Cara Tepat Menangani Nyeri Leher
A
A
A
NYERI leher umumnya muncul pada orang dewasa, terutama di atas usia 40 tahun. Dalam satu tahun, diperkirakan sekitar 10%-20% orang dewasa di dunia memiliki nyeri leher yang berlangsung setidaknya satu hari penuh dan mengurangi hari kerja efektif.
Nyeri leher ini dapat terjadi tiba-tiba. Misalnya akibat tarikan, hentakan, atau cedera yang serius. Dapat juga berkembang perlahan-lahan dari waktu ke waktu, misalnya karena postur yang buruk atau proses degenerasi (penuaan) yang cepat menyebabkan keausan tulang atau sendi/bantalan.
"Dari sebagian besar nyeri ataupun penyakit tulang belakang leher berkembang dari waktu ke waktu, sesuai umur (proses degeneratif), namun dapat diprovokasi atau disebabkan oleh cedera/kecelakaan seperti kasus Christoper Reeve, yang jatuh saat berkuda, dan menjadi lumpuh," kata Dr dr Wawan Mulyawan SpBS SPKP AAK, dari rilis yang diterima KORAN SINDO.
Menurut Ketua Panitia Pendirian Wadah Pakar Penyakit Saraf Tulang Belakang (Indonesian NeuroSpine Society/INSS) 2018 ini, berbagai masalah di tulang belakang leher dapat menekan/menjepit akar saraf (radiks) atau saraf tulang belakang dan menyebabkan nyeri leher dan/atau gejala kelainan saraf lainnya.
Bentuk penjepitannya bisa karena bantalan tulang (disc) yang melejit atau tulang tumbuh membentuk taji (spur) atau juga karena rongga tulang belakang leher menyempit karena adanya penebalan jaringan pelindung (ligamentum flavum) yang menekan saraf atau akar saraf.
Untuk nyeri yang dirasakan sendiri, biasanya dapat diatasi dan hilang sendiri setelah beberapa waktu, baik dengan istirahat berbaring, pemijatan, maupun memperbaiki postur tubuh. Jika nyeri lama atau berat, pengobatan medis nonoperatif mungkin dibutuhkan, seperti minum obat-obatan atau fisioterapi. Jika pengobatan konservatif ini tidak membantu, maka pilihan terapi intervensi atau pembedahan mungkin akan menjadi pilihan.
Nyeri leher bisa menunjukkan (walau tidak semuanya) sinyal awal bahwa ada risiko/masalah dengan akar saraf (nerveroor/radiks) atau sumsum tulang belakang. Jika nyeri tidak hilang berhari-hari, mungkin ada penyakit yang mendasari. Gejala-gejala yang spesifik, misalnya rasa nyeri yang menjalar ke lengan, tangan, jari tangan, kesemutan, mati rasa/baal, atau lumpuh/kelemahan ke bahu, lengan, atau tangan atau jari-jari.
Bisa juga muncul gejala neurologis lainnya, seperti gangguan keseimbangan ber jalan, koordinasi, atau gangguan berkemih atau BAB. Nyeri leher yang parah akibat kecelakaan/trauma, seperti kecelakaan mobil atau jatuh dari ketinggian (atap, tangga) membutuhkan perawatan darurat di rumah sakit, sampai dibuktikan tidak ada masalah dengan tulang lehernya.
Sebelum membawa pasien yang mengalami cedera leher, harus hati-hati dan dikerjakan oleh orang yang profesional terlatih untuk mengurangi risiko kelumpuhan dan komplikasi lainnya yang tidak perlu akibat kesalahan membawa/mengangkat pasien. "Segeralah berkonsultasi dengan dokter jika nyeri berlanjut atau mengganggu kegiatan rutin, baik aktivitas sehari-hari, atau bahkan tidak bisa tidur sepanjang malam," sebut dr Wawan.
Nyeri leher ini dapat terjadi tiba-tiba. Misalnya akibat tarikan, hentakan, atau cedera yang serius. Dapat juga berkembang perlahan-lahan dari waktu ke waktu, misalnya karena postur yang buruk atau proses degenerasi (penuaan) yang cepat menyebabkan keausan tulang atau sendi/bantalan.
"Dari sebagian besar nyeri ataupun penyakit tulang belakang leher berkembang dari waktu ke waktu, sesuai umur (proses degeneratif), namun dapat diprovokasi atau disebabkan oleh cedera/kecelakaan seperti kasus Christoper Reeve, yang jatuh saat berkuda, dan menjadi lumpuh," kata Dr dr Wawan Mulyawan SpBS SPKP AAK, dari rilis yang diterima KORAN SINDO.
Menurut Ketua Panitia Pendirian Wadah Pakar Penyakit Saraf Tulang Belakang (Indonesian NeuroSpine Society/INSS) 2018 ini, berbagai masalah di tulang belakang leher dapat menekan/menjepit akar saraf (radiks) atau saraf tulang belakang dan menyebabkan nyeri leher dan/atau gejala kelainan saraf lainnya.
Bentuk penjepitannya bisa karena bantalan tulang (disc) yang melejit atau tulang tumbuh membentuk taji (spur) atau juga karena rongga tulang belakang leher menyempit karena adanya penebalan jaringan pelindung (ligamentum flavum) yang menekan saraf atau akar saraf.
Untuk nyeri yang dirasakan sendiri, biasanya dapat diatasi dan hilang sendiri setelah beberapa waktu, baik dengan istirahat berbaring, pemijatan, maupun memperbaiki postur tubuh. Jika nyeri lama atau berat, pengobatan medis nonoperatif mungkin dibutuhkan, seperti minum obat-obatan atau fisioterapi. Jika pengobatan konservatif ini tidak membantu, maka pilihan terapi intervensi atau pembedahan mungkin akan menjadi pilihan.
Nyeri leher bisa menunjukkan (walau tidak semuanya) sinyal awal bahwa ada risiko/masalah dengan akar saraf (nerveroor/radiks) atau sumsum tulang belakang. Jika nyeri tidak hilang berhari-hari, mungkin ada penyakit yang mendasari. Gejala-gejala yang spesifik, misalnya rasa nyeri yang menjalar ke lengan, tangan, jari tangan, kesemutan, mati rasa/baal, atau lumpuh/kelemahan ke bahu, lengan, atau tangan atau jari-jari.
Bisa juga muncul gejala neurologis lainnya, seperti gangguan keseimbangan ber jalan, koordinasi, atau gangguan berkemih atau BAB. Nyeri leher yang parah akibat kecelakaan/trauma, seperti kecelakaan mobil atau jatuh dari ketinggian (atap, tangga) membutuhkan perawatan darurat di rumah sakit, sampai dibuktikan tidak ada masalah dengan tulang lehernya.
Sebelum membawa pasien yang mengalami cedera leher, harus hati-hati dan dikerjakan oleh orang yang profesional terlatih untuk mengurangi risiko kelumpuhan dan komplikasi lainnya yang tidak perlu akibat kesalahan membawa/mengangkat pasien. "Segeralah berkonsultasi dengan dokter jika nyeri berlanjut atau mengganggu kegiatan rutin, baik aktivitas sehari-hari, atau bahkan tidak bisa tidur sepanjang malam," sebut dr Wawan.
(amm)