Tiffany Haddish Sukses Berawal dari Kursus Komedi
A
A
A
KEHIDUPAN tidak pernah mudah bagi Tiffany Haddish kecil. Besar di panti asuhan, Tiffany banyak membuat keributan. Ia diberikan dua pilihan: ikut terapi psikiatri atau kursus komedi.
Keputusan ini mengubah hidupnya 360 derajat. “Perjalanan hidup saya begitu sulit sejak kecil, tapi justru itu membantu saya menjadi seperti sekarang. Pengalaman membantu saya menyambung hidup lebih baik dan saya sangat bersyukur karenanya.” Demikian kutipan dari seorang wanita kulit hitam yang sebelumnya bukan apa-apa.
Hanya seorang remaja yang gemar membuat ulah sampai semua orang memprediksi dirinya akan berakhir membusuk di penjara dengan segala masalah yang ia buat. Namun, siapa sangka nasib berkata lain, jika bukan karena seorang pekerja sosial yang memberikannya dua pilihan lantaran semua orang sudah angkat tangan dengan tingkah lakunya.
Pergi ke terapi psikiatri atau bergabung dengan kursus komedi. Pilihan terakhir ia ambil dan ia tidak meleset. Dari sana ia malah termotivasi untuk membangun karier di dunia hiburan.
“Pergi ke kursus itu dan banyak menerima pujian seperti kamu sangat berbakat, kamu sangat cantik walaupun mereka ada yang hanya basa basi, tapi sudah cukup memberi saya semangat,” kata Tiffany.Kata orang bermimpilah, maka sukses akan kau genggam. Lewat sebuah impian pula yang akhirnya membuat Walt Disney menciptakan Disneyland yang hingga kini berhasil mewujudkan mimpi para anak-anak. Persis seperti itulah yang dilakukan Tiffany.
Meski pada saat itu ia sadar dirinya tidaklah lebih dari seorang pengangguran yang bahkan tidak punya tempat tinggal. Bermodalkan sebuah pena dan kertas, Tiffany menulis daftar orang-orang yang ingin ia ajak kerja sama dan cita-citanya pada masa depan.
“Saya menulis daftar keinginan saya. Salah satunya ingin bekerja dengan Jada Pinkett Smith dan Will Smith,” kenangnya.
Ia juga bermimpi ingin memperlihatkan gaun pesta perpisahan yang dibuatnya sendiri kepada Jada. Butuh waktu beberapa tahun mendatang untuk akhirnya Tuhan menjawab semua doa Tiffany. Lewat film perdana yang dibintanginya, Girls Trip , ia bukan hanya bisa menunjukkan foto gaun pesta kebanggaannya, juga bisa bekerja dengan Jada dan berteman dengan aktris tersebut.
Ketika akan berangkat ke pemutaran premier film itu, Jada mengirimkan pesan kepadanya. “Pastikan kau mengenakan gaun rancangan desainer dan berpose sesuai yang sudah aku tunjukkan. Ia juga mengatakan menyayangiku dan saya sangat terharu karena peran motivasi itu,” kata Tiffany.
Menilik ke belakang, ia mengingat ibunya menderita gangguan mental akibat kecelakaan mobil sewaktu Tiffany baru berusia sembilan tahun. Sebagai anak tertua dari lima bersaudara, mau tak mau ia menggantikan peran ibunya sampai akhirnya mereka dibawa ke panti asuhan.
Tiffany meninggalkan segala kesusahannya pada masa lalu. Kini, dia berada di posisi teratas sebagai komedian.
Masalah keuangan yang pernah melanda, kini tidak menjadi isu lagi bagi dirinya. Pamornya naik berkat film Girls Trip yang mengantongi keuntungan fantastis di box office. Belum lagi bukunya, The Last Black Unicorn , yang juga menambah rekeningnya.
Tiffany sering tampil dengan gaun keluaran Alexander McQueen seharga Rp 40 jutaan yang dikenakannya untuk acara penting, termasuk Saturday Night Live. Tiffany juga mencatat prestasi lain, yakni dengan menjadi pembawa acara 2018 MTV Movie & TV Awards. Diestimasi kekayaan Tiffany mencapai Rp 57,3 miliar. Dia juga diperkirakan menerima bayaran senilai Rp11 miliar atas kerja samanya dengan Netflix.
Berbagai tawaran datang kepadanya. Sebut saja penampilan untuk TBSís The Last OG dan perannya di film Night School , plus peran lain yang sudah menunggunya di The Kitchen, The Temp (yang juga sebagai produsen eksekutif), dan The Oath.
Penonton juga akan melihat penampilannya di Tyler Perryís The List. Bisa dibilang agendanya padat hingga akhir tahun. Bahkan, pada bulan Januari tahun depan sudah menanti kontrak kerja sama dengan HBO. “Aku percaya tertawa menyehatkan, maka aku sangat senang bisa menghibur masyarakat dengan membuat mereka tertawa. Pekerjaanku adalah menyembuhkan orang dengan tertawa,” sebut Tiffany. (Sri Noviarni)
Keputusan ini mengubah hidupnya 360 derajat. “Perjalanan hidup saya begitu sulit sejak kecil, tapi justru itu membantu saya menjadi seperti sekarang. Pengalaman membantu saya menyambung hidup lebih baik dan saya sangat bersyukur karenanya.” Demikian kutipan dari seorang wanita kulit hitam yang sebelumnya bukan apa-apa.
Hanya seorang remaja yang gemar membuat ulah sampai semua orang memprediksi dirinya akan berakhir membusuk di penjara dengan segala masalah yang ia buat. Namun, siapa sangka nasib berkata lain, jika bukan karena seorang pekerja sosial yang memberikannya dua pilihan lantaran semua orang sudah angkat tangan dengan tingkah lakunya.
Pergi ke terapi psikiatri atau bergabung dengan kursus komedi. Pilihan terakhir ia ambil dan ia tidak meleset. Dari sana ia malah termotivasi untuk membangun karier di dunia hiburan.
“Pergi ke kursus itu dan banyak menerima pujian seperti kamu sangat berbakat, kamu sangat cantik walaupun mereka ada yang hanya basa basi, tapi sudah cukup memberi saya semangat,” kata Tiffany.Kata orang bermimpilah, maka sukses akan kau genggam. Lewat sebuah impian pula yang akhirnya membuat Walt Disney menciptakan Disneyland yang hingga kini berhasil mewujudkan mimpi para anak-anak. Persis seperti itulah yang dilakukan Tiffany.
Meski pada saat itu ia sadar dirinya tidaklah lebih dari seorang pengangguran yang bahkan tidak punya tempat tinggal. Bermodalkan sebuah pena dan kertas, Tiffany menulis daftar orang-orang yang ingin ia ajak kerja sama dan cita-citanya pada masa depan.
“Saya menulis daftar keinginan saya. Salah satunya ingin bekerja dengan Jada Pinkett Smith dan Will Smith,” kenangnya.
Ia juga bermimpi ingin memperlihatkan gaun pesta perpisahan yang dibuatnya sendiri kepada Jada. Butuh waktu beberapa tahun mendatang untuk akhirnya Tuhan menjawab semua doa Tiffany. Lewat film perdana yang dibintanginya, Girls Trip , ia bukan hanya bisa menunjukkan foto gaun pesta kebanggaannya, juga bisa bekerja dengan Jada dan berteman dengan aktris tersebut.
Ketika akan berangkat ke pemutaran premier film itu, Jada mengirimkan pesan kepadanya. “Pastikan kau mengenakan gaun rancangan desainer dan berpose sesuai yang sudah aku tunjukkan. Ia juga mengatakan menyayangiku dan saya sangat terharu karena peran motivasi itu,” kata Tiffany.
Menilik ke belakang, ia mengingat ibunya menderita gangguan mental akibat kecelakaan mobil sewaktu Tiffany baru berusia sembilan tahun. Sebagai anak tertua dari lima bersaudara, mau tak mau ia menggantikan peran ibunya sampai akhirnya mereka dibawa ke panti asuhan.
Tiffany meninggalkan segala kesusahannya pada masa lalu. Kini, dia berada di posisi teratas sebagai komedian.
Masalah keuangan yang pernah melanda, kini tidak menjadi isu lagi bagi dirinya. Pamornya naik berkat film Girls Trip yang mengantongi keuntungan fantastis di box office. Belum lagi bukunya, The Last Black Unicorn , yang juga menambah rekeningnya.
Tiffany sering tampil dengan gaun keluaran Alexander McQueen seharga Rp 40 jutaan yang dikenakannya untuk acara penting, termasuk Saturday Night Live. Tiffany juga mencatat prestasi lain, yakni dengan menjadi pembawa acara 2018 MTV Movie & TV Awards. Diestimasi kekayaan Tiffany mencapai Rp 57,3 miliar. Dia juga diperkirakan menerima bayaran senilai Rp11 miliar atas kerja samanya dengan Netflix.
Berbagai tawaran datang kepadanya. Sebut saja penampilan untuk TBSís The Last OG dan perannya di film Night School , plus peran lain yang sudah menunggunya di The Kitchen, The Temp (yang juga sebagai produsen eksekutif), dan The Oath.
Penonton juga akan melihat penampilannya di Tyler Perryís The List. Bisa dibilang agendanya padat hingga akhir tahun. Bahkan, pada bulan Januari tahun depan sudah menanti kontrak kerja sama dengan HBO. “Aku percaya tertawa menyehatkan, maka aku sangat senang bisa menghibur masyarakat dengan membuat mereka tertawa. Pekerjaanku adalah menyembuhkan orang dengan tertawa,” sebut Tiffany. (Sri Noviarni)
(nfl)