Taylor Demonbreun Ubah Praduga dengan Keliling Dunia
A
A
A
PENJELAJAH 100 negara asal Amerika Serikat, Taylor Demonbreun mengatakan, salah satu perjalanannya yang paling mengejutkan adalah saat menuju Afghanistan. Awalnya, dia merasa sangat khawatir, terutama masalah keamanan dan hambatan bahasa. Namun, ternyata apa yang ditakutkannya tidak terjadi, semua berjalan dengan sempurna.
Berkaca dari hal ini, dia menyarankan agar orang-orang yang merasakan ketakutan atau kecemasan saat hendak melakukan perjalanan tidak perlu merasa khawatir berlebihan. Dia mengatakan, hanya satu yang dibutuhkan, yakni percaya bahwa pada umumnya semua orang adalah baik.
Taylor juga mengatakan bahwa jika sedang berjalan-jalan di suatu tempat, lalu ada yang terlihat seperti curiga atau terlalu memperhatikan, dia memberi sebuah sudut pandang positif. "Sebetulnya kita tidak di-judging, hanya diperhatikan karena kita berasal dari tempat yang berbeda. Mereka ingin membantu karena mereka bangga dengan tempat mereka berasal," katanya.
Dia pun mengaku banyak mendapatkan pengalaman kebaikan dari orang-orang yang ditemuinya di seluruh dunia. Untuk memenuhi standar dari Guinness, Taylor harus meminta dua saksi di setiap negara yang didatanginya untuk menandatangani bukti dia ada di sana dan memberikan informasi kontak mereka.
Dia juga harus mengambil foto dengan tag geolokasi (biasanya 'selfie seadanya') dan mencatat waktu saat dia masuk dan keluar dari negara tersebut. Pada awal Maret lalu, Taylor mengunjungi negaranya yang ke-100, Swedia. Dia mengatakan, perjalanan itu sangat berarti karena Swedia adalah negara pertama yang pernah dia kunjungi sendiri.
Negara Favorit dan Negara yang Batal Didatangi
Setelah mengunjungi 100 negara, dari negara-negara di Karibia, Amerika Selatan, seluruh Eropa, Timur Tengah (Timteng), Asia Tengah, hingga Asia Selatan, Taylor memutuskan beristirahat bersama keluarganya di Alabama pada akhir tahun lalu, kemudian terbang lagi ke Hungaria.
Dia mengatakan, sejak awal memulai perjalanannya, semuanya berjalan cukup lancar. Belum ada penerbangannya yang dibatalkan sama sekali. Lantas, negara mana yang paling disukainya sejauh ini? Taylor mengatakan, salah satu negara favoritnya adalah Islandia. Selama perjalanannya di sana, dia melihat fenomena Aurora Borealis yang menciptakan tampilan cahaya alami di langit. "Ini adalah tempat terindah yang pernah saya alami, seperti negeri dongeng," ungkapnya, dikutip Tuscaloosanews.com.
Sepanjang perjalanannya, Taylor juga mengaku kagum dengan kebaikan dan kemurahan hati orang-orang yang dia temui di seluruh dunia. Dia menceritakan pernah merasa diintimidasi sejumlah orang jalanan, meski kemudian tidak terjadi apa-apa.
Iklim politik dunia yang tengah tegang rupanya juga memengaruhi perjalanannya. Rencana mengunjungi Korea Utara pada tahun lalu terpaksa dibatalkannya. Ini akibat pada Juli tahun lalu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat melarang warganya memasuki Korea Utara setelah kematian Otto Warmbier, seorang siswa Amerika yang ditahan di negara itu selama 17 bulan. Ketika rencana pembebasan Warmbier dinegosiasikan, pria 22 tahun itu mengalami kerusakan otak dan koma sehingga akhirnya meninggal dunia.
Kendati demikian, pihak perwakilan Guinness World Records meyakinkan Taylor jika mereka tidak akan mempermasalahkan hal itu. Tahun ini Taylor direncanakan mengunjungi semua negara Afrika dan Asia.
Getol Cari Sponsor
Dari mana Taylor mendapatkan uang untuk berjalan-jalan ke ratusan negara? Dia menjelaskan, selain menggunakan tabungan pribadinya, dia juga menghabiskan beberapa bulan untuk merencanakan perjalanan dan mendapatkan sponsor untuk mendukung aksinya tersebut.
Dia bekerja sama dengan berbagai pihak, yaitu perusahaan, hotel, dan restoran, yang menyediakan fasilitas untuknya saat berwisata. Dia memperkirakan, biaya yang diperlukannya untuk berkeliling dunia yakni sekitar USD75.000-USD110.000 (Rp1 miliar-Rp1,5 miliar).
Dikutip Fox News, Taylor mengatakan hampir 90% dari akomodasinya sejauh ini telah disponsori perusahaan hotel kecil. Berkat sponsor, selama leg pertama pertengahan tahun lalu, dia hanya menghabiskan sekitar USD400 (Rp5,5 juta) untuk hotel. Dia juga masih mencari sponsor dan dukungan melalui halaman GoFundMe untuk sisa perjalanannya.
Salah satu cara kekinian dan cukup ampuh digunakan untuk mencari dana yakni membuat situs web Trek With Taylor yang berisi banyak informasi, mulai perjalanannya, kabar terbaru dari negara yang telah dikunjungi, dan tidak lupa memajang semua foto sebagai bukti perjalanannya. Dalam blog yang termaktub dalam situs webnya itu, setiap orang bisa membaca negara terakhir yang dikunjungi Taylor. Hingga artikel ini ditulis, negara terakhir yang dibahasnya adalah Azerbaijan yang ditulisnya pada Sabtu (7/3/2018) lalu.
Kedua orang tuanya, yakni David dan Paula, juga berjibaku membantu Taylor mendapatkan dana untuk perjalanan dan ikut mengerjakan detail saat sang putri sedang bergerak dari satu benua ke benua berikutnya. Selain melalui situs web pribadi, dikabarkan sebuah jaringan televisi tertarik dengan aksi jalan-jalan yang dilakukan Taylor.
Selain mencari sponsor, Taylor juga mengumpulkan donasi untuk membiayai perjalanannya. Dia membagi donasi menjadi dua, yakni Go Fund Me dan Spread the Word. Untuk Go Fund Me, pengunjung hanya tinggal membuka situs webnya, yakni www.gofundme.com, dan mengirim sejumlah uang. Lalu, melalui Spread the Word,pengunjung bisa memberi tahu siapa pun tentang kegiatan yang dilakukan Taylor dan mengklik Facebook untuk terus mengikuti dan membagikan segala hal tentang Taylor.
Berkaca dari hal ini, dia menyarankan agar orang-orang yang merasakan ketakutan atau kecemasan saat hendak melakukan perjalanan tidak perlu merasa khawatir berlebihan. Dia mengatakan, hanya satu yang dibutuhkan, yakni percaya bahwa pada umumnya semua orang adalah baik.
Taylor juga mengatakan bahwa jika sedang berjalan-jalan di suatu tempat, lalu ada yang terlihat seperti curiga atau terlalu memperhatikan, dia memberi sebuah sudut pandang positif. "Sebetulnya kita tidak di-judging, hanya diperhatikan karena kita berasal dari tempat yang berbeda. Mereka ingin membantu karena mereka bangga dengan tempat mereka berasal," katanya.
Dia pun mengaku banyak mendapatkan pengalaman kebaikan dari orang-orang yang ditemuinya di seluruh dunia. Untuk memenuhi standar dari Guinness, Taylor harus meminta dua saksi di setiap negara yang didatanginya untuk menandatangani bukti dia ada di sana dan memberikan informasi kontak mereka.
Dia juga harus mengambil foto dengan tag geolokasi (biasanya 'selfie seadanya') dan mencatat waktu saat dia masuk dan keluar dari negara tersebut. Pada awal Maret lalu, Taylor mengunjungi negaranya yang ke-100, Swedia. Dia mengatakan, perjalanan itu sangat berarti karena Swedia adalah negara pertama yang pernah dia kunjungi sendiri.
Negara Favorit dan Negara yang Batal Didatangi
Setelah mengunjungi 100 negara, dari negara-negara di Karibia, Amerika Selatan, seluruh Eropa, Timur Tengah (Timteng), Asia Tengah, hingga Asia Selatan, Taylor memutuskan beristirahat bersama keluarganya di Alabama pada akhir tahun lalu, kemudian terbang lagi ke Hungaria.
Dia mengatakan, sejak awal memulai perjalanannya, semuanya berjalan cukup lancar. Belum ada penerbangannya yang dibatalkan sama sekali. Lantas, negara mana yang paling disukainya sejauh ini? Taylor mengatakan, salah satu negara favoritnya adalah Islandia. Selama perjalanannya di sana, dia melihat fenomena Aurora Borealis yang menciptakan tampilan cahaya alami di langit. "Ini adalah tempat terindah yang pernah saya alami, seperti negeri dongeng," ungkapnya, dikutip Tuscaloosanews.com.
Sepanjang perjalanannya, Taylor juga mengaku kagum dengan kebaikan dan kemurahan hati orang-orang yang dia temui di seluruh dunia. Dia menceritakan pernah merasa diintimidasi sejumlah orang jalanan, meski kemudian tidak terjadi apa-apa.
Iklim politik dunia yang tengah tegang rupanya juga memengaruhi perjalanannya. Rencana mengunjungi Korea Utara pada tahun lalu terpaksa dibatalkannya. Ini akibat pada Juli tahun lalu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat melarang warganya memasuki Korea Utara setelah kematian Otto Warmbier, seorang siswa Amerika yang ditahan di negara itu selama 17 bulan. Ketika rencana pembebasan Warmbier dinegosiasikan, pria 22 tahun itu mengalami kerusakan otak dan koma sehingga akhirnya meninggal dunia.
Kendati demikian, pihak perwakilan Guinness World Records meyakinkan Taylor jika mereka tidak akan mempermasalahkan hal itu. Tahun ini Taylor direncanakan mengunjungi semua negara Afrika dan Asia.
Getol Cari Sponsor
Dari mana Taylor mendapatkan uang untuk berjalan-jalan ke ratusan negara? Dia menjelaskan, selain menggunakan tabungan pribadinya, dia juga menghabiskan beberapa bulan untuk merencanakan perjalanan dan mendapatkan sponsor untuk mendukung aksinya tersebut.
Dia bekerja sama dengan berbagai pihak, yaitu perusahaan, hotel, dan restoran, yang menyediakan fasilitas untuknya saat berwisata. Dia memperkirakan, biaya yang diperlukannya untuk berkeliling dunia yakni sekitar USD75.000-USD110.000 (Rp1 miliar-Rp1,5 miliar).
Dikutip Fox News, Taylor mengatakan hampir 90% dari akomodasinya sejauh ini telah disponsori perusahaan hotel kecil. Berkat sponsor, selama leg pertama pertengahan tahun lalu, dia hanya menghabiskan sekitar USD400 (Rp5,5 juta) untuk hotel. Dia juga masih mencari sponsor dan dukungan melalui halaman GoFundMe untuk sisa perjalanannya.
Salah satu cara kekinian dan cukup ampuh digunakan untuk mencari dana yakni membuat situs web Trek With Taylor yang berisi banyak informasi, mulai perjalanannya, kabar terbaru dari negara yang telah dikunjungi, dan tidak lupa memajang semua foto sebagai bukti perjalanannya. Dalam blog yang termaktub dalam situs webnya itu, setiap orang bisa membaca negara terakhir yang dikunjungi Taylor. Hingga artikel ini ditulis, negara terakhir yang dibahasnya adalah Azerbaijan yang ditulisnya pada Sabtu (7/3/2018) lalu.
Kedua orang tuanya, yakni David dan Paula, juga berjibaku membantu Taylor mendapatkan dana untuk perjalanan dan ikut mengerjakan detail saat sang putri sedang bergerak dari satu benua ke benua berikutnya. Selain melalui situs web pribadi, dikabarkan sebuah jaringan televisi tertarik dengan aksi jalan-jalan yang dilakukan Taylor.
Selain mencari sponsor, Taylor juga mengumpulkan donasi untuk membiayai perjalanannya. Dia membagi donasi menjadi dua, yakni Go Fund Me dan Spread the Word. Untuk Go Fund Me, pengunjung hanya tinggal membuka situs webnya, yakni www.gofundme.com, dan mengirim sejumlah uang. Lalu, melalui Spread the Word,pengunjung bisa memberi tahu siapa pun tentang kegiatan yang dilakukan Taylor dan mengklik Facebook untuk terus mengikuti dan membagikan segala hal tentang Taylor.
(amm)