Mary-Kate dan Ashley Olsen Si Kembar Jutawan Hollywood

Mary-Kate dan Ashley Olsen adalah aktris populer di kalangan remaja selama akhir 1990-an dan awal 2000-an. Saudara kembar ini menjadi jutawan sejak muda berkat karir akting dan bisnisnya.

Si kembar cantik ini lahir pada 13 Juni 1986 di Sherman Oaks, California, Amerika Serikat. Ashley Olsen lahir pertama kali, diikuti beberapa menit kemudian oleh Mary-Kate Olsen. Keduanya adalah putri pasangan Dave dan Jarnette Olsen.

Keduanya memulai karir di dunia akting bahkan sebelum bisa berjalan dan berbicara. Suatu hari, ibu Mary-Kate dan Ashley bertemu dengan seorang teman, yang merupakan agen kasting. Agen tersebut meminta Mary-Kate dan Ashley, untuk mengikuti sebuah audisi serial situasi komedi (sitkom) ABC baru berjudul Full House. “Karena undang-undang pekerja anak membatasi jumlah jam di bawah umur untuk bekerja, serial televisi atau film sering menggunakan bayi kembar identik. Bayi kembar melakukan syuting secara bergantian,” ujar Ashley seperti yang dilansir dari dailymail.co.uk.

Dari 20 bayi kembar yang mengikuti audisi sittkom Full House, Mary-Kate dan Ashley adalah satu-satunya bayi kembar yang tidak menangis. Hal inilah yang membuat keduanya lolos audisi. Syuting dimulai ketika keduanya berusia 9 bulan. Keduanya memerankan Michelle Tanner secara bergantian.

Menurut pengacara hiburan, Robert Thorne, peran Mary-Kate dan Ashley mendongkark popularitas Full House. Karena itulah Thorne menuntut upah yang lebih tinggi bagi keduanya, yang semula hanya USD4000 (Rp54 juta) per episode menjadi USD102 ribu (Rp1,3 miliar) per episode. “Sitkom ini disiarkan sejak 1987 hingga 1995. Acara ini berlangsung selama 8 musim dan 192 episode. Total Mary-Kate dan Ashley menghasilkan USD20 juta (Rp 274 miliar) dari Full House,” ujar Thorne.

Selain tampil di sitkom Full House, keduanya juga mendirikan bisnis hiburan bersama dengan Thorne. Pada tahun 1993, di saat usia baru tujuh tahun, keduanya mendirikan DualStar Entertainment Group.

Perusahaan hiburan ini memproduksi film seperti Double, Double, Toil and Trouble (1992), How the West Was Fun (1994) serta serial video musik The Adventures of Mary-Kate & Ashley (1994 - 1997). Film New York Minute pada 2004 merupakan film terakhir yang dibintangi keduanya. “Sejak tahun 1987 hingga 2004 , total sudah ada 30 judul film, serial televisi, dan video DVD yang keduanya bintangi,” ujar Thorne.

Meskipun Mary-Kate dan Ashley menghabiskan begitu banyak waktu bersama, hanya Mary-Kate yang dinominasikan pada tahun 2002 untuk penghargaan Daytime Emmy. Dia dinominasikan dalam Outstanding Performer dalam kategori Seri Anak-Anak atau Pra-Sekolah untuk perannya di film So Little Time.

DualStar Entertainment Group tidak hanya memproduksi film dan video, perusahaan ini juga menjual aksesoris dengan tema Mary-Kate dan Ashley. Aksesoris tersebut diantaranya pakaian, sepatu, dompet, topi, buku, CD dan kaset, wewangian dan tata rias. Perusahaan mainan, Mattel bekerjasama dengan perusahaan ini untuk memproduksi boneka mode Mary-Kate dan Ashley dari tahun 2000 hingga 2005. “Produk-produk keluaran Dualstar telah dijual di lebih dari 3.000 toko di Amerika Serikat dan lebih dari 5.300 toko di seluruh dunia,” ujar Thorne.

Menurut Thorne, pada 2003, DualStar Entertainment Group berhasil meraih keuntungan bersih USD970 juta (Rp13 triliun) secara global. Sementara itu keuntungan dari penjualan DVD mencapai USD 500 juta (Rp 6 triliun).

Sejak tahun 2002, keduanya telah masuk daftar "Celebrity 100" yang ditetapkan oleh majalah Forbes. Pada tahun 2007, oleh Forbes Mary-Kate dan Ashley dinobatkan sebagai perempuan terkaya di dunia hiburan. Keduanya memiliki kekayaan gabungan bersih sebesar USD300 juta (Rp 4 triliun). Menarinya kekayaan ini diperoleh keduanya sebagian besar dari bisnis yang dijalani.

Pada bulan Oktober 2012, Mary-Kate dan Ashley Olsen mendapat penghargaan dari majalah WSJ, Innovator of The Year Award. Di tahun 2018 ini keduanya masih masuk dalam jajaran selebriti kaya di Hollywood. Menurut celebsnetworthtoday.com, keduanya memiliki kekayaan gabungan senilai USD400 juta (Rp 5 triliun). (Dwi Nur Ratnaningsih)