Menyebarkan Virus Sketsa

Minggu, 09 September 2018 - 13:14 WIB
Menyebarkan “Virus” Sketsa
Menyebarkan Virus Sketsa
A A A
Sejauh mana pun sketsa berkembang, ada konteks akar seni yang dapat ditelusuri. Perkembangan terakhir bagaimana sketsa kini, adalah munculnya sketsa-sketsa urban, yakni dikerjakan oleh warga (urban) yang menggemari kegiatan menggambar sketsa dengan cara sendiri ataupun berkelompok, dan berciri hybrid .

Ia melepaskan diri dari kuasa akademis yang cenderung definitif. Kuratorial yang disampaikan Beng Rahadian itu mengemuka dalam Pameran Sketsa dengan tajuk “[Re]Kreasi Garis” yang digelar Galeri Nasional Indonesia.

Pameran yang berlangsung di Gedung B dan C Galeri Nasional Indonesia, Jakarta itu, digelar setelah hampir setahun diseleng garakannya Pameran Hasil Workshop KamiSketsa GalNas. Sedikitnya, ada 234 karya sketsa dari 138 sketchers Indonesia dipajang dalam pameran ini.

Karya sketsa tersebut mengutamakan garis, dengan objek gedung/bangunan/monumen, suasana/lans kap, aktivitas, dan figur/potret. Masih dalam kuratornya, Beng Rahadian menyebut, sketsa dalam pameran ini merupakan representasi wacana perkembangan sketsa dari masa ke masa secara general.

Sketsa urban, sebagaimana dia menyebut, menjadi sebuah kegiatan yang mengumpulkan semua teknik menggambar dan mengutamakan kesenangan. Hal ini memunculkan sebuah upaya meredefinisi pemahaman mengenai seni sketsa, nilai-nilai lama bertemu dengan nilai baru yang tidak tercegah.

“Kemunculan sketsa-sketsa urban ini tidak lagi mengutamakan fungsi bahwa sketsa merupakan bagian dari sebuah studi atau rencana karya selanjutnya atau marka artistik sketsa yang (biasanya) hanya terdiri atas garis spontan yang dilakukan secara singkat dan tidak ada kegiatan mem perindah baik dengan arsir, blok, atau warna,” papar Beng Rahadian.

Kurator lainnya Bambang Budjono mengamati, penelusuran sketsa di Indonesia terkait dengan latihan melukis di Keimin Bunka Sidhoso (KBS) pada masa kependudukan Jepang di Indonesia.

Perupa Jepang Ono Saseo yang juga anggota militer Jepang yang bertugas membuat doku mentasi perang waktu itu, mengajak para perupa keluar dari studio, dan menggambar langsung objek dan peristiwa di luar ruangan.

Dari latihan Ono Saseo itulah muncul para sketcher andal, antara lain Sudjojono, Affandi, Sudjana Kerton, Henk Ngantung, dan Soerono. Meski KBS telah bubar akibat Jepang kalah perang, semangat menggambar sketsa diteruskan oleh SIM (Seniman Indonesia Muda), ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) Yogyakarta, juga lembaga pendidikan seni rupa di Bandung yang kini menjadi Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB (Institut Teknologi Bandung).

Rentetan perkembangan dan eksistensi sketsa yang dipaparkan Bambang, kemudian berlanjut hingga masa kini. “Yang jelas, apa pun bentuk sketsa pada zaman ini, aktivitas menggambar sketsa dapat dikatakan marak, terlebih dengan penggunaan media sosial yang membantu mempercepat penyebarannya. Bagai virus, aktivitas menggambar sketsa yang kini marak menumbuhkan komunitas-komunitas sketsa di sejumlah kota,” ujar Bambang.

Bertemunya Sketcher

Pameran Sketsa:”[Re]Kreasi Garis” yang digelar Galeri Nasional Indonesia diawali dengan undangan terbuka (open call ) yang memberi kesempatan bagi seluruh sketchers se-Indonesia untuk berpartisipasi mengirimkan karya-karya sketsa terbaik mereka, untuk diikutkan dalam seleksi oleh tim kurator, Bambang Bujono, Beng Raha dian, dan Teguh Margono.

Dari 446 karya hasil olah artistik 265 sketchers yang masuk melalui undangan terbuka, tim kurator memilih 234 karya dari 138 sket chers Indonesia. Karyakarya sket sa itulah yang kini dipa mer kan.

Para sketchers peserta pameran ini sebagian tergabung dalam komunitas-komunitas seni rupa, baik sketsa maupun seni rupa lainnya. Seperti Ka mi SketsaGalNas, Bogor Sketchers, Cianjur Sketcher, Indonesiaís Sketchers Jogja, Semarang SketchWalk, Urban Sketchers Medan, Urban Sketchers Semarang, Urban Sketchers Blitar, Urban Sketchers Surabaya, Beranda Seni Online, Kolcai Chapter Gorontalo, dan Perupa Gorontalo.

Sebagian peserta lainnya merupakan para sketcher individual, di antaranya adalah Romo Muji, Yusuf Susilo Har tono, Toto BS, Tatas Sehono, Bambang Harsono, Daniel Nugraha, Dharr Chedharr, Des kam toro, Harry Suryo, Iwan Widodo, Nashir Setiawan, Seto Parama Artho, Jevi Alba, Donald Saluling, Duki Noermala, Zam rud Setya Negara, dan lain-lain.

Dalam pameran ini juga menampilkan karya-karya para maestro sketsa Indonesia yang dihimpun dan diundang secara khusus untuk memberikan presentasi sejarah sketsa di Indonesia.

Di antaranya karyakarya Srihadi Soedarsono, Ipe Maíaruf, Tedja Suminar, termasuk sejumlah karya sketsa yang dikoleksi Galeri Nasional Indonesia/Koleksi Negara, seperti karya S Sudjojono, Oesman Effendi, Henk Ngan tung, Tohny Joesoef, X-Ling, dan lain-lain.

Kurator Teguh Margono menyatakan, Pameran Sketsa: “[Re]Kreasi Garis” setidaknya menunjukkan dua hal.

Pertama, infrastruktur seni seperti ruang pameran sketsa menjadi penting kehadirannya. Terbukti, kehadiran “[Re]Kreasi Garis” mendapatkan sambutan dan respons positif dari para sketchers di Indonesia, khususnya yang telah lama berkecimpung di dunia sketsa.

Kedua, aplikasi yang dikirimkan oleh para sketchers di Indonesia, bagi Galeri Nasional Indonesia bisa dijadikan data awal untuk memetakan penyebaran pegiat/komunitas sketsa di berbagai daerah di Indonesia.

“Hal tersebut menjadi penting dalam konteks pameran ini sebagai langkah awal menuju penyelenggaraan sebuah Festival Sketsa oleh Galeri Nasional Indonesia pada masa mendatang,” kata Teguh Margono.

Setali tiga uang, Kepala Galeri Nasional Indonesia Pustanto juga menuturkan, pameran ini ingin melakukan jelajah pemetan seni rupa melalui karya-karya sketsa di Indonesia sebagai fungsi sketsa yang sangat kompleks, bukan hanya sebagai perekam kejadian, lebih lanjut sebagai ungkapan visual yang artistik, hingga merepresentasikan identitas bangsa.

Selain itu, pameran ini merupakan wujud peran pemerintah melalui Galeri Nasional Indonesia dalam mengapresiasi sekaligus mengukuhkan penghargaan atas eksistensi karya sketsa beserta dedikasi para sketchers Indonesia dalam dunia seni rupa.

“Kami berharap program ini dapat memberikan kesempatan bagi publik untuk lebih memahami sketsa, baik dari segi kesejarahan maupun berbagai wujud eksplorasinya yang tak terbatas.

Selain itu, juga diharapkan pameran ini mampu menginspirasi dan memberikan motivasi bagi seluruh lapisan masyarakat untuk menemukan potensi serta melibatkan diri dan berkreasi di bidang-bidang yang disenangi, juga bagi para sketchers khususnya untuk terus mengasah dan mengembangkan keahlian di bidang sketsa,” papar Pustanto.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9233 seconds (0.1#10.140)
pixels