Teknologi Kesehatan untuk Ringankan Derita Kram Otot

Rabu, 29 Agustus 2018 - 21:46 WIB
Teknologi Kesehatan untuk Ringankan Derita Kram Otot
Teknologi Kesehatan untuk Ringankan Derita Kram Otot
A A A
JAKARTA - Kejadian kram otot kronis merupakan hal yang sering terjadi pada atlet, terutama pada cabang olahraga yang menguras fisik. Contohnya para pemain sepakbola yang tiba-tiba terkena kram otot ditengah jalannya pertandingan.

Salah satu yang baru-baru ini terjadi adalah kasus pebulutangkis Indonesia Anthony Sinisuka Ginting pada pertandingan tunggal putra bulu tangkis Asian Games 2018. Mendadak kram otot di kaki atau paha memang berisiko terjadi pada setiap olahragawan, termasuk atlet Asian Games 2018.

Beberapa teknologi kesehatan sangat dibutuhkan untuk membantu para atlet pulih dari cidera dan kembali peforma secara maksimal. Di antaranya, Targeted Radiofrequency Therapy (TRT), yakni gelombang radiofrekuensi yang memiliki dua efek biologis.

Efek thermalnya dapat digunakan untuk otot yang mengalami ketengangan, regenerasi ataupun kerobekan. Sedangkan efek non thermal dapat digunakan pada kasus akut seperti bengkak dan mengurangi sisa sisa metabolisme yang menumpuk di dalam otot.

“TRT sangat cocok digunakan pada atlet yang mengalami masalah pada otot ataupun tendon,” kata Dirut Bold Technologies Leading (BTL) Indonesia, Yosua Agus Widodo.

Alat kesehatan lainnya, Super Inductive System (SIS), bisa digunakan sebagai analgesik untuk gangguan kronik maupun akut. Bisa untuk mobilisasi sendi, penurunan bengkak dan memberikan relaksasi pada otot yang mengalami spasme (tegang). SIS merupakan gelombang elekromagnetik dengan intensitas tinggi.

Kemudian ada High Intensity Laser (HIL), yakni teknologi canggih yang digunakan untuk mengatasi kasus peradangan akut, misalnya prain angkleatau dikenal juga dengan pergelangan kaki terkilir/keseleo. "Tujuan penggunaannya sebagai analgesik, antiperadangan, dan antibengkak. Bisa juga sebagai biostimulasi untuk mempercepat proses penyembuhan," papar Yosua.

Terakhir ada Shockwave Therapy (SWT). Terapi ini memberikan efek sangat cepat, yaitu penurunan nyeri serta relaksasi pada otot. Juga berfungsi untuk penyerapan kalsifikasi dan memberikan efek neovaskularisasi di jaringan.

Efek microsirkulasi di jaringan juga langsung dirasakan setelah menggunakan SWT. Terapi ini cocok digunakan untuk tendon yang sudah mengalami peradangan kronis, spasme pada otot, serta kalsifikasi (spurs) yang paling sering dialami pada atlet di sekitar tulang tumit.

"Selain alat terapi fisik, ada pula alat diagnosa untuk membantu pemeriksaan khususnya kondisi jantung dan paru paru atlit dengan EKG, CPET, Stress test, Spiro. Juga disiapkan teknologi untuk deteksi dini risiko terjadinya kematian mendadak pada atlit muda dengan Sudden DeathSyndrome (SDS)," ujar Yosua.

Dia menuturkan Alat-alat rehabilitasi medis dan fisioterapi, kardiologi serta estetika medis ini dioperasionalkan oleh tim medis profesional yang sudah berpengalaman menangani cidera atlet.

Teknologi kesehatan tersebut disiagakan untuk melayani semua atlet dari berbagai negara selama Asian Games 2018 berlangsung sejak 18 Agustus sampai 2 September 208 di Jakarta dan Palembang. "Alat ini juga tersedia di beberapa venue olah raga khusus untuk memberikan pelayanan kepada atlit Inonesia. Alat yang sama akan digunakan untuk perhelatan Asian Paralimpic Games 2018 bulan Oktober mendatang," kata Yosua.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4990 seconds (0.1#10.140)
pixels