Jejak Jusuf Kalla Melintasi Zaman dan Generasi
A
A
A
Membincangkan Muhammad Jusuf Kalla (JK) pasti tidak akan ada habis nya. Tidak akan pernah pula sampai di ujung.
Selalu saja ada aspek lain dengan sudut pandang berbeda yang menjadi bahan obrolan. Dari sosok yang karib disapa JK atau Ucu (panggilan masa kecil) ini, ada begitu banyak hal yang patut dijadikan teladan, inspirasi, dan panutan. Terlebih kiprah nya hingga dunia internasional.Jusuf Kalla adalah sosok komplet.
Mantan aktivis organisasi intra dan ekstrakampus sekaligus saudagar ulung, ekonom cerdik, politikus tangguh, tokoh agama yang bisa diterima semua penganut berbagai agama dan aliran kepercayaan, akademisi, intelektual, tokoh filantropi, hingga juru damai yang tentunya layak diusulkan mendapatkan nobel perdamaian.
Banyak kalangan pun mengakui dan memberikan apresiasi luar biasa atas segala dedikasi dan pengabdian JK untuk Negara dan bangsa ini. Karena segala yang diperbuat JK selalu untuk kepentingan dan kemaslahatan bersama, bukan untuk kepentingan pribadi, keluarga, apalagi kelompok.
Ada banyak pemberitaan yang me nu lis tentang sepak terjang JK. Belum lagi berbagai buku yang pernah diterbitkan, baik ditulis oleh JK sendiri maupun orang lain. Terbaru, para anak muda me nuangkan buah pikirnya tentang sosok JK dalam buku Pak JK dan Anak Muda.
Dieditori lima orang, di antaranya M Arief Rosyid Hasan dan Eko Arisandi dan diterbitkan Merial Books (Jakarta, Mei 2018), buku ini merupakan bunga rampai tulisan 151 orang dengan sambutan dari Presiden Joko Widodo, dalam rangka menyambut 76 tahun usia JK.
Editor dan penerbit membagi isi buku dalam empat bagian:Pak JK di Mata Orang Terdekat, Pak JK di Mata Pengusaha Muda, Pak JK di Mata Publik,dan terakhir Pak JK di Mata Politisi.Pengelompokan setiap bagian ini menunjukkan siapa saja dan asal-usul penulis setiap tulisan dalam buku ini.
Jika digolongkan, para penulis mencakup unsur keluarga JK, orang yang (pernah dan masih) bekerja bersama JK, pengusaha, jurnalis, dan pimpinan media massa, penulis, peng urus organisasi masyarakat, politisi, kepala daerah, mantan menteri, pimpinan DPR, pimpinan MPR, hingga aktivis kepemudaan.
Begitu beragamnya latar belakang para penulis tersebut menunjukkan sosok JK dikenal, diterima, diakui, dan menempati hati berbagai kalangan. Ya, buku Pak JK dan Anak Muda adalah buku yang sangat menarik. Karena hampir sebagian besar tulisan tertuang dengan gaya bertutur atau bercerita.
Tidak kaku. Apa adanya. Buku ini tidak hanya cerita serius tentang JK semata, ada banyak kisah lucu, unik, dan mendebarkan. Kadang kita akan tertawa, berdecak kagum, manggut-manggut hingga geleng-geleng kepala sendiri. Bahkan membaca setiap tulisan yang ada, ibaratnya sedang duduk berhadapan dan bertatap muka langsung dengan setiap penulis, menceritakan tentang sosok JK.
Ada 151 penulis dari beragam unsur mampu menggambarkan JK dengan segala aspek yang pernah didedikasikan JK untuk negeri ini, untuk rakyat, untuk umat, untuk kemanusiaan, dan untuk dunia internasional. Meski sebagai “kado” ulang tahun 76 JK, bagi saya pribadi buku ini melebih sebuah “kado”.
Karena yang tertuang di dalam buku, bukan semata ucapan selamat milad untuk JK. Karenanya tak heran, buku ini semakin menguatkan dan “menahbiskan” JK sebagai tokoh bangsa yang tak akan tergilas zaman dan generasi setelahnya.
Ada beberapa kutipan di bagian akhir tulisan lima penulis dalam buku ini yang saya anggap mewakili sosok JK. Yakni Komisaris Jenderal Polisi Syafruddin (Wakil Kepala Polri sekaligus Wakil Ketua Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia) menyebutkan, “Dari JK ada pelajaran utama bahwa hendaknya semua yang kita kerjakan dan tugas yang kita emban dilandasi dengan niat beribadah.
Lalu, Bahlil Lahadalia (Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia HIPMI 2015-2018) menggariskan, “Dalam Islam, Kak Ucu ini sudah dalam level ma’rifatullah”. Ide menarik kemudian disodorkan Eka Sastra (pengusaha muda bidang perkebunan) yang menyatakan, “Atas semua dedikasi dan pengabdian JK yang menginspirasi banyak orang, maka perlu dibentuk dan didirikan JK Inistitute untuk menjaga dan menyebarkan JK legacy (warisan).
Ide ini berpadu padan dengan pernyataan Yusran Darmawan (penulis peraih beasiswa kuliah di Ohio State University) “JK layak mendapat nobel perdamaian internasional dan upaya itu harus diperjuangkan semua pihak, termasuk negara”.
Di sisi lain, selepas membaca buku ini, saya memiliki beberapa kritik dan catatan.
Pertama, dari isi judul buku Pak JK dan Anak Muda,rasanya tidak terlalu tepat. Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 40/2009, Pasal 1 ayat (1), anak muda atau pemuda adalah warga negara Indonesia yang berusia 16 sampai 30 tahun.
Sesuai UU tersebut, maka ada puluhan penulis buku ini yang sudah tidak lagi berusia muda. Meski demikian, editor mencantum kan konteks tokoh-tokoh muda dalam buku ini ke dalam dua golongan. Tokohtokoh yang bersentuhan dengan JK pada masa mudanya dan tokoh-tokoh yang secara usia lebih muda dari JK.
Di sisi lain, saya menangkap dari beberapa tulisan dalam buku ini bahwa membicara kan JK ja ngan sampai terjebak dengan per soalan umur semata. Seba gai mana disampaikan Husain Abdulah dalam tulisannya di buku ini, “Membicarakan se orang JK jangan terjebak soal umur, karena hasilnya bisa keliru”.
Kedua, masih ada kesalahan pengetikan baik kata, diksi, frasa, maupun klausa. Penerbit atau pun editor semestinya lebih jeli menyisir dan bisa kem bali memperbaiki ke sa lahan tersebut, jika nanti buku ini akan di cetak ulang.
Ketiga, hanya sedikit sekali dari isi buku yang menyampaikan masukan atau kritik membangun untuk JK. Terakhir, sekali lagi patut diakui, buku Pak JK dan Anak Muda adalah bukti jejak utuh dan kompre hensif seorang JK, yang sosoknya benar-benar melintasi zaman dan generasi.
Selalu saja ada aspek lain dengan sudut pandang berbeda yang menjadi bahan obrolan. Dari sosok yang karib disapa JK atau Ucu (panggilan masa kecil) ini, ada begitu banyak hal yang patut dijadikan teladan, inspirasi, dan panutan. Terlebih kiprah nya hingga dunia internasional.Jusuf Kalla adalah sosok komplet.
Mantan aktivis organisasi intra dan ekstrakampus sekaligus saudagar ulung, ekonom cerdik, politikus tangguh, tokoh agama yang bisa diterima semua penganut berbagai agama dan aliran kepercayaan, akademisi, intelektual, tokoh filantropi, hingga juru damai yang tentunya layak diusulkan mendapatkan nobel perdamaian.
Banyak kalangan pun mengakui dan memberikan apresiasi luar biasa atas segala dedikasi dan pengabdian JK untuk Negara dan bangsa ini. Karena segala yang diperbuat JK selalu untuk kepentingan dan kemaslahatan bersama, bukan untuk kepentingan pribadi, keluarga, apalagi kelompok.
Ada banyak pemberitaan yang me nu lis tentang sepak terjang JK. Belum lagi berbagai buku yang pernah diterbitkan, baik ditulis oleh JK sendiri maupun orang lain. Terbaru, para anak muda me nuangkan buah pikirnya tentang sosok JK dalam buku Pak JK dan Anak Muda.
Dieditori lima orang, di antaranya M Arief Rosyid Hasan dan Eko Arisandi dan diterbitkan Merial Books (Jakarta, Mei 2018), buku ini merupakan bunga rampai tulisan 151 orang dengan sambutan dari Presiden Joko Widodo, dalam rangka menyambut 76 tahun usia JK.
Editor dan penerbit membagi isi buku dalam empat bagian:Pak JK di Mata Orang Terdekat, Pak JK di Mata Pengusaha Muda, Pak JK di Mata Publik,dan terakhir Pak JK di Mata Politisi.Pengelompokan setiap bagian ini menunjukkan siapa saja dan asal-usul penulis setiap tulisan dalam buku ini.
Jika digolongkan, para penulis mencakup unsur keluarga JK, orang yang (pernah dan masih) bekerja bersama JK, pengusaha, jurnalis, dan pimpinan media massa, penulis, peng urus organisasi masyarakat, politisi, kepala daerah, mantan menteri, pimpinan DPR, pimpinan MPR, hingga aktivis kepemudaan.
Begitu beragamnya latar belakang para penulis tersebut menunjukkan sosok JK dikenal, diterima, diakui, dan menempati hati berbagai kalangan. Ya, buku Pak JK dan Anak Muda adalah buku yang sangat menarik. Karena hampir sebagian besar tulisan tertuang dengan gaya bertutur atau bercerita.
Tidak kaku. Apa adanya. Buku ini tidak hanya cerita serius tentang JK semata, ada banyak kisah lucu, unik, dan mendebarkan. Kadang kita akan tertawa, berdecak kagum, manggut-manggut hingga geleng-geleng kepala sendiri. Bahkan membaca setiap tulisan yang ada, ibaratnya sedang duduk berhadapan dan bertatap muka langsung dengan setiap penulis, menceritakan tentang sosok JK.
Ada 151 penulis dari beragam unsur mampu menggambarkan JK dengan segala aspek yang pernah didedikasikan JK untuk negeri ini, untuk rakyat, untuk umat, untuk kemanusiaan, dan untuk dunia internasional. Meski sebagai “kado” ulang tahun 76 JK, bagi saya pribadi buku ini melebih sebuah “kado”.
Karena yang tertuang di dalam buku, bukan semata ucapan selamat milad untuk JK. Karenanya tak heran, buku ini semakin menguatkan dan “menahbiskan” JK sebagai tokoh bangsa yang tak akan tergilas zaman dan generasi setelahnya.
Ada beberapa kutipan di bagian akhir tulisan lima penulis dalam buku ini yang saya anggap mewakili sosok JK. Yakni Komisaris Jenderal Polisi Syafruddin (Wakil Kepala Polri sekaligus Wakil Ketua Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia) menyebutkan, “Dari JK ada pelajaran utama bahwa hendaknya semua yang kita kerjakan dan tugas yang kita emban dilandasi dengan niat beribadah.
Lalu, Bahlil Lahadalia (Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia HIPMI 2015-2018) menggariskan, “Dalam Islam, Kak Ucu ini sudah dalam level ma’rifatullah”. Ide menarik kemudian disodorkan Eka Sastra (pengusaha muda bidang perkebunan) yang menyatakan, “Atas semua dedikasi dan pengabdian JK yang menginspirasi banyak orang, maka perlu dibentuk dan didirikan JK Inistitute untuk menjaga dan menyebarkan JK legacy (warisan).
Ide ini berpadu padan dengan pernyataan Yusran Darmawan (penulis peraih beasiswa kuliah di Ohio State University) “JK layak mendapat nobel perdamaian internasional dan upaya itu harus diperjuangkan semua pihak, termasuk negara”.
Di sisi lain, selepas membaca buku ini, saya memiliki beberapa kritik dan catatan.
Pertama, dari isi judul buku Pak JK dan Anak Muda,rasanya tidak terlalu tepat. Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 40/2009, Pasal 1 ayat (1), anak muda atau pemuda adalah warga negara Indonesia yang berusia 16 sampai 30 tahun.
Sesuai UU tersebut, maka ada puluhan penulis buku ini yang sudah tidak lagi berusia muda. Meski demikian, editor mencantum kan konteks tokoh-tokoh muda dalam buku ini ke dalam dua golongan. Tokohtokoh yang bersentuhan dengan JK pada masa mudanya dan tokoh-tokoh yang secara usia lebih muda dari JK.
Di sisi lain, saya menangkap dari beberapa tulisan dalam buku ini bahwa membicara kan JK ja ngan sampai terjebak dengan per soalan umur semata. Seba gai mana disampaikan Husain Abdulah dalam tulisannya di buku ini, “Membicarakan se orang JK jangan terjebak soal umur, karena hasilnya bisa keliru”.
Kedua, masih ada kesalahan pengetikan baik kata, diksi, frasa, maupun klausa. Penerbit atau pun editor semestinya lebih jeli menyisir dan bisa kem bali memperbaiki ke sa lahan tersebut, jika nanti buku ini akan di cetak ulang.
Ketiga, hanya sedikit sekali dari isi buku yang menyampaikan masukan atau kritik membangun untuk JK. Terakhir, sekali lagi patut diakui, buku Pak JK dan Anak Muda adalah bukti jejak utuh dan kompre hensif seorang JK, yang sosoknya benar-benar melintasi zaman dan generasi.
(don)