CDC), ini berarti meningkatkan risiko kematian tiga kali lipat dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok. Sementara itu, mereka yang mengonsumsi protein dalaM jumlah sedang di usia paruh baya nyatanya masih pula berisiko tiga kali lebih tinggi untuk meninggal karena kanker daripada yang mengonsumsi protein rendah.

Ketika tim peneliti meneliti lebih jauh tipe-tipe protein, mereka menemukan bahwa makan lebih banyak protein dari nabati, seperti kedelai dan kacang-kacangan, tidak meningkatkan risiko kematian. Penduduk Amerika berlomba-lomba memasukkan unsur protein dalam piring mereka, termasuk menambahkan bubuk protein ke yoghurt, oatmeal , smoothies , pasta, dan sebagainya.

Hal ini sebenarnya tidaklah perlu, kata dr Katz. “Fokus pada gizi makro justru menjadi masalah kesehatan. Kita pangkas lemak malah akhirnya bertambah gemuk dan sakit sama halnya dengan memangkas karbohidrat. Makanya kita harus stop fokus gizi makro, tetapi lebih memperhatikan keseluruhan makanan dan kombinasi yang sehat,” beber Katz. (Sri Noviarni)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7116 seconds (0.1#10.140)