Mengenal Lupus, Penyakit yang Dialami Selena Gomez
A
A
A
JAKARTA - Lupus eritematosus sistemik (LES) merupakan penyakit autoimun yang melibatkan berbagai organ manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari ringan sampai berat. Pada tahap awal, penyakit yang pernah diderita Selena Gomez ini susah dikenali karena manifestasinya tidak terjadi bersamaan.
Sistem kekebalan tubuh yang biasanya melindungi tubuh dari penyakit, justru berbalik melawan tubuh dan menyebabkan kerusaan pada organ dan jaringan. Ada dua jenis lupus yaitu sistemik lupus eritematosus yang menyerang kulit, sendi, ginjal dan otak serta lupus erythematosus yang menyerang kulit.
Ketua Divisi Alergi Imunologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, Iris Rengganis Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI mengatakan, sampai saat ini penyebab LES belum diketahui. Namun diduga faktor genetik, indeksi dan lingkungan ikut berperan pada patofisiologi LES. Prevalensi setiap negara juga bervariansi.
"Lupus menyerang satu atau dua orang di setiap 1000 penduduk. Penyakit ini sembilan kali lebih sering menyerang perempuan dibandingkan laki-laki dan umumnya terjadi pada kelompok usia produktif. Banyak penelitian mengungkapkan umumnya wanita lebih banyak menderita penyakit autoimun," kata Dr Rengganis saat acara Ginjal & Kesehatan Perempuan di Artotel, Jakarta, Rabu (7/3/2018).
Meski wanita lebih berisiko mengalami penyakit autoimun, namun umumnya berbagai penyakit autoimun tidak berbeda tingkat keparahannya dengan laki-laki. Lupus dapat mengenai semua organ termasuk ginjal. Bahkan, penyakit ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
"Kerusakan ginjal akut atau kronis terjadi dengan nefritis lupus yang menyebabkan gagal ginjal akut atau tahap akhir. Karena pengenalan awal dan pengelolaan SLE, gagal ginjal tahap akhir terjadi pada kurang dari 5% kasus kecuali pada populasi kulit hitam yang risikonya berkali-kali lebih tinggi," jelasnya.
Berdasarkan data pasien rawat jalan di Poliklinik Ginjal Hipertensi Cipto, selama 3 tahun terakhir 2015-2017 menunjukkan bahwa pasien penyakit ginjal kronik akibat komplikasi penyakit lupus (nefritis lupus) lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 88,1% perempuan dan 11,9% laki-laki (2015), 88% perempuan dan 12% laki-laki (2016), 93,6% perempuan dan 5,7% laki-laki (2017).
Sistem kekebalan tubuh yang biasanya melindungi tubuh dari penyakit, justru berbalik melawan tubuh dan menyebabkan kerusaan pada organ dan jaringan. Ada dua jenis lupus yaitu sistemik lupus eritematosus yang menyerang kulit, sendi, ginjal dan otak serta lupus erythematosus yang menyerang kulit.
Ketua Divisi Alergi Imunologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, Iris Rengganis Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI mengatakan, sampai saat ini penyebab LES belum diketahui. Namun diduga faktor genetik, indeksi dan lingkungan ikut berperan pada patofisiologi LES. Prevalensi setiap negara juga bervariansi.
"Lupus menyerang satu atau dua orang di setiap 1000 penduduk. Penyakit ini sembilan kali lebih sering menyerang perempuan dibandingkan laki-laki dan umumnya terjadi pada kelompok usia produktif. Banyak penelitian mengungkapkan umumnya wanita lebih banyak menderita penyakit autoimun," kata Dr Rengganis saat acara Ginjal & Kesehatan Perempuan di Artotel, Jakarta, Rabu (7/3/2018).
Meski wanita lebih berisiko mengalami penyakit autoimun, namun umumnya berbagai penyakit autoimun tidak berbeda tingkat keparahannya dengan laki-laki. Lupus dapat mengenai semua organ termasuk ginjal. Bahkan, penyakit ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
"Kerusakan ginjal akut atau kronis terjadi dengan nefritis lupus yang menyebabkan gagal ginjal akut atau tahap akhir. Karena pengenalan awal dan pengelolaan SLE, gagal ginjal tahap akhir terjadi pada kurang dari 5% kasus kecuali pada populasi kulit hitam yang risikonya berkali-kali lebih tinggi," jelasnya.
Berdasarkan data pasien rawat jalan di Poliklinik Ginjal Hipertensi Cipto, selama 3 tahun terakhir 2015-2017 menunjukkan bahwa pasien penyakit ginjal kronik akibat komplikasi penyakit lupus (nefritis lupus) lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 88,1% perempuan dan 11,9% laki-laki (2015), 88% perempuan dan 12% laki-laki (2016), 93,6% perempuan dan 5,7% laki-laki (2017).
(tdy)