Manis-Pedas Ayam Madu si Bangkong

Minggu, 13 Mei 2018 - 08:30 WIB
Manis-Pedas Ayam Madu si Bangkong
Manis-Pedas Ayam Madu si Bangkong
A A A
OLAHAN ayam tak pernah kehilangan penggemar. Apalagi kalau bahan baku ayamnya dikreasikan dengan metode memasak ataupun bumbu tertentu, sehingga menambah lezat cita rasanya. Seperti ayam goreng madu asal Bandung berikut ini.

Secara kasatmata, penampakan ayam goreng madu satu ini terlihat tak seperti ayam goreng kebanyakan yang umumnya garing dan krispi. Ayam goreng besutan rumah makan Ayam Madu si Bangkong tersebut, penampilannya justru seperti ayam bakar. Warnanya tampak kehitaman, tidak garing sama sekali, dan malah terkesan "basah".

Memang tidak krispi, tapi begitu disantap, ayam ini cukup empuk kok. Cita rasa dominannya sebelum dicocoli sambal adalah gurih dan manis. Rasa manis ayam goreng si Bangkong tentu saja berasal dari madu yang ditambahkan ke dalam dagingnya. Hanya penggunaan madu ini, kata pemilik rumah makan Ayam Madu si Bangkong Fajar Mandala, bukan dioleskan ke daging ayam, melainkan menjadi salah satu bahan untuk mengungkep si daging ayam.

Proses pengungkepan seperti inilah yang membuat madu ter-caramelized ketika ayam hendak digoreng dan menghasilkan warna hitam pada permukaan dagingnya. Cara tersebut sekaligus yang membedakan ayam madu si Bangkong dengan ayam madu buatan rumah makan lain.

"Ayam madu kami berbeda dari menu sejenis di pasaran, sebab kami menambahkan madu bersama dengan bumbu rempah lain ketika ingin mengungkep ayam. Jadi bukan dioleskan ke ayam," tandas Fajar, yang di bawah bendera Ayam Madu si Bangkong tahun ini telah ditetapkan sebagai salah satu dari lima pemenang kompetisi "Bango Penerus Warisan Kuliner" yang dihelat produsen kecap Bango.

Ayam goreng paling pas disantap bersama nasi hangat dan lalapan. Begitu pula penyajian yang diusung oleh Fajar. Hanya, yang lagi-lagi membuat beda, ayam si Bangkong menggunakan sambal cingcalo yang cita rasanya superpedas, tapi gurih dan segar. Sambal cingcalo ini terbuat dari campuran tomat hijau, cabai, plus bumbu lain layaknya bahan pembuat sambal.

Sesuai namanya, cingcalo yang berarti dicincang dan digalo (diaduk), bahan baku utama cabai dan tomat hijaunya dipotong kecil, lalu diaduk. Fajar bercerita, resep membuat ayam madu ini didapatkan dari ibunya. Sang ibu dulu merupakan pengusaha katering yang menjual menu-menunya di sekitar Kampus Universitas Telkom, Bandung, tepatnya di Jalan Babakan, Ciamis.

Menu yang ditawarkan sebetulnya beragam. Hanya, saat itu tahun 2010 akhir, menu ayam madu menjadi yang paling difavoritkan. Dari sanalah kemudian tebersit ide Fajar untuk mengembangkan masakan tersebut sebagai signature menu di rumah makannya. "Ibu saya basic-nya memang pengusaha katering. Beliau memulai usaha akhir 2010. Selama tujuh bulan pertama, usaha ibunya hanya warung nasi biasa. Menunya banyak dan berganti-ganti tiap hari. Tapi ternyata, olahan ayam yang paling laku. Pelanggan kami kebanyakan dari kalangan mahasiswa. Makanya harga yang diberlakukan tidak mahal," ujar Fajar, seraya menyebut ayam TG sebagai jenis ayam yang dijadikan bahan baku utama dagangannya.

Seiring waktu, bisnis katering ibunda Fajar berkembang baik hingga bisa membeli lapak di kawasan Jalan Riau atau yang juga dikenal dengan nama Jalan RE Martadinata, Bandung. Di sini pula rumah makan Ayam Madu si Bangkong akhirnya didirikan. Nama Ayam Madu merujuk
pada menu andalannya, yaitu ayam goreng madu, sementara si Bangkong dicuplik dari nama panggilan Fajar sendiri.

Seporsi ayam madu si Bangkong dibanderol Rp17.000. Isinya sudah ada nasi, lalapan, sambal, dan tentu saja si ayam goreng madu.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6094 seconds (0.1#10.140)