Kontribusi Perempuan di Hollywood Dinilai Masih Minim
A
A
A
MESKI sukses menjadi eksekutif di industri perfilman, Stacey Snider menyayangkan masih minimnya perempuan yang berkontribusi di industri perfilman Hollywood.
Karena hal ini, Stacey mendorong perempuan di sekitarnya untuk aktif berkontribusi di berbagai bidang di perfilman Hollywood. Berdasarkan sebuah kajian yang dilakukan oleh Center for Women’s Studies on TV and Film, rata-rata setiap tahunnya perempuan hanya mencapai 18% dari total jumlah sutradara, produser eksekutif, penulis naskah, sinematografer, dan editor.
Proporsi produser eksekutif perempuan tetap 25% dalam dua tahun belakangan. Sementara penulis naskah perempuan meningkat menjadi 15% atau naik sekitar 5% sejak tahun 2006. Minimnya kehadiran perempuan dalam posisi penting di industri perfilman dirasakan sendiri oleh Stacey.
Saat menghadiri suatu rapat produksi film, Stacey sering kali menjadi satu-satunya perempuan di rapat tersebut. “Saya telah menghabiskan seluruh karier saya merasa agak tidak nyaman karena saya menjadi satu-satunya perempuan di dalam banyak rapat dan pertemuan,” ujar Stacey, seperti dilansir Washingtonpost.com .
Namun, ketidaknyamanan itu justru membantu Stacey belajar dan tumbuh dengan cara yang menurutnya menjadikannya seorang eksekutif film yang lebih baik. Menurutnya, menghadirkan lebih banyak perempuan di meja rapat penting karena akan membuat perspektif industri film semakin beragam, khususnya tentang perempuan.
“Memiliki lebih banyak perempuan di meja rapat mungkin berarti ada percakapan di sekitar membesarkan anak-anak atau memuji alas kaki perempuan lain,” kata Stacey. Menurut Stacey, dibandingkan dengan pemimpin laki-laki, pemimpin perempuan memiliki rasa empati yang lebih mendalam.
Selain itu, menurutnya, perempuan memiliki kemampuan multitasking yang baik. Hal ini pun diakui oleh wakil ketua Universal Pictures, Marc Shmuger. Menurutnya, Stacey adalah pemimpin luar biasa yang tidak pernah berhenti bertanya.
“Stacey memiliki pikiran kreatif dan legalistik yang hebat. Dia selalu memastikan semuanya berjalan sesuai rencana dalam satu waktu,” ujar Shmuger. Sebagai seorang eksekutif industri film, Stacey pun mendorong para laki-laki untuk menciptakan film yang tidak menjadikan perempuan semata-mata sebagai objek film dengan peran yang kecil.
Sebagai contoh, dia menunjuk penulis naskah Kenya Barris. Laki-laki yang berpandangan feminis ini menulis naskah serial televisi Blackish dan Girls Trip . “Kedua serial televisi ini memberikan perspektif baru dalam penggambaran seorang perempuan di layar kaca,” ujar Stacey.
Karena hal ini, Stacey mendorong perempuan di sekitarnya untuk aktif berkontribusi di berbagai bidang di perfilman Hollywood. Berdasarkan sebuah kajian yang dilakukan oleh Center for Women’s Studies on TV and Film, rata-rata setiap tahunnya perempuan hanya mencapai 18% dari total jumlah sutradara, produser eksekutif, penulis naskah, sinematografer, dan editor.
Proporsi produser eksekutif perempuan tetap 25% dalam dua tahun belakangan. Sementara penulis naskah perempuan meningkat menjadi 15% atau naik sekitar 5% sejak tahun 2006. Minimnya kehadiran perempuan dalam posisi penting di industri perfilman dirasakan sendiri oleh Stacey.
Saat menghadiri suatu rapat produksi film, Stacey sering kali menjadi satu-satunya perempuan di rapat tersebut. “Saya telah menghabiskan seluruh karier saya merasa agak tidak nyaman karena saya menjadi satu-satunya perempuan di dalam banyak rapat dan pertemuan,” ujar Stacey, seperti dilansir Washingtonpost.com .
Namun, ketidaknyamanan itu justru membantu Stacey belajar dan tumbuh dengan cara yang menurutnya menjadikannya seorang eksekutif film yang lebih baik. Menurutnya, menghadirkan lebih banyak perempuan di meja rapat penting karena akan membuat perspektif industri film semakin beragam, khususnya tentang perempuan.
“Memiliki lebih banyak perempuan di meja rapat mungkin berarti ada percakapan di sekitar membesarkan anak-anak atau memuji alas kaki perempuan lain,” kata Stacey. Menurut Stacey, dibandingkan dengan pemimpin laki-laki, pemimpin perempuan memiliki rasa empati yang lebih mendalam.
Selain itu, menurutnya, perempuan memiliki kemampuan multitasking yang baik. Hal ini pun diakui oleh wakil ketua Universal Pictures, Marc Shmuger. Menurutnya, Stacey adalah pemimpin luar biasa yang tidak pernah berhenti bertanya.
“Stacey memiliki pikiran kreatif dan legalistik yang hebat. Dia selalu memastikan semuanya berjalan sesuai rencana dalam satu waktu,” ujar Shmuger. Sebagai seorang eksekutif industri film, Stacey pun mendorong para laki-laki untuk menciptakan film yang tidak menjadikan perempuan semata-mata sebagai objek film dengan peran yang kecil.
Sebagai contoh, dia menunjuk penulis naskah Kenya Barris. Laki-laki yang berpandangan feminis ini menulis naskah serial televisi Blackish dan Girls Trip . “Kedua serial televisi ini memberikan perspektif baru dalam penggambaran seorang perempuan di layar kaca,” ujar Stacey.
(don)