Saoto Bathok Mbah Katro, Seporsi Soto di Sekitaran Candi Sambisari

Minggu, 11 Maret 2018 - 20:05 WIB
Saoto Bathok Mbah Katro,...
Saoto Bathok Mbah Katro, Seporsi Soto di Sekitaran Candi Sambisari
A A A
BISNIS warung soto di Yogyakarta dan sekitarnya sedang menjamur. Namun, ada satu warung yang tetap melestarikan keaslian kuliner khas Solo dan sangat ramah lingkungan, yakni Saoto Bathok Mbah Katro.

Saung bambu Saoto Bathok Mbah Katro yang dulu hanya satu kini sudah berjumlah belasan. Saung yang berderet di tengah pesawahan itu jarang sepi pelanggan, apalagi pada akhir pekan. Menjelang sore, burung-burung akan bertengger dan terbang ke utara Candi Sambisari Kalasan.

Saoto Bathok Mbah Katro menyajikan soto sapi sebagai menu utama. Harganya hanya Rp5.000, tidak pernah berubah sejak 2015. Makanan pendamping menu utamanya juga cukup banyak. Pembeli dapat memilih sate telur puyuh, sate usus, tempe garit goreng, atau kerupuk kaleng. Selain itu, layanannya baik dan cepat. Seporsi soto sa pi dapat tersaji dalam hitungan menit.

Aroma kuahnya yang panas begitu wangi. Setelah dikucuri perasan jeruk nipis, kuahnya terasa segar bercampur gurih dan asin di lidah. Di dalamnya ada tauge, irisan daging, seledri, dan bawang goreng. Soto racikan Mbah Katro sangat berbeda dengan kebanyakan soto lain. Selain tidak berlemak, kuahnya terlihat lebih bening. Warna kekuning-kuningannya tidak terlalu dominan mengingat rempah yang digunakan istimewa. Pembeli dapat menambahinya dengan kecap atau sambal.

Sambil menyeruput kuah soto, tidak lengkap rasanya kalau tidak mencicipi sate telur puyuh dan usus bumbu bacem, juga kerupuk. Sate yang dihidangkan di mangkuk tanah liat itu terasa manis dan lezat. Bau khas kuning telurnya menempel di rongga mulut hingga kerongkongan.
Selesai menyantap soto sapi di dekat Candi Sambisari, pembeli dapat memesan bermacam-macam minuman, mulai es teh manis hingga es jeruk. Hanya, es jeruk yang KORAN SINDO kala itu pesan kurang terasa manis atau asam, mungkin karena takaran perasan jeruk, gula, dan airnya tidak pas.

Dengan ukuran tempurung kelapa yang kecil, seporsi soto sapi Mbah Katro mungkin tidak dapat mengenyangkan perut, tapi cukup untuk menyegarkan pikiran dan menambah energi. Didukung suasana alam yang begitu kuat dan jauh dari hiruk-pikuk perkotaan, tubuh juga terasa lebih rileks. Pembeli dapat bersantai di lesehan bertikar atau duduk di bangku bambu. Dari beberapa titik, pembeli bisa melihat Candi Sambisari.

Selain itu, pembeli yang datang bersama keluarga dan anak-anak dapat bermain di sekitar saung mengingat di sana terdapat ayunan dan jungkat-jungkit bambu. Pengunjung baru, terutama dari luar daerah, mungkin terheran dengan penulisan saoto bathok, meski makna nya dapat dimengerti. Selidik punya selidik, saoto merupakan sebutan soto yang sering diucapkan orang Jawa Solo. Adapun bathok merupakan bahasa Jawa untuk tempurung kelapa.

Saoto Bathok Mbah Katro buka pukul 06.00-16.00 WIB. Harga sate telur puyuh sekitar Rp2.000, sate usus Rp1.000, tempe goreng Rp500, es jeruk Rp2.000, dan teh tawar Rp1.000.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7131 seconds (0.1#10.140)