Menebak Muara Inovasi Disrupsif

Minggu, 26 Agustus 2018 - 10:30 WIB
Menebak Muara Inovasi...
Menebak Muara Inovasi Disrupsif
A A A
Pembicaraan seputar disrupsi memang belum habis, karena era disruptif masih terus berlangsung. Inovasi dan dampak disrupsi masih terus bergerak dengan dua efek: menyadarkan sekaligus mematikan. Jika pelaku ekonomi atau pengelola perusahaan bisa tersadarkan, maka ia akan bertahan hidup.

Namun, jika kehadiran era disrupsi tidak disadari, diabaikan atau dianggap tiada, maka “malaikat kematian usaha” sesungguh nya sedang dalam perjalanan menjemput.Sebagai sebuah fenomena, tentu ada pertanyaan.

Apakah fenomena ini hanya sesaat, akan berlangsung panjang, atau bahkan sepanjang waktu? Kalau perjalanan era disrupsi masih panjang, layak menjadi pertanyaan baru: di mana muara era inovasi disrupsi ini? Buku terbaru Rhenald Kasali, pakar manajemen perubahan yang juga guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini mencoba menjawabnya.

Prediksi Era Disrupsi

Sebenarnya sebagian isi buku ini banyak berupa penegasan jika tak bisa disebut pengulangan dari buku-buku Rhenald sebelumnya yang berkisah tentang fenomena disrupsi. Namun, pembahasan tersebut tetap memberi tambahan wawasan kepada kita, khususnya menyangkut kasuskasus disrupsi updated yang ada di berbagai belahan dunia.

Seperti pada bab pendahuluan, Rhenald kembali mengulas enam perangkap (trap ) disrupsi sebagaimana pernah diulas panjang lebar di bukunya terdahulu, Tomorrow is Today .

Dia menulis lagi tentang success trap, competency trap, sunk cost trap, blame trap, cannibalization trap, dan confirmation trap, meskipun hanya dalam beberapa alinea pendek nan singkat.

Tapi memang, penegasan tentang keenam model jenis jebakan disrupsi ini sangat penting untuk mengetuk kesadaran kita, terutama karena hadirnya disrupsi bersifat “melenakan”. Ia hadir bagai riak ombak yang halus, kalem, tak terasa seperti gangguan yang membahayakan, tapi tiba-tiba membuat kita tenggelam.

Sangat berbahaya. Penegasan tentang jebakan disrupsi ini juga menjadi pintu yang baik untuk membuka pembahasan tentang prediksi kehidupan dan bisnis sepuluh tahun ke depan. Dalam estimasi ini, Rhenald meramalkan sepuluh prediksi.

Pertama, kehidupan dan bisnis akan berpindah secara masif ke dalam platform. Kedua, dampak perpindahan ke dalam platform tidak hanya berdampak sektoral, tapi juga pada cara dan metode berusaha. Maka terjadilah fenomena dari owning economy ke sharing economy, dari product-based ke platform, dari pendekatan tunggal ke ambidextrous , bahkan sampai kepada multiindustry.

Ketiga, negara manapun dengan siapa pun pemimpinnya, akan terus mengalami tekanan baik dari pemain ekonomi lama maupun pendatang baru, sampai dengan munculnya pelaku baru yang mampu menjadi pemain utama (dominant player ).

Keempat, pekerjaan-pekerjaan “jadul” abad 20-an akan digantikan model pekerjaanpekerjaan baru yang berbasis teknologi. Pekerjaan lama akan bisa eksis sepanjang pelaku bisa memperkayanya dengan aplikasi teknologi.

Kelima, kelompok medioker (berkemampuan rata-rata) semakin tidak punya tempat di dalam dunia kerja. Hanya pekerja yang bermental driver yang bisa bertahan, sementara yang bermental passenger akan terpental.

Keenam, pendidikan akan mengalami perubahan besar terkait cara pengajaran, teknologi, dan standar kualitas. Ketujuh, pendekatan “what to learn “ akan diganti dengan metode “how to learn “.

Kedelapan, teknologi 3D Printing akan mendominasi segala bidang kehidupan, sembari terus berevolusi menjadi 4D, 5D, 6D, bahkan 7D.

Kesembilan, kesadaran betapa pentingnya data dan informasi sebagai basis strategi persaingan dan perekonomian.

Kesepuluh, ketika penduduk dunia bergeser ke kota membentuk megacities, Indonesia justru akan berpaling ke desa, namun dengan sentuhan ekonomi dan teknologi yang menyesuaikan jaman (hal xix-xx ).

Kesepuluh hal di atas itulah yang diingatkan Rhenald agar disikapi sebagai cara pandang baru terhadap perekonomian. Jangan lagi memandang dengan “kacamata lama” karena data dan fakta bisa sangat berbeda.

Ciri-Ciri Great Shifting

Kesepuluh prediksi di atas dijelaskan secara panjang lebar dalam tiga bagian utama buku kategori “series on disruption “ yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama ini.

Pertama tentang (perubahan menjadi) platform, kedua tentang (perubahan kehidupan), dan ketiga tentang (perubahan) bisnis.

Dalam bab-bab tersebut, Rhenald (kembali) berkisah tentang disrupsi sekaligus transformasi yang dilakukan mendiang Steve Jobs dengan Apple, Nike dengan teknologi wearable device-nya yang bernama The FuelBand, transformasi Singapura yang melahirkan sistem baru yang membawahi tiga area penting perdagangan hari ini: pembayaran (AirPay), toko daring (Shopee) dan online game (Garena).

Di bidang kehidupan, khususnya kesehatan, Rhenald mengingatkan bahwa era dokter dan klinik yang dulu menggantikan ilmu kesehatan tradisional akan dilindas juga dengan era telemedica . Rhenald mengenalkan artificial intelligence bernama iShrine yang dilontarkan dr Tobias Gantner ketika membahas masa depan healthcare .

Rhenald juga mengenalkan kita dengan isti lah medis autopilot, di mana pasien bisa memeriksa kesehatan dengan peralatannya sendiri, sebagaimana digagas Cell-Scope dengan Otohome-nya. Di bidang pendidikan, kehadiran massive open online course (MOOC) telah membuat calon-calon mahasiswa semakin tertarik dengan sistem pengajaran yang serbadigital.

Apalagi mereka bisa mengaksesnya dengan gratis. Maka, mahasiswa cepat akrab dengan materi kuliah dari Cousera oleh Daphne Koller, edX dari Anant Agarwal dan MIT, Udacity oleh Sebastian Thurn, dan Khan Academy oleh Salman Khan. Di Indonesia, kita mulai akrab dengan Quipper, Zenius, juga Ruangguru.

Masih banyak perubahan besar dalam kehidupan ini yang diingatkan oleh Rhenald, bahwa itu tidak lain tidak bukan merupakan bagian dari the great shifting , yang memiliki ciri-ciri berikut.

Pertama , dimulai dari teknologi dasar yang merembet ke semua sektor dan membentuk suatu kesatuan (konvergensi). Lihat gawai kita; ia merupakan penyatuan dari kebutuhan semikonduktor, kamera digital, baterai litium, telekomunikasi dan hiburan, yang semula berdiri sendiri-sendiri.

Kedua, dari orientasi produk, industri beralih ke platform. Berbagai contoh di atas adalah wujudnya. Pilihan bagi perusahaan dan regulator ada tiga: mengubah business model-nya menjadi platform, bergabung dengan salah satu platform kelas dunia yang kuat, atau memperkuat platform domestik yang sudah ada.

Ketiga, teknologi yang ada tidak stagnan, tapi terus diikuti evolusi-evolusi, bahkan revolusi.
Keempat, perubahan ini dilanjutkan dengan pergeseranpergeseran sosial-budaya berikut metode kehidupan dan ekonomi. Kelima, perubahan dilakukan oleh orang-orang baru yang membawa masa depan ke hari ini.

Keenam, regulasi yang berlaku akan cenderung selalu tertinggal karena umumnya masih mengacu pada referensireferensi dan ilmu teknologi masa lalu. Ini bisa menciptakan dilema dan guncangan sosial baik untuk investor maupun tenaga kerjanya.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1736 seconds (0.1#10.140)