Pentingnya Mengukur Tekanan Darah Secara Rutin di Rumah
A
A
A
JAKARTA - Hipertensi telah menjadi silent killer atau pembunuh diam-diam di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Hipertensi dapat menyebabkan stroke, penyakit jantung dan gagal ginjal yang merupakan penyakit katastropik, yakni penyakit yang membutuhkan biaya sangat besar dan jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun.
"Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh yang mempunyai pembuluh darah antara lain jantung, ginjal dan otak. Karena hipertensi adalah sillent killer diperlukan upaya bersama secara berkelanjutan dalam rangka semakin meningkatkan kesadaran masyarakat terdapat bahaya hipertensi," kata dr. Tunggul D. Situmorang SpPD-KGH selaku Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH) saat jumpa pers di Fairmount Hotel, Jakarta, Selasa (7/8/2018).
Berdasarkan data BPJS Kesehatan, sepanjang semester 1/2017, pihaknya telah mengeluarkan dana Rp12,7 triliun untuk membiayai penyakit berbudget besar, seperti penyakit jantung, stroke, kanker, gagal ginjal, dan sebagainya.
Perlu usaha bersama untuk menggiatkan kebiasaan hidup sehat masyarakat Indonesia, di mana dampaknya mencakup hingga efisiensi biaya kesehatan.
Terkait dengan hal ini, PT Omron Healthcare Indonesia dan InaSH bekerja sama menyampaikan pesan kesehatan bagi masyarakat Indonesia akan bahaya penyakit hipertensi melalui program pengukuran tekanan darah dalam May Measurement Month. Program ini juga mengkomunikasikan pentingnya pengukuran tekanan darah secara rutin di rumah (home monitoring).
"Data pengukuran tekanan darah lebih dari 70.000 masyarakat Indonesia selama bulan Mei 2017 menunjukkan bahwa 1 dari 3 orang dewasa dengan rata-rata usia 41 tahun mengalami peningkatan tekanan darah dan 1 dari 6 orang sudah mengkonsumsi obat penurunan darah," kata Ketua Panitia May Measureent Month 2017 dan 2018, dr. Bambang Widyantoro, Sp.JP, PhD.
Fakta lainnya ditemukan bahwa secara kesadaran, 1 dari 10 orang baru pertama kali mengetahui bahwa tekanan darahnya di atas normal. Yang harus menjadi perhatian adalah sebanyak 7.7% dari penderita hipertensi sudah pernah mengalami stroke, 15.7% juga menderita penyakit jantung koroner dengan lebuh dari 19% masih merokok aktif dan 16.2% dari penderita hipertensi juga menderita diabetes.
Survei ini juga menunjukkan hipertensi terbukti meningkatkan risiko stroke 11 kali lebih tinggi dan risiko serangan jantung koroner 8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan darah normal. Olah karena itu, semua orang dewasa diharapkan melakukan pengukuran tekanan darah secara rutin, terutama penderita hipertensi agar dapat memantau target pengendalian tekanan darahnya dengan melakukan pengukuran di rumah dan selalu berkonsultasi dengan dokter yang merawat agar dapat menurunkan risiko komplikasi akibat hipertensi.
"Pengukuran tekanan darah secara berkala di rumah sangatlah penting untuk memahami teknik pengukuran yang benar. Yang dianjurkan pengukuran pagi hari saat bangun tidur dan malam hari sebelum tidur dengan 2-3 kali pengukuran selang 1 menit pada masing-masing waktu. Sebaiknya dilakukan dalam posisi duduk bersandar, posisi lengan atas sejajar dada dengan pemasangan kain lengan (cuff) yang tepat di lengan atas," tutup dr. Bambang.
"Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh yang mempunyai pembuluh darah antara lain jantung, ginjal dan otak. Karena hipertensi adalah sillent killer diperlukan upaya bersama secara berkelanjutan dalam rangka semakin meningkatkan kesadaran masyarakat terdapat bahaya hipertensi," kata dr. Tunggul D. Situmorang SpPD-KGH selaku Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH) saat jumpa pers di Fairmount Hotel, Jakarta, Selasa (7/8/2018).
Berdasarkan data BPJS Kesehatan, sepanjang semester 1/2017, pihaknya telah mengeluarkan dana Rp12,7 triliun untuk membiayai penyakit berbudget besar, seperti penyakit jantung, stroke, kanker, gagal ginjal, dan sebagainya.
Perlu usaha bersama untuk menggiatkan kebiasaan hidup sehat masyarakat Indonesia, di mana dampaknya mencakup hingga efisiensi biaya kesehatan.
Terkait dengan hal ini, PT Omron Healthcare Indonesia dan InaSH bekerja sama menyampaikan pesan kesehatan bagi masyarakat Indonesia akan bahaya penyakit hipertensi melalui program pengukuran tekanan darah dalam May Measurement Month. Program ini juga mengkomunikasikan pentingnya pengukuran tekanan darah secara rutin di rumah (home monitoring).
"Data pengukuran tekanan darah lebih dari 70.000 masyarakat Indonesia selama bulan Mei 2017 menunjukkan bahwa 1 dari 3 orang dewasa dengan rata-rata usia 41 tahun mengalami peningkatan tekanan darah dan 1 dari 6 orang sudah mengkonsumsi obat penurunan darah," kata Ketua Panitia May Measureent Month 2017 dan 2018, dr. Bambang Widyantoro, Sp.JP, PhD.
Fakta lainnya ditemukan bahwa secara kesadaran, 1 dari 10 orang baru pertama kali mengetahui bahwa tekanan darahnya di atas normal. Yang harus menjadi perhatian adalah sebanyak 7.7% dari penderita hipertensi sudah pernah mengalami stroke, 15.7% juga menderita penyakit jantung koroner dengan lebuh dari 19% masih merokok aktif dan 16.2% dari penderita hipertensi juga menderita diabetes.
Survei ini juga menunjukkan hipertensi terbukti meningkatkan risiko stroke 11 kali lebih tinggi dan risiko serangan jantung koroner 8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan darah normal. Olah karena itu, semua orang dewasa diharapkan melakukan pengukuran tekanan darah secara rutin, terutama penderita hipertensi agar dapat memantau target pengendalian tekanan darahnya dengan melakukan pengukuran di rumah dan selalu berkonsultasi dengan dokter yang merawat agar dapat menurunkan risiko komplikasi akibat hipertensi.
"Pengukuran tekanan darah secara berkala di rumah sangatlah penting untuk memahami teknik pengukuran yang benar. Yang dianjurkan pengukuran pagi hari saat bangun tidur dan malam hari sebelum tidur dengan 2-3 kali pengukuran selang 1 menit pada masing-masing waktu. Sebaiknya dilakukan dalam posisi duduk bersandar, posisi lengan atas sejajar dada dengan pemasangan kain lengan (cuff) yang tepat di lengan atas," tutup dr. Bambang.
(tdy)