Review Film Christopher Robin
A
A
A
JAKARTA - Tanpa disadari, masa kecil sering kali menyimpan kenangan yang paling indah dalam hidup. Kenangan inilah yang bisa membuat seseorang bahagia dan dalam sejenak melupakan masalah hidup di masa dewasa yang membebatnya.
Film Christopher Robin dari Disney berusaha membangkitkan kembali kenangan masa kecil Christopher Robin yang bahagia di tengah masalah yang melilitnya di masa dewasa. Dan, kenangan masa kecil itu hadir dalam sosok boneka Winnie the Pooh bersama teman-temannya seperti Piglet, Owl, Tigger, Kanga, Roo, Rabbit dan Eeyore.
Di masa dewasanya, Christopher Robin (Ewan McGregor) sudah menikah dengan Evelyn (Haley Atley) dan memiliki satu orang putri bernama Madeline (Bronte Carmichael). Dia tinggal di London dan bekerja di sebuah perusahaan koper milik keluarga Winslow. Bosnya, Giles Winslow (Mark Gattis), terlihat sangat ambisius dan melarang pegawainya untuk libur. Mereka semua harus bekerja.
Inilah yang kemudian membuat Christopher kehilangan waktu untuk keluarganya. Madeline menjadi kesal karena ayahnya lebih memilih bekerja ketimbang berlibur bersama ke Sussex, kampung halaman Christopher. Sepeninggal istri dan anaknya, Christopher menjadi sibuk sendiri. Di tengah kesibukan itu, tiba-tiba Winnie the Pooh muncul dan meminta bantuan Christopher untuk mencari teman-temannya di Hundred Acre Forest yang tiba-tiba menghilang. Kemunculan Pooh mengubah segalanya bagi Christopher.
Jika dibandingkan dengan film Winnie the Pooh, Christopher Robin bukanlah lawan tanding. Film ini memiliki nuansa yang berbeda dibandingkan cerita asli Winnie the Pooh karya AA Milne. Tapi, dari segi moral dan nilai, film ini punya keduanya.
Christopher Robin memiliki cerita sederhana yang sebenarnya bisa dikaitkan dengan apa yang terjadi saat ini, meski film ini bersetting di tahun setelah Perang Dunia II. Kesibukan sehari-hari di tempat kerja, terkadang masih membekas dan orang biasa membawa pekerjaan ke rumah. Dan, mereka pun lupa bahwa masih ada orang-orang di sekitar mereka yang juga membutuhkan kehadiran mereka, memberi kehangatan dan juga canda tawa.
Sementara, ketika didera masalah dengan pekerjaan, tak ada salahnya untuk sejenak beristirahat dan kembali menjadi anak-anak lagi. Keceriaan dan jiwa innocent yang ada di diri anak-anak bisa mengembalikan semangat seseorang yang sedang down dan dilanda banyak kegalauan.
Christopher Robin secara tidak sengaja menemukan kembali dirinya dan juga semangatnya setelah bertemu Pooh kembali. Lewat pertemuannya dengan Pooh pulalah dia menyadari bahwa ada yang lebih berharga untuk dirinya ketimbang pekerjaan yang selama ini dia geluti dan membuatnya lupa waktu.
Christopher Robin adalah tontonan ringan yang sarat makna tentang kehidupan. Film yang disutradarai Marc Forster ini akan mengajak Anda mengarungi keajaiban masa kecil Anda di tengah kepenatan rutinitas yang mungkin sedang Anda rasakan saat ini.
Christopher Robin sudah bisa disaksikan di bioskop kesayangan Anda. Jika Anda orang yang gampang terenyuh, siapkan tisu sebelum menonton film ini. Selamat menyaksikan!
Film Christopher Robin dari Disney berusaha membangkitkan kembali kenangan masa kecil Christopher Robin yang bahagia di tengah masalah yang melilitnya di masa dewasa. Dan, kenangan masa kecil itu hadir dalam sosok boneka Winnie the Pooh bersama teman-temannya seperti Piglet, Owl, Tigger, Kanga, Roo, Rabbit dan Eeyore.
Di masa dewasanya, Christopher Robin (Ewan McGregor) sudah menikah dengan Evelyn (Haley Atley) dan memiliki satu orang putri bernama Madeline (Bronte Carmichael). Dia tinggal di London dan bekerja di sebuah perusahaan koper milik keluarga Winslow. Bosnya, Giles Winslow (Mark Gattis), terlihat sangat ambisius dan melarang pegawainya untuk libur. Mereka semua harus bekerja.
Inilah yang kemudian membuat Christopher kehilangan waktu untuk keluarganya. Madeline menjadi kesal karena ayahnya lebih memilih bekerja ketimbang berlibur bersama ke Sussex, kampung halaman Christopher. Sepeninggal istri dan anaknya, Christopher menjadi sibuk sendiri. Di tengah kesibukan itu, tiba-tiba Winnie the Pooh muncul dan meminta bantuan Christopher untuk mencari teman-temannya di Hundred Acre Forest yang tiba-tiba menghilang. Kemunculan Pooh mengubah segalanya bagi Christopher.
Jika dibandingkan dengan film Winnie the Pooh, Christopher Robin bukanlah lawan tanding. Film ini memiliki nuansa yang berbeda dibandingkan cerita asli Winnie the Pooh karya AA Milne. Tapi, dari segi moral dan nilai, film ini punya keduanya.
Christopher Robin memiliki cerita sederhana yang sebenarnya bisa dikaitkan dengan apa yang terjadi saat ini, meski film ini bersetting di tahun setelah Perang Dunia II. Kesibukan sehari-hari di tempat kerja, terkadang masih membekas dan orang biasa membawa pekerjaan ke rumah. Dan, mereka pun lupa bahwa masih ada orang-orang di sekitar mereka yang juga membutuhkan kehadiran mereka, memberi kehangatan dan juga canda tawa.
Sementara, ketika didera masalah dengan pekerjaan, tak ada salahnya untuk sejenak beristirahat dan kembali menjadi anak-anak lagi. Keceriaan dan jiwa innocent yang ada di diri anak-anak bisa mengembalikan semangat seseorang yang sedang down dan dilanda banyak kegalauan.
Christopher Robin secara tidak sengaja menemukan kembali dirinya dan juga semangatnya setelah bertemu Pooh kembali. Lewat pertemuannya dengan Pooh pulalah dia menyadari bahwa ada yang lebih berharga untuk dirinya ketimbang pekerjaan yang selama ini dia geluti dan membuatnya lupa waktu.
Christopher Robin adalah tontonan ringan yang sarat makna tentang kehidupan. Film yang disutradarai Marc Forster ini akan mengajak Anda mengarungi keajaiban masa kecil Anda di tengah kepenatan rutinitas yang mungkin sedang Anda rasakan saat ini.
Christopher Robin sudah bisa disaksikan di bioskop kesayangan Anda. Jika Anda orang yang gampang terenyuh, siapkan tisu sebelum menonton film ini. Selamat menyaksikan!
(alv)