Cegah Anemia agar Tetap Produktif
A
A
A
SATU dari lima orang Indonesia berisiko anemia. Sayangnya, banyak masyarakat yang belum teredukasi terkait gejala, dampak, dan penanggulangan penyakit itu.
Pada 2020-2030, Indonesia diperkirakan akan memiliki tabungan penduduk usia produktif sebanyak 60% atau setara dengan 180 juta penduduk. Dr Marina Damajanti MKM, Kepala Subdirektorat Bina Gizi Klinik, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, menjelaskan, bonus demografi adalah kondisi yang dinikmati suatu negara dari besarnya proporsi penduduk usia produktif, seperti yang akan dialami Indonesia pada 2020-2030. Namun, jika tidak dipersiapkan secara matang, penduduk produktif dapat membawa dampak buruk karena sumber daya manusia yang tidak memenuhi kualifikasi.
Di sisi lain, anemia terbukti mengakibatkan penurunan produktivitas kerja pada penduduk usia produktif yang tentu akan memengaruhi kualitas sumber daya manusia yang menjadi penerus bangsa di kemudian hari. Menanggapi situasi ini, Kementerian Kesehatan menginisiasi program Germas sebagai solusi dalam mengurangi beban penyakit melalui kebiasaan hidup sehat.
"Program ini mencakup intervensi gizi spesifik dengan poin pemberian dan promosi kampanye tablet tambah darah untuk remaja putri, calon pengantin, dan ibu hamil," tutur dr Marina dalam acara diskusi bertema "Generasi Produktif, Generasi Bebas Anemia" yang diadakan Merck Indonesia.
Sejak 2016, Merck meluncurkan kampanye Indonesia Bebas Anemia sebagai wujud nyata meningkatkan kepedulian terhadap anemia. Untuk meneruskan komitmennya, Merck kembali melanjutkan kampanye itu pada 2018 melalui diskusi tersebut. Tema ini diangkat dari kesadaran akan pentingnya mempersiapkan generasi penerus bangsa yang produktif dan berkualitas sebagai langkah antisipasi dalam menyambut era bonus demografi. Untuk itu, tahun ini Merck kembali menggandeng Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia serta didukung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Komunitas 1.000 Guru.
Kementerian Kesehatan juga menyambut baik dan mendukung kampanye Indonesia Bebas Anemia sebagai usaha meningkatkan pemahaman mengenai anemia yang diharapkan dapat mewujudkan generasi Indonesia yang lebih sehat dan produktif. Prof Dr Endang L Achadi, Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI), memaparkan bahwa anemia sering tidak terlihat maupun terasa secara langsung. Tetapi, anemia tentu tidak dapat diremehkan.
"Anemia terbukti menyebabkan penurunan produktivitas kerja wanita Indonesia sebanyak 20% atau sekitar 6,5 jam per minggu. Hal ini akan menjadi hambatan besar bagi pembangunan sumber daya manusia berkualitas di Indonesia," papar dr Endang.
Menjalankan pola hidup sehat bergizi seimbang, termasuk mengonsumsi makanan dengan kadar zat besi, protein, dan vitamin, dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi anemia. Selain itu, anemia dapat diatasi dengan konsumsi suplemen zat besi, istirahat cukup, dan olahraga secara teratur. Melanjutkan komitmennya, Merck tahun ini bekerja sama dengan Komunitas 1.000 Guru melalui kegiatan Training of Trainers (ToT) untuk mengedukasi masyarakat Indonesia dalam jangkauan yang lebih luas dan jumlah yang lebih besar.
Seluruh relawan dan masyarakat yang telah menerima edukasi dan pelatihan diharapkan dapat terus menyebarluaskan edukasi anemia tersebut kepada masyarakat di sekitarnya. "Komunitas 1.000 Guru sangat senang dan bangga karena dapat turut berpartisipasi dalam menciptakan generasi penerus bangsa yang produktif dan berkualitas," tutur Jemi Ngadiono, pendiri Komunitas 1.000 Guru.
Perjalanan Traveling and Teaching memungkinkan relawan untuk terjun langsung dalam mengedukasi para guru, orang tua, serta murid sekolah dasar mengenai anemia. Pelatihan dilakukan dengan pendekatan sederhana dan disampaikan melalui permainan yang menyenangkan sehingga materi dapat diserap dengan mudah oleh para penerimanya.
Pada 2020-2030, Indonesia diperkirakan akan memiliki tabungan penduduk usia produktif sebanyak 60% atau setara dengan 180 juta penduduk. Dr Marina Damajanti MKM, Kepala Subdirektorat Bina Gizi Klinik, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, menjelaskan, bonus demografi adalah kondisi yang dinikmati suatu negara dari besarnya proporsi penduduk usia produktif, seperti yang akan dialami Indonesia pada 2020-2030. Namun, jika tidak dipersiapkan secara matang, penduduk produktif dapat membawa dampak buruk karena sumber daya manusia yang tidak memenuhi kualifikasi.
Di sisi lain, anemia terbukti mengakibatkan penurunan produktivitas kerja pada penduduk usia produktif yang tentu akan memengaruhi kualitas sumber daya manusia yang menjadi penerus bangsa di kemudian hari. Menanggapi situasi ini, Kementerian Kesehatan menginisiasi program Germas sebagai solusi dalam mengurangi beban penyakit melalui kebiasaan hidup sehat.
"Program ini mencakup intervensi gizi spesifik dengan poin pemberian dan promosi kampanye tablet tambah darah untuk remaja putri, calon pengantin, dan ibu hamil," tutur dr Marina dalam acara diskusi bertema "Generasi Produktif, Generasi Bebas Anemia" yang diadakan Merck Indonesia.
Sejak 2016, Merck meluncurkan kampanye Indonesia Bebas Anemia sebagai wujud nyata meningkatkan kepedulian terhadap anemia. Untuk meneruskan komitmennya, Merck kembali melanjutkan kampanye itu pada 2018 melalui diskusi tersebut. Tema ini diangkat dari kesadaran akan pentingnya mempersiapkan generasi penerus bangsa yang produktif dan berkualitas sebagai langkah antisipasi dalam menyambut era bonus demografi. Untuk itu, tahun ini Merck kembali menggandeng Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia serta didukung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Komunitas 1.000 Guru.
Kementerian Kesehatan juga menyambut baik dan mendukung kampanye Indonesia Bebas Anemia sebagai usaha meningkatkan pemahaman mengenai anemia yang diharapkan dapat mewujudkan generasi Indonesia yang lebih sehat dan produktif. Prof Dr Endang L Achadi, Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI), memaparkan bahwa anemia sering tidak terlihat maupun terasa secara langsung. Tetapi, anemia tentu tidak dapat diremehkan.
"Anemia terbukti menyebabkan penurunan produktivitas kerja wanita Indonesia sebanyak 20% atau sekitar 6,5 jam per minggu. Hal ini akan menjadi hambatan besar bagi pembangunan sumber daya manusia berkualitas di Indonesia," papar dr Endang.
Menjalankan pola hidup sehat bergizi seimbang, termasuk mengonsumsi makanan dengan kadar zat besi, protein, dan vitamin, dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi anemia. Selain itu, anemia dapat diatasi dengan konsumsi suplemen zat besi, istirahat cukup, dan olahraga secara teratur. Melanjutkan komitmennya, Merck tahun ini bekerja sama dengan Komunitas 1.000 Guru melalui kegiatan Training of Trainers (ToT) untuk mengedukasi masyarakat Indonesia dalam jangkauan yang lebih luas dan jumlah yang lebih besar.
Seluruh relawan dan masyarakat yang telah menerima edukasi dan pelatihan diharapkan dapat terus menyebarluaskan edukasi anemia tersebut kepada masyarakat di sekitarnya. "Komunitas 1.000 Guru sangat senang dan bangga karena dapat turut berpartisipasi dalam menciptakan generasi penerus bangsa yang produktif dan berkualitas," tutur Jemi Ngadiono, pendiri Komunitas 1.000 Guru.
Perjalanan Traveling and Teaching memungkinkan relawan untuk terjun langsung dalam mengedukasi para guru, orang tua, serta murid sekolah dasar mengenai anemia. Pelatihan dilakukan dengan pendekatan sederhana dan disampaikan melalui permainan yang menyenangkan sehingga materi dapat diserap dengan mudah oleh para penerimanya.
(amm)