Demi Kesehatan, Pelajari Masalah Tembakau Alternatif
A
A
A
JAKARTA - Kontroversi mengenai penggunaan produk tembakau alternatif seperti produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar dan rokok elektrik tidak saja dialami Indonesia, juga di beberapa negara maju.
Dalam berbagai diskusi, risiko kesehatan yang lebih rendah dari produk ini menjadi fokus utama yang dikemukakan oleh para ahli. Ini pula yang kemudian menjadi dasar pertimbangan dan rujukan bagi pemangku kepentingan dalam memutuskan sikap untuk produk tembakau alternatif.
Kemunculan produk tembakau alternatif untuk mengurangi jumlah angka perokok yang selalu naik setiap tahunnya belum mendapatkan respon yang baik. Sebagian besar masyarakat masih menganggap bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara produk tembakau alternatif dengan rokok konvesional. Anggapan inilah yang menurut Dr. drg. Amaliya, MsSc., PhD, tim peneliti dari Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Indonesia membuat potensi positif dari produk tersebut menjadi tak terlihat.
“Hasil penelitian dari Public Health of England membuktikan bahwa produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar dapat menurunkan risiko kesehatan hingga 95 persen. Selain itu, studi dari Georgetown University Medical Center Amerika Serikat juga mengungkapkan sebanyak 6,6 juta orang di Amerika Serikat memiliki potensi terhindar dari kematian dini jika perokok beralih ke produk tembakau alternatif,” jelas Dr. drg. Amaliya.
dr. Mariatul Fadhila Ketua Umum Perhimpunan Dokter Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat Indonesia (PDK3MI), yang juga merupakan anggota KABAR menambahkan, “Kami sangat mendukung upaya pemerintah dalam mencari solusi untuk mengurangi jumlah perokok, salah satunya dengan mendorong penelitian lebih lanjut di Indonesia tentang produk tembakau alternatif. Penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai landasan untuk merumuskan kebijakan yang paling sesuai dengan kondisi di Indonesia,” tutupnya.
Sementara, masalah ini dialami sejumlah negara, seperti Selandia Baru dan kini Rusia. Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rusia Denis Manturov pada awal Maret 2018 mengimbau masyarakat beralih menggunakan produk tembakau alternatif dan pihaknya tengah mempersiapkan kebijakan yang mengkategorikan produk tembakau alternatif ke dalam peraturan terpisah dengan rokok konvensional dan tembakau.
Keputusan pemisahan peraturan tersebut berdasarkan pada pertimbangan perbedaan manfaat di antara kedua produk.Dalam perumusannya, Rusia menetapkan beberapa aturan spesifik yang mencakup pada pembatasan penjualan produk kepada anak di bawah umur dan melarang penggunaannya di sekolah.
Dalam berbagai diskusi, risiko kesehatan yang lebih rendah dari produk ini menjadi fokus utama yang dikemukakan oleh para ahli. Ini pula yang kemudian menjadi dasar pertimbangan dan rujukan bagi pemangku kepentingan dalam memutuskan sikap untuk produk tembakau alternatif.
Kemunculan produk tembakau alternatif untuk mengurangi jumlah angka perokok yang selalu naik setiap tahunnya belum mendapatkan respon yang baik. Sebagian besar masyarakat masih menganggap bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara produk tembakau alternatif dengan rokok konvesional. Anggapan inilah yang menurut Dr. drg. Amaliya, MsSc., PhD, tim peneliti dari Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Indonesia membuat potensi positif dari produk tersebut menjadi tak terlihat.
“Hasil penelitian dari Public Health of England membuktikan bahwa produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar dapat menurunkan risiko kesehatan hingga 95 persen. Selain itu, studi dari Georgetown University Medical Center Amerika Serikat juga mengungkapkan sebanyak 6,6 juta orang di Amerika Serikat memiliki potensi terhindar dari kematian dini jika perokok beralih ke produk tembakau alternatif,” jelas Dr. drg. Amaliya.
dr. Mariatul Fadhila Ketua Umum Perhimpunan Dokter Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat Indonesia (PDK3MI), yang juga merupakan anggota KABAR menambahkan, “Kami sangat mendukung upaya pemerintah dalam mencari solusi untuk mengurangi jumlah perokok, salah satunya dengan mendorong penelitian lebih lanjut di Indonesia tentang produk tembakau alternatif. Penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai landasan untuk merumuskan kebijakan yang paling sesuai dengan kondisi di Indonesia,” tutupnya.
Sementara, masalah ini dialami sejumlah negara, seperti Selandia Baru dan kini Rusia. Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rusia Denis Manturov pada awal Maret 2018 mengimbau masyarakat beralih menggunakan produk tembakau alternatif dan pihaknya tengah mempersiapkan kebijakan yang mengkategorikan produk tembakau alternatif ke dalam peraturan terpisah dengan rokok konvensional dan tembakau.
Keputusan pemisahan peraturan tersebut berdasarkan pada pertimbangan perbedaan manfaat di antara kedua produk.Dalam perumusannya, Rusia menetapkan beberapa aturan spesifik yang mencakup pada pembatasan penjualan produk kepada anak di bawah umur dan melarang penggunaannya di sekolah.
(tdy)