Garap Film Kehidupan Malam Anak Metropolitan

Senin, 27 Agustus 2018 - 13:03 WIB
Garap Film Kehidupan Malam Anak Metropolitan
Garap Film Kehidupan Malam Anak Metropolitan
A A A
SUTRADARA Teddy Soeriaatmadja kembali berkarya setelah vakum hampir lima tahun. Dia akan menggarap film berjudul Menunggu Pagi dengan latar festival musik electronic dance music (EDM) bergengsi, Djakarta Warehouse Project (DWP).

Dalam film tersebut, Teddy akan menghadirkan peliknya drama kehidupan anak muda kelas atas kota megapolitan Jakarta. Sutradara yang sukses menggarap film Banyu Biru, Badai Pasti Berlalu, dan Lovely Man ini akan bekerja sama dengan produser IFI Sinema, Adi Sumardjono.

“Satu malam, ada tiga cerita, ketiganya punya tujuan satu, (yaitu) ke DWP. Tiga cerita menuju ke DWP dan akan menghadirkan peliknya kehidupan anak muda metropolitan zaman sekarang,” kata Teddy dalam jumpa pers di Quibiqle Jakarta, belum lama ini.

Sutradara kelahiran Jepang, 7 Februari 1975 ini, mengaku dalam proses pembuatan film tersebut, dia menemukan tantangan terbesar dalam dirinya, yaitu menggarap tema anak muda dengan pesta musik terbesar. Apalagi ini film debut Teddy setelah memilih untuk vakum sementara.

“Ini tantangan terbesar saya, membuat film dengan latar belakang event musik terbesar di Indonesia yang menjadi ajang hura-hura anak muda,” ujar Teddy. Naskah ditulis langsung oleh Teddy dengan gagasan awal dari produser Adi Sumarjono.

Menurut Teddy, Adi meminta Teddy membuat cerita tentang pesta musik dan anak-anak muda. Setelah dua bulan dikembangkan, jadilah naskah Menunggu Pagi. DWP dipilih karena Teddy dan Adi merasa bahwa festival musik EDM ini paling ikonik dan salah satu yang terbesar di Asia.

“Saya juga suka ke DWP, Adi juga. Ide awalnya dari Adi untuk bikin (cerita) DWP. Gue pikir, festival yang mencerminkan energi, senang-senang, pesta, itu yang terbesar di Asia, ya DWP. Jadi, gue rasa itu ikonik. Kalau mau ambil pesta, ya pilih yang paling ikonik,” tutur Teddy. Lewat video teaser yang telah dirilis, penonton bisa melihat gaya visual khas festival musik EDM yang ditawarkan film.

Menurut Teddy, mereka memang hendak menyajikan pengalaman berada di festival musik tersebut ke bioskop, baik secara visual maupun suara. “Kami bikin (adegan) DWP yang isinya jutaan orang, DJ macam-macam, jadi kami benar-benar pikirkan karena kami harus menganggap bahwa enggak semua orang ke DWP dan mereka harus merasakan DWP itu seperti apa. Itu yang kami pikirkan, gimana cara menghadirkan perasaan itu ke dalam bioskop,” tutur suami aktris Raihaanun ini.

“Waktu kami bikin di studio Dolby, itu jedangjedung temboknya sampai ‘Oh iya ini baru terasa kayak DWP. Jadi, orang waktu melihat adegan DWP, enggak mainmain, ini DWP beneran,” lanjutnya.

Adapun Adi Sumardjono mengatakan, Menunggu Pagi akan dibumbui dengan berbagai konflik kehidupan anak muda dan menambahnya dengan romansa cinta. “Kami ingin menghadirkan film yang menceritakan kehidupan anak muda dari sisi yang berbeda,” ujar Adi.

Deretan pemain yang terlibat dalam film ini, antara lain Aurelie Moeremans, Arya Saloka, Mario Lawalata, Arya Vasco, Juan Bione alias Bio One, Ganindra Bimo, Putri Marino, Raka Hutchinson, serta Yayu Unru. Ini menjadi film kedua Arya Vasco setelah My Generation, serta film ketiga Putri Marino bersama Yayu Unru setelah Posesif dan Jelita Secuba .
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7433 seconds (0.1#10.140)