3 Penyebab Tingginya Stunting di Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Sebanyak 9 juta anak tercatat mengalami stunting. Angka ini tergolong tinggi dan hampir sama dengan jumlah penduduk satu negara. Ada tiga hal yang membuat tingginya jumlah stunting di Indonesia, apa saja?
"Nomor satu karena ketidaktahuan masyarakat akan stunting, kurang mengerti mengelola makanan meski lumbung padi banyak," kata Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT), Eko Putro Sandjoyo saat acara Stunting Summit di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (28/3/2018).
Kondisi ini juga dipicu dengan kebiasaan masyarakat tidak menerapkan pola hidup sehat serta infrastruktur dasar di desa seperti minimnya air bersih dan fasilitas kesehatan yakni poliklinik dan posyandu belum memadai. Padahal, tidak tersedianya sanitasi air bersih yang baik, menyebabkan anak rentan mengalami cacingan sehingga berisiko stunting.
"Masalah infrastruktur dasar di desa-desa yang memang tidak memadai untuk orang itu tidak bisa hidup sehat. Tidak ada sarana air bersih, tidak ada MCK masih akses posyandu masih susah akses poliklinik desa masih susah," jelasnya.
Dua hal tersebut diperparah dengan kemiskinan yang masih tinggi. Hingga saat ini tercatat ada sekitar 27 juta orang miskin di Indonesia. Karena itu, adanya dana desa, diharapkan bisa mengatasi stunting dengan dibangunnya PAUD, poliklinik desa dan infrastruktur lainnya.
"Tiga tahun ini kita bangun MCK 18.000 unit ini juga masif sekali belum pernah terjadi dalam sejarah Indonesia. Kita bangun pos sumur air bersih itu ada 30.000 unit sarana air bersih itu ada 37.000 unit diseluruh desa-desa di indonesia. Selain itu juga dibangun PAUD jumlahnya 18.000 unit, posyandu 11.000 unit dan poliklinik desa jumlahnya 5.000 unit," tandasnya.
"Nomor satu karena ketidaktahuan masyarakat akan stunting, kurang mengerti mengelola makanan meski lumbung padi banyak," kata Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT), Eko Putro Sandjoyo saat acara Stunting Summit di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (28/3/2018).
Kondisi ini juga dipicu dengan kebiasaan masyarakat tidak menerapkan pola hidup sehat serta infrastruktur dasar di desa seperti minimnya air bersih dan fasilitas kesehatan yakni poliklinik dan posyandu belum memadai. Padahal, tidak tersedianya sanitasi air bersih yang baik, menyebabkan anak rentan mengalami cacingan sehingga berisiko stunting.
"Masalah infrastruktur dasar di desa-desa yang memang tidak memadai untuk orang itu tidak bisa hidup sehat. Tidak ada sarana air bersih, tidak ada MCK masih akses posyandu masih susah akses poliklinik desa masih susah," jelasnya.
Dua hal tersebut diperparah dengan kemiskinan yang masih tinggi. Hingga saat ini tercatat ada sekitar 27 juta orang miskin di Indonesia. Karena itu, adanya dana desa, diharapkan bisa mengatasi stunting dengan dibangunnya PAUD, poliklinik desa dan infrastruktur lainnya.
"Tiga tahun ini kita bangun MCK 18.000 unit ini juga masif sekali belum pernah terjadi dalam sejarah Indonesia. Kita bangun pos sumur air bersih itu ada 30.000 unit sarana air bersih itu ada 37.000 unit diseluruh desa-desa di indonesia. Selain itu juga dibangun PAUD jumlahnya 18.000 unit, posyandu 11.000 unit dan poliklinik desa jumlahnya 5.000 unit," tandasnya.
(tdy)