Wendy Wilson Atur Emosi Saat Bintang AIB#CyberBully
A
A
A
JAKARTA - Wendy Wilson mendapat banyak tantangan saat membintangi film AIB #CyberBully. Dia mengaku mendapat banyak kesulitan.
Perannya sebagai Donna membuatnya harus mengatur emosi sebaik mungkin. Apalagi dirinya harus lebih banyak berinteraksi dengan kamera yang seolah-olah tengah berkomunikasi dengan teman-temannya.
"Berat banget karena permainan emosinya. Switch emosi dalam satu waktu. Kita monolog. Kita ngomong sama kamera. Abis nangis, ketawa, diem datar. Kaya orang gila. Itu bukan emosi palsu, tapi real," kata Wendy saat berkunjung ke kantor redaksi KORAN SINDO dan SINDOnews di Gedung Sindo, Jakarta, Kamis (12/7/2018).
Bahkan, awal syuting, aktris berdarah Indonesia-Inggris ini sempat dimarahi sutradara karena kesulitan nangis. Namun, Wendy berusaha melakukan yang terbaik. Dia optimistis film yang dibuatnya dengan kerja keras ini bisa diterima banyak orang.
"Ada beberapa akting yang susah. Aku makan waktu banyak. Sampai dimarahin sutradara katanya 'ayo nagis' karena harus pindah ke set lainnya lagi. Jadi aku merenungi aja (biar bisa nangis). Insya Allah sukses, aku sih sudah berusaha semaksimal mungkin," beber dia.
Tak hanya dimarahi sutradara, permainan emosi dalam film ini juga diakui aktris berusia 26 tahun ini membuatnya dan beberapa pemain lain jatuh sakit, termasuk juga jadwal syuting yang padat yang menguras energi.
"Banyak yang sakit karena itu tadi permainan emosinya dan hampir setiap hari pulang pagi. Ada dua temen kita kaya sampai gemeteran gitu tangannya. Sakit bukan karena hal mistis sih dan enggak ada hal mistis gitu," tandasnya.
Sementara film AIB #CyberBully menceritakan delapan sahabat yang terjebak dalam sebuah permainan berujung kematian. Mereka saling meneror satu sama lain agar bisa terlepas dari jerat permainan sadis tersebut.
Perannya sebagai Donna membuatnya harus mengatur emosi sebaik mungkin. Apalagi dirinya harus lebih banyak berinteraksi dengan kamera yang seolah-olah tengah berkomunikasi dengan teman-temannya.
"Berat banget karena permainan emosinya. Switch emosi dalam satu waktu. Kita monolog. Kita ngomong sama kamera. Abis nangis, ketawa, diem datar. Kaya orang gila. Itu bukan emosi palsu, tapi real," kata Wendy saat berkunjung ke kantor redaksi KORAN SINDO dan SINDOnews di Gedung Sindo, Jakarta, Kamis (12/7/2018).
Bahkan, awal syuting, aktris berdarah Indonesia-Inggris ini sempat dimarahi sutradara karena kesulitan nangis. Namun, Wendy berusaha melakukan yang terbaik. Dia optimistis film yang dibuatnya dengan kerja keras ini bisa diterima banyak orang.
"Ada beberapa akting yang susah. Aku makan waktu banyak. Sampai dimarahin sutradara katanya 'ayo nagis' karena harus pindah ke set lainnya lagi. Jadi aku merenungi aja (biar bisa nangis). Insya Allah sukses, aku sih sudah berusaha semaksimal mungkin," beber dia.
Tak hanya dimarahi sutradara, permainan emosi dalam film ini juga diakui aktris berusia 26 tahun ini membuatnya dan beberapa pemain lain jatuh sakit, termasuk juga jadwal syuting yang padat yang menguras energi.
"Banyak yang sakit karena itu tadi permainan emosinya dan hampir setiap hari pulang pagi. Ada dua temen kita kaya sampai gemeteran gitu tangannya. Sakit bukan karena hal mistis sih dan enggak ada hal mistis gitu," tandasnya.
Sementara film AIB #CyberBully menceritakan delapan sahabat yang terjebak dalam sebuah permainan berujung kematian. Mereka saling meneror satu sama lain agar bisa terlepas dari jerat permainan sadis tersebut.
(tdy)